GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN ANAK
SECARA BAWAAN DAN LINGKUNGAN
A.
Pembawaan
(Hereditas).
Manusia sejak lahir memang sudah memiliki
potensi atau bakat. Misalnya bayi memiliki kesanggupan untuk merangkak kemudian
berdiri walau tidak mudah untuk merealisasikannya. Singkatnya pembawaan adalah
semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat diwujudkan. Dalam arti lain anak sejak
lahir telah memiliki ilmu pasti untuk berkembang tapi kadang kita terbatas
mengartikan pembawaan adalah sesuatu yang ditentukan dari keturunan. Lebih
mudahnya bahwa tidak semua bawaan itu diperoleh dari keturunan tapi yang diperoleh
dari keturunan bisa dikatakan bawaan.
Disini kami
akan menambahkan sedikit tentang macam-macam pembawaan yang perlu kita ketahui
yaitu sebagai berikut :
1) Pembawaan Jenis
Ketika manusia dilahirkan mereka telah memiliki
pembawaan jenis baik jenis kelamin, anggota badan, kepintaran dan lainnya
sebagai ciri khas diri mereka sendiri.
2) Pembawaan Ras
Pembawaan
manusia juga dapat dibedakan melalui rasnya, seperti ras sunda, ras dayak, ras
jawa dan masing-masing ras memiliki cirri khas tersendiri.
3) Pembawaan
Individu
Pembawaan yang dimiliki individu selain diatas,
individu juga membawa pembawaan dari dirinya sendiri, meski sama ras, sama
jenis tapi masing-masing individu dengan individu yang lain memiliki perbedaan.
B.
Lingkungan (
Environment )
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
disekitar kita dan apa yang ada disekitar kita itu memiliki pengaruh bagi
perkembangan kita serta tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Lingkungan
memang sangat berpengaruh pada perkembangan manusia terlepas pengaruh itu baik
atau tidak.
Menurut Sertain
lingkungan dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1)
Lingkungan alam/luar.
2)
Lingkungan dalam.
3)
Lingkungan masyarakat/sosial.
Dapat kita jelaskan tentang pengaruh lingkungan
terhadap perkembangan manusia yaitu bahwa pengaruh dari lingkungan alam/luar
adalah pengaruh lingkungan yang berada disekitar seperti hewan, alam, air,
iklim dan lain sebagainya, sedangkan lingkungan dalam hampir sama dengan
lingkungan luar bedanya sesuatu yang sudah masuk dalam tubuh kita juga memiliki
pengaruh tersendiri. Contohnya jika kita makan-makanan yang haram pasti sifat
dan perilaku kita menjadi jelek.
Lingkungan masyarakat/social juga berpengaruh pada perkembanmgan manusia karena
kita tidak bisa hidup tanpa orang lain.
Kami dapat menarik kesimpulan tentang pernyataan
diatas bahwa lingkungan adalah segala hal yang ada disekitar kita mulai dari
hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan alam serta memiliki pengaruh
terhadap perkembangan manusia. Interaksi antara manusia dan alam sekitar itulah
yang membuat manusia bisa disebut unik. Jika dihubungkan kembali antara
pembawaan dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah “ Sifat-sifat
dan watak kita adalah hasil interaksi pembawaan dan lingkungan kita” oleh
karena keperibadian kita itu terbentuk karena hubungan kita pada lingkungan dan
timbal balik yang diberikan lingkungan pada kita.
Peran lingkungan sangat besar pengaruhnya
terhadap perilaku manusia sehingga perilaku manusia dapat diklasifikasikan menjadi empat hal yaitu :
1)
Insting adalah aktivitas manusia yang tidak
didapat dari belajar
melainkan dari
kodratnya.
2)
Hobits adalah kebiasaan yang berulang-ulang.
3)
Native Behaviour adalah tingkah laku manusia
dari
hereditas/bawaan.
4)
Aquired Behaviour adalah tingkah laku yang
didapat dari belajar.
Menurut pendapat diatas dapat kita simpulkan
bahwa perilaku atau perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh apa yang ada
disekitar kita, baik lingkungan berupa keluarga, alam, pergaulan dan tingkah
laku kita ketika berinterksi pada semua itu, sehingga menjadikan kepribadian
kita sebagai manusia.
Seorang ahli
psikologi yang bernama Woodwarth juga memberikan pendapat tentang cara manusia
berhubungan dengan lingkungannya :
1)
Individu bertentangan dengan lingkungannya.
2)
Individu menggunakan lingkungannya.
3)
Individu berpatisipasi dengan lingkungannya.
4)
Individu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Kami lebih sependapat dengan poin keempat
karena pada dasarnya manusia ingin menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
menjadi bagian dari lingkungannya.
Faktor lingkungan disini terdapat beberapa hal,
yang pertama lingkungan keluarga, pendidikan dan hubungan yang didapat oleh
anak adalah keluarga olehkarena itu keluarga memiliki peran yang sangat
penting. Kedua lingkungan sekolah, sekolah berfungsi mengembangkan bakat,
kepintaran dan hunbungan dengan masyarakat. Yang ketiga adalah lingkungan
masyarakat, manisia mulai dari kecil slalu berinteraksi dengan manusia dan
manusia memiliki perbedaan baik dalam berpikir, bercakap, kepintaran, adat dan
semua yang ada dalam masyarakat sehingga perkembangan manusia juga dipengaruhi
oleh orang lain/masyarakat.
C.
Pengaruh ( Hereditas
) dan Lingkungan dalam perkembangan anak.
Sebelum kita berbicara tentang hereditas dan
pembawaan lebih baik kita mengetahui apa sih perkembangan itu ?. perkembangan
adalah proses yang tersusun, bersifat kualitatif, bertahap dan berkelanjutan
mulai dari benih hingga akhir hayat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor hereditas dan faktor lingkungan.
Berbicara tentang faktor Hereditas ( bawaan ) dan lingkungan
banyak menyimpan pertanyaan, semisal seberapa besarkah pengaruh antar factor
bawaan dan lingkungan terhadap perkembangan manusia. Para ahli psikologipun
banyak yang berbeda pendapat, sehingga menimbulkan aliran-aliran yang akan
dijabarkan sebagai berikut :
1.
Aliran Nativisme.
Nativisme berasal dari kata natus yang
artinya lahir. Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer, Plato, Descartes,
Lombroso mereka berpendapat bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh
factor bawaan yang dibawa sejak dia lahir, biasanya aliran ini mencari
persamaan antara seseorang dengan orang tuanya. Misalnya ayahnya adalah seorang
pelukis maka anaknya pun akan menjadi seorang pelukis, jika ayah atau ibunya
ahlinya peramal maka anaknya juga akan menjadi peramal, pokoknya apa yang
dimiliki oleh orang tuanya pasti dimiliki oleh anaknya.
2.
Aliran Empirisme.
Menurut para ahli yang mengikuti aliran ini
bertolak belakang dengan aliran Nativisme. Menurut paham ini perkembangan
manusia itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau faktor pendidikan (
optimisme paedagogis ).
3.
Hukum Konvergensi.
Wiliam Stern seorang ahli psikologi dari jerman
menyatakan bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh kedua factor yaitu
factor lingkungan dan factor bawaan. Meskipun begitu rasanya belum puas, dalam
kenyataannya manusia itu memiliki akal pikiran yang luar biasa sehingga mereka
pun dapat menentukan dirinya sendiri secara bebas, perkembangan manusia tidak
hanya dipengaruhi dua factor tersebut tapi manusia itu sendiri juga berperan
penting dalam perkembangan manusia itu sendiri.
4.
Konsep Fitrah.
Dalam islam juga memiliki pandangan tersendiri
tentang apa pengaruh perkembangan manusia, dalam pandangan islam tentang semua
itu hampir sama denga hukum konvergensi bedanya kalau islam selain pembawaan
dan lingkungan tapi juga bawaan dari dirinya sendiri dan dari kodratnya
lebih-lebih dalam hal keagamaan.
PERKEMBANGAN
KOGNITIF
Istilah “Cognitive”
berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Kognitif
adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada
waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Pengertian yang
luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah
laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan
mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam pekembangan
selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu
wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk
pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah
pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak
ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang
bertalian dengan rasa.
Teori perkembangan
kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di
sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan fungsi dari objek –
objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti
diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek
untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan
untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa
anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas.
Anak tidak pasif menerima informasi walaupun proses berfikir dan konsepsi anak
mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan dunia sekitar
dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterprestasikan informasi yang
ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan
konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya (Hetherington & Parke, 1975).
PERKEMBANGAN
BAHASA
Bahasa merupakan alat
komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya
dengan orang lain. Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan
alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun
dengan tanda-tanda dan isyarat.
Penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seseorang memerlukan komunikasi
dengan orang lain. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka
perkembangan seseorang (bayi-anak) di mulai dengan meraba (suara atau bunyi
tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun
kalimat sederhana, dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa
yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan pikiran
individu tampak dalam perkembangan bahasa. Perkembangan pikiran itu dimulai
pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun dua atau tiga
kata. Berikut laju perkembangannya:
1. Usia
1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif. Misalnya, “Ibu duduk”.
2. Usia
2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negative. Misalnya, “Ibu tidak duduk”.
3. Pada
usia selanjutnya anak dapat menyusun pendapat berupa keritikan (Ini jelek),
keragu-raguan (mungkin), dan menarik kesimpulan analogi (Ketika anak melihat
Ibunya tidur karena sakit, maka setiap dia melihat ibunya tidur dia menggap
ibinya sakit).
A.
Tugas-tugas
Perkembangan Bahasa
Dalam berbahasa, anak dituntut
untuk menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling barkaitan.
Keempat tugas itu adalah sebagai berikut:
1.
Pemahaman, yaitu
kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang lain,
bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami gerakan
bahasa tubuhnya.
2.
Pengembangan
Perbendaharaan Kata. Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara
lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada
usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3.
Penyusunan
Kata-kata Menjadi Kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada
umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah
kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gerak tubuh untuk
melengkapi cara berpikirnya. Contohnya, anak menyebut “Bola” sambil menunjuk
bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti “Tolong ambilkan bola
untuk saya”.
4.
Ucapan.
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui peniruan
terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama dari orang
tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum dapat
berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak
dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga
tahun.
SRUDI KASUS
Studi kasus (case
study) merupakan salah satu metode dalam penelitian sosial. Metode case
study meliputi beberapa teknik riset yang digunakan untuk menginvestigasi
fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The
Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya
berjudul “Method, Case Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh
peneliti yang umumnya fokus pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada
kajian tentang kelompok, orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau
peristiwa. Tujuan penerapan metode case study dalam sosiologi
adalah untuk mengungkap isu atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting
sosial tertentu. Studi kasus, selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai
unit analisis dan juga teknik pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi
data.
A.
Penerapan Studi Kasus Dalam Riset
Sosial
Case
study diterapkan untuk memahami varian dari fenomena
sosial yang spesifik. Sebagai contoh fenomena spesifik misalnya, progres dari
suatu peristiwa atau perubahan sosial yang terjadi akibat implementasi
kebijakan, program, atau peristiwa dalam masyarakat, bisa diteliti dengan case
study. Studi kasus seringkali diterapkan sebagai pendukung riset atau
studi yang lingkupnya lebih besar. Contoh kongritnya misal, fenomena lumpur
Lapindo yang dimulai beberapa tahun lalu. Case study dapat diterapkan
untuk mengkaji bagaimana masyarakat meninggalkan kampungnya yang tenggelam dan
beradaptasi dengan kehidupan baru di lingkungan barunya. Studi tersebut
merupakan bagian dari studi tentang ”Bencana Lumpur Lapindo” yang lebih luas.
B. Karakteristik Metode Studi Kasus
Salah satu tujuan utama penerapan metode case study adalah memberikan penjelasan secara detail dan lengkap (thick description) terhadap suatu fenomena sosial. Penjelasan yang diberikan bisa dalam bentuk deskriptif dan atau eksploratif. Pada banyak kasus, riset case study berupaya menjawab pertanyaan ”bagaimana” dan ”mengapa” fenomena sosial terjadi di masyarakat. Studi kasus secara historis biasa diterapkan pada penelitian sosiologis yang fokus mengembangkan pengetahuan tentang masyarakat atau kelompok yang marjinal. Sebagaimana telah disebutkan di atas, studi kasus menyasar fenomena yang spesifik. Tak jarang sangat spesifik sehingga tidak bertujuan untuk generalisasi. Fokus investigasi mendalam yang dilakukan juga tak jarang pula menghasilkan teori yang membantah teori sebelumnya. Sehingga, case study selalu memiliki potensi untuk pengembangan teori baru. Case study merupakan bagian dari riset kualitatif atau kuantitatif. Observasi partisipatoris dan wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data yang sering diterapkan.
BAB
IV
KONTEKS
SOSIAL PERKEMBANGAN
Keluarga bagi seorang anak merupakan
lembaga pendidikan non formal pertama, di mana mereka hidup, berkembang, dan
matang. Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan pada
pendidikan. Dari pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan
pengalaman, kebiasaan, ketrampilan berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu
pengetahuan.
Keluarga memiliki peranan utama di
dalam mengasuh anak, di segala norma dan etika yang berlaku didalam lingkungan
masyarakat, dan budayanya dapat diteruskan dari orang tua kepada anaknya dari
generasi-generasi yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Keluarga
memiliki peranan penting dalam ningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan pada sejak dini pada setiap
individu. Walau bagaimana pun, selain tingkat pendidikan, moral individu juga
menjadi tolak ukur berhasil tidaknya suatu pembangunan. Para Psikologi
Perkembangan Anak umumnya lebih fokus pada Pengaruh Keluarga, Teman Sebaya dan
Sekolah. Perkembangan Anak ini sangat bermanfaat untuk orang tua dan para guru.
Berikut adalah poin-poin pembahasan Konteks sosial Perkembangan anak.
Orang tua merupakan pendidik utama
dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula
menerima pelajaran (pendidikan). Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan
terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga
itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari
pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati. Suasana dan strukturnya
memberikan kemungkinana alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan
itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara
timbal balik antara orang tua dan anak.
Anak-anak tumbuh dalam keluarga yang
berbeda-beda. Beberapa orang tua mengasuh dan mendidik anak mereka dengan
benar. Orang tua lainnya bersikap kasar atau mengabaikan anaknya, beberapa anak
orang tuanya bercerai, anak lainya tinggal bersama orang tuanya yang lengkap
tanpa perceraian, beberapa keluarga hidup dalam kondisi ekonomi yang
berkecukupan, beberapa keluarga lainnya hidup dalam kondisi ekonomi sederhana.
Situasi yang bervariasi ini akan mempengaruhi perkembangan anak dan
mempengaruhi murid didalam dan diluar lingkungan sekolah.
B. Keluarga Yang Berubah Dalam Masyarakat Yang Berubah
Anak-anak dari keluarga yang bercerai, perceraian dalam
keluarga dapat memberikan dampak yang kompleks terhadap anak. Hal tersebut
tergantung faktor-faktor seperti usia anak, kekuatan dan kelemahan anak saat
perceraian tipe parenting status sosial ekonomi dan pelaksanaan fungsi
keluarga setelah perceraiaan. Adanya sistem pendukung seperti saudara, kawan,
guru, dapat menciptakan hubungan positif yang terus berlanjut antara ayah dan
ibu yang sudah bercerai, kemampuan memenuhi kebutuhan keuangan dan kualitas
sekolah dapat membantu anak dalam mengatasi situasi perceraian yang menekan.
Beberapa cara yang dilakukan guru untuk membantu anak yang
tertekan akibat perceraiaan:
a)
Menghubungi orang tuanya
b)
Menyarankan untuk mencarikan bimbingan professional dalam
maksud bimbingan konseling, yaitu mengadakan pertemuan reguler antara anak dan
orang tua yang dibimbing oleh professional mental atau guru yang memiliki
keahlian khusus.
c)
Membantu si anak dengan cara memberikan perhatian yang lebih
dan memberikan bimbingan kepada mereka agar dapat mengatasi situasi dan
berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah.
d)
Anjurkan mereka membaca buku tentang perceraiaan.
C. Variasi etnis dan sosial ekonomi keluarga
Keluarga dalam kelompok etnis yang berbeda akan bervariasi
dalam besar, strukturnya dan komposisinya: keterkaitan mereka dengan jaringan
kerabat, dan levelpendapatan dan pendidikannya.
Praktek pengasuhan anak berbeda-beda diantara keluarga yang
berstatus ekonomi tinggi, sedang dan rendah. Contohnya orang tua yang
berpendapatan rendah lebih sering menekankan pada karakteristik eksternal
seperti kepatudan dan kerapian. Sebaliknya keluarga yang status ekonominya
menengah sering menekankan pada karakter nilai internal seperti kontrol diri
dan penundaan rasa puas. Orang tua yang berstatus social ekonomi menengah lebih
sering memuji, melengkapi disiplin dengan penalaran, dan mengajukan pertanyaan
kepada anak. Orang tua berstatus ekonomi rendah, lebih mungkin menggunaka
hukuman fisik dan mengkritik anaknya.
PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL
Kanak-kanak
merupakan salah satu masa dalam tahapan perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik-karakteristik psikologis tertentu. Dalam hal ini, anak memiliki
bakat bawaan dari lahir yang menjadi potensi alamiah mereka. Bakat-bakat bawaan
itu akan maksimal jika ditentukan oleh rangsangan-rangsangan dari lingkungan
sekitar anak, yaitu keluarga, teman, dan sekolah. Pola pendidikan dan
pengajaran oleh lingkungan sekitar anak diharapkan dapat menyesuaikan dengan
tahapan perkembangan pada masa kanak-kanak. Dengan demikian, tujuan dari
program-program yang dibuat akan dapat diraih secara efektif.
Emosi merupakan
salah satu aspek perkembangan yang melekat pada diri anak-anak. Kondisi emosi
itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu : positif, misal
gembira dan negatif, misal sedih. Konsep emosi cukup penting bila dikaitkan
dengan fungsinya dalam hubungan interpersonal. Dalam hal ini, ekspresi emosi
akan menjadi fasilitasi bagi seorang anak untuk dapat mengungkapkan
perasaannya, perilakunya, serta keinginan-keinginannya.
Pada hubungan
anak dan orangtua, ekspresi emosi merupakan bahasa pertama kali dalam
berkomunikasi. Seorang bayi telah mampu bereaksi terhadap ekspresi wajah dan
nada suara orang tuanya. Sebaliknya, orang tua akan berusaha membaca makna dari
tangisan bayinya. Seiring dengan usia, pola emosi yang diajarkan orangtua pada
anak-anaknya akan membawa dampak terhadap perkembangan emosi seseorang.
Orangtua yang mengajari anak untuk dapat mengontrol emosi dan memandang emosi
negatif sebagai hal yang wajar, disertai dengan cara-cara mengatasinya akan
memunculkan kemampuan anak dalam mengatur emosi sehingga menghindarkan anak
dari masalah-masalah perilaku.
Pada masa kanak-kanak, dibutuhkan
kemampuan untuk dapat mengungkapkan emosinya secara positif, termasuk
sebab-akibat dari perasaan yang mereka miliki. Di samping itu, anak diharapkan
mulai mampu merefleksikan emosi yang mereka rasakan sekaligus mengatur emosi
mereka sesuai dengan konteks sosial yang ada. Dalam hal ini, orang-orang di
sekeliling anak dapat membantu perkembangan emosionalnya dengan bersikap lebih
peka terhadap perasaan dan kebutuhan anak.
Orang dewasa seharusnya membantu anak
untuk dapat memahami emosi yang mereka rasakan sekaligus belajar untuk
mengekspresikannya secara positif di dalam kehidupan sehari-hari. Seiring
dengan waktu, emosi memainkan peran yang kuat terhadap hubungan sosial seorang
anak. Seorang anak yang dapat mengatur emosi secara positif akan menjadi anak
yang populer dan disenangi oleh teman-temannya.
Aspek lain dalam
perkembangan kepribadian anak adalah pemahaman atau konsep diri. Pada masa
kanak-kanak awal, anak biasanya memiliki pemahaman diri yang bersifat fisik
ataupun aktivitas yang mereka lakukan. Ketika anak ditanya tentang siapa
mereka, maka jawaban yang muncul biasanya berkisar pada ukuran tubuh atau
aktivitas yang disenanginya. Konsep pemahaman diri ini menjadi lebih bersifat
internal pada masa kanak-kanak menengah dan akhir. Anak-anak yang berada pada
tingkat Sekolah Dasar telah mampu menyebutkan sifat-sifat psikologis dalam
mendeskripsikan dirinya. Di samping itu, aspek sosial cukup memegang peranan
besar dalam memahami konsep dirinya. Pada saat ini, anak mulai membandingkan
keadaan dirinya dengan keadaan orang-orang di sekitarnya, terutama teman
sebayanya.
ENTELEGENSI
Menurut David Wechsler,
inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara
rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Wangmuba, Materi Psikologi, Psikologi Umum, Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan
umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan
yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik.
Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi
yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu
setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena
suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan
khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.(sumber: iqeq.web.id)
intelegensi
menurut “Claparde dan Stern”
adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan
kondisi baru. Berbagai macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk
mengetahui tingkat intelegensi seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat intelegensi seseorang. Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang
harus kita perhatikan supaya intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.
Claparde
dan Stern mengatakan
bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap
situasi atau kondisi baru.
K.
Buhler mengatakan
bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau
pengertian.
David
Wechster (1986).
Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti
ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di
lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya
secara efektif.
GAYA
BELAJAR DAN BERPIKIR
Gaya
belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih seseorang
untuk menggunakan kemampuannya Dikotomi Gaya Belajar dan Berpikir
1.
Gaya Impulsif / Reflektif
Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo
konseptual, yakni siswa cenderung gaya belajar dan berpikirbertindak cepat dan
impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan
akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965 dalam Santrock ,2004:156). Siswa yang
impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan daripada siswa bergaya
reflektif.
2.
Gaya Mendalam / Dangkal
Gaya belajar apakah mendalam/dangkal maksudnya sejauh mana
siswa mempelajari materi pelajaran dengan satu cara yang membantu mereka
memahami makna materi tersebut (gaya mendalam) ataukah sekadar mencari apa-apa
yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal). (Marton, Hounsell, & Entwistle,
1984).
Gaya dangkal tidak dapat mengaitkan apa-apa yang mereka
pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Seringkali hanya mengingat
informasi dan bersikap pasif. Sedangkan pelajar mendalam (deep learner) lebih
mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi
makna pada apa yang perlu diingat.
KEPRIBADIAN DAN TEMPERAMEN
1.
Kepribadian
Kepribadian adalah
keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol
pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut
“berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian
supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan
atribut “tidak punya kepribadian”. Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi
(berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus
proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara
eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami
perubahan.
2.
Tempramen
Pengertian temperamen dan kepribadian sering juga
dipergunakan secara tertukar. Temperamen adalah kepribadian yang lebih
bergantung pada keadaan badaniah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tabiat
adalah konstitusi kejiwaan. Menurut Allport sebagaimana dikutip oleh
Sumadi Suryabrata (1985) temperament adalah "Gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk
mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan dan kecepatannya bereaksi,
kualitas kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan intensitas suasana hati,
serta bergantung pada faktor konstitusional, yang karenanya terutama berasal
dari keturunan". Jadi,
temperamen sifatnya turun-temurun dan tak dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh
dari luar.
STUDY KASUS
Studi kasus (case
study) merupakan salah satu metode dalam penelitian sosial. Metode case
study meliputi beberapa teknik riset yang digunakan untuk menginvestigasi
fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The
Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya
berjudul “Method, Case Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh
peneliti yang umumnya fokus pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada
kajian tentang kelompok, orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau
peristiwa. Tujuan penerapan metode case study dalam sosiologi
adalah untuk mengungkap isu atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting
sosial tertentu. Studi kasus, selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai
unit analisis dan juga teknik pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi
data.
BAB
V
BUDAYA
DAN ETNIS
A.
Budaya
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.Budaya adalah
suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak
aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan
mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya
lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika,
“keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.
Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.Dengan demikian, budayalah
yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
B.
Etnis
a)
Fredrick Barth
Etnis adalah himpunan manusia karena
kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut
yang terikat pada sistem nilai budaya.
b)
Hassan Shadily MA
Suku bangsa atau etnis adalah
segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis.
c)
Menurut Ensiklopedi Indonesia
Etnis berarti kelompok sosial dalam
sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu
karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu
kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik
yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.
d)
Menurut Perspektif Teori Situasional
Etnis merupakan hasil dari adanya pengaruh yang berasal dari
luar kelompok. Salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap
etnisitas adalah kolonialisme, yang demi kepentingan administratif pemerintah
kolonial telah mengkotak-kotakkan warga jajahan ke dalam kelompok-kelompok
etnik dan ras (Rex dalam Simatupang, 2003). Untuk seterusnya sisa warisan
kolonial itu terus dipakai sampai sekarang.
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pendidikan multikultural adalah
gerakan pembaharuan dan inovasi pendidikan dalam rangka menanamkan kesadaran
pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan, dengan spirit
kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling memahami dan menghargai
persamaan, serta perbedaan dan keunikan agama-agama. Dengan demikian, terjalin
suatu relasi dan interdependensi dalam situasi saling mendengar dan menerima
perbedaan pendapat dalam pikiran terbuka, untuk menemukan jalan terbaik
mengatasi konflik dan menciptakan perdamaian melalui kasih sayang antar sesama.
Maka dari itu implementasi pendidikan multikultural tidak akan lepas dari
konsep-konsep pembaharuan pendidikan, karena pembaharuan pendidikan mempunyai
konsep konstruktif yang membentuk
terwujudnya pendidikan multikultuural.
Menurut Hujair A.H.
Sanaky, dalam melakukan pembaharuan, pendidikan diharapkan mengorientasikan
tujuan lebih bersifat problematis, strategis, aspiratif, menyentuh aspek
aplikasi, serta dapat merespons kebutuhan masyarakat. Kemudian dari kerangka
ini, tujuan yang dirumuskan meliputi aspek ilahiyah (teoretis), fisik dan
intelektual, kebebasan (liberal), akhlak, profesionalisme, berkualitas,
dinamis, dan kreatif sebagai insan kamil dan dalam kehidupannya.
GENDER
Gender adalah serangkaian karakteristik
yang terikat kepada dan membedakan maskulinitas dan femininitas. Karakeristik tersebut dapat
mencakup jenis
kelamin (laki-laki,
perempuan, atau interseks), hal yang ditentukan berdasarkan
jenis kelamin (struktur
sosial sepeti peran gender), atau identitas gender. Orang-orang yang tidak
mengidentifikasi dirinya sebagai pria atau wanita umumnya dikelompokkan ke
dalam masyarakat nonbiner atau genderqueer. Beberapa kebudayaan memiliki peran
gender spesifik yang berbeda dari "pria" dan "wanita" yang
secara kolektif disebut sebagai gender ketiga seperti golongan Bissu di masyarakat Bugis di Sulawesi dan orang hijra di Asia Selatan.
Seksolog Selandia Baru yaitu John Money mencetuskan perbedaan penggunaan isitilah jenis kelamin biologis dan gender sebagai peran pada tahun 1955. Sebelum itu, kata
"gender" jarang digunakan untuk menyebut hal lain selain gender gramatikal dalam ilmu bahasa. Definisi yang diajukan oleh Money tidak
langsung banyak diakui sebelum akhirnya pada dekdae 1970-an ketika teori feminis mengangkat konsep perbedaan antara jenis kelamin biologis
dan gender sebagai konstruksi sosial. Definisi tersebut hingga kini masih
digunakan untuk beberapa konteks seperti dalam ilmu sosial dan beberapa dokumen
terbitan Organisasi Kesehatan Dunia.
Konteks-konteks lain menggunakan
istilah "gender" yang mencakup atau sebagai pengganti dari
"jenis kelamin".[1][2] Sebagai contoh, dalam kajian
terhadap hewan nonmanusia, gender umumnya digunakan untuk menyebut jenis
kelamin dari hewan. Perubahan makna dari kata "gender" dapat ditelusuri hingga dekade
1980-an. Pada tahun 1993, Food and Drug Administration (FDA) mulai menggunakan gender
sebagai pengganti istilah jenis kelamin (bahasa Inggris: sex). Kemudian pada tahun 2011, FDA mulai
menggunakan jenis kelamin/seks untuk klasifikasi biologis dan gender
untuk "representasi diri seseorang sebagai laki-laki atau perempuan atau
bagaimana ia merespon terhadap institusi-institusi sosial yang didasarkan pada
presentasi gender seseorang."
Beberapa ilmu seputar gender salah
satunya adalah cabang dari ilmu sosial yaitu kajian gender. Seksologi dan ilmu saraf juga membahas beberapa hal mengenai
gender. Kajian gender umumnya membahas gender sebagai sebuah konstruksi sosial sementara ilmu-ilmu dalam ilmu alam membahas mengenai perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yang
dapat mempengaruhi perkembangan gender pada manusia. Kedua pendekatan tersebut
berkontribusi dalam menyelidiki seberapa jauh perbedaan biologis mempengaruhi
pembentukan identitas gender pada seseorang. Trikotomi antara jenis kelamin biologis,
gender psikologis, dan peran gender sosial pertama kali muncul pada sebuah
artikel jurnal mengenai transseksualisme pada tahun 1978.
STUDY KASUS
Saya mempunyai seorang teman SMP yang
bernama Maya. Maya merupakan anak perempuan satu-satunya dalam keluarga.
Meskipun kami bersekolah di sekolah yang sama namun kami tidak terlalu dekat
mengingat kelas kami juga memiliki jarak yang lumayan jauh. Semenjak masih
duduk di bangku SMP, maya memang telah mulai terlihat tomboy (kelaki-lakian)
dan menunjukkan sikap yang berlawanan dengan peran gender yang semestinya.
Perilaku ini ditunjukkan dengan berjalan layaknya laki-laki serta dominan
berteman dengan laki-laki. Ketika menginjak bangku SMA tingkah laku yang
berlawanan dengan peran gendernya sebagai wanita semakin menjadi-jadi, Maya
mulai berdandan selayaknya laki-laki dengan memakai pakaian laki-laki dan
memiliki gaya rambut selayaknya laki-laki. Namun lebih parahnya Maya bahkan
berpacaran dengan perempuan alias sejenis.
BAB
VI
ANAK
DENGAN KETERBATASAN
1.
Psikologi
Pendidikan “Pendidikan Anak dengan Keterbatasan” DISUSUN OLEH Yuniar Widiantari
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2.
Istilah
keterbatasan dan cacat sering tertukar Keterbatasan (disability) adalah suatu
kondisi yang mengacu pada terbatasnya fungsi individu sehingga menghalangi
kemampuan individu tersebut Cacat (handicap) adalah suatu kondisi yang
dibebankan pada seseorang yang mengalami keterbatasan.
3.
Anak-
Anak yang Mengalami Keterbatasan ? 1. Anak dengan kesulitan belajar 2. Anak
yang mengalami ADHD 3. Anak yang Retradasi Mental 4. Anak dengan Ganguan Fisik
5. Anak dengan Gangguan Sensoris 6. Aanak dengan Gangguan Bahasa 7. Anak dengan
Gangguan Spekrum Autis 8. Anak dengan Gangguan Emosi dan Prilaku
4.
Kesulitan
Belajar ? • Kesulitan belajar (learning Diasbility) kondisi yang diberikan
kepada anak dengan IQ diatas tingkat retradasi,memilii kesulitan signifikasn
dalam bidang akademis dan tidak menunjukan ganguan terdiagnosisi seperti
ganguan emsosionl dan keterbatasan sensori yang dapa menimbulkan masalah. •
Karakterristik Kesulitan Belajar Kesulitan belajar berlangsung seumur hidup,
anak-anak dengan kesulitan belajar menunjukan prestasi akademik buruk, angka
dropout yang tinggi, riwayat pascapendidikan menengah dan pekerjaan yg buruk.
5.
Klasifikasi
kesulitan belajar secara umum (hallahan,dkk.2005) DISLEKSIA Kategori kesulitan
belajar yang diberian pada anak yang mengalami kesulitan dalam ketrampilan
membaca. Kesulitan dalam ketrampilan fonologis DISGRAFIA Kategori kesulitan
belajar yang diberian pada anak yang mengalami kesulitan dalam ketrampilan
mengungkapkan pemikiran dalam bentuk komposisi tulisan. Kesulitan dalam
ketrampilan fonologis DISKALKUSIA Kategori kesulitan belajar yang diberian pada
anak yang mengalami kesulitan dalam ketrampilan matematika. cenderung memiliki
kekurangan neuropsikologis dan kognitif.(prestasi buruk mengolah ingatan,
prespsi visual, kemampuan visualm spasial)
ISU ISU PENDIDIKAN YANG MELIBATKAN ANAK PENYANDANG
DISABILITAS
Pendidikan adalah salah satu pilar
terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan, peradaban manusia
semakin berkembang dengan pesat. Berarti peranan pendidikan sudah tidak dapat
dipungkiri, mengingat kemauan teknologi saat ini berasal dari pendidikan yang
berkualitas. Sebagian besar penyandang disabilitas fisik mengalami kesulitan
untuk mendapatkan pendidikan. Menurut Groce (2003) di berbagai negara anak-anak
penyandang disabilitas dianggap tidak mampu belajar, apa pun disabilitas yang
dialami. Selain itu, mereka juga kerap kali dianggap sebagai pengganggu atau
penghambat dalam proses pembelajaran (Groce, 2003).
Selain itu, gedung sekolah pun dibangun dengan tangga-tangga
dan jauh dari fasilitas umum lainnya sehingga tidak akses bagi individu dengan kesulitan
mobilitas. Terbatasnya guru yang terlatih, materi pembelajaran yang kurang
sesuai dan ketidak inginan untuk melibatkan penyandang disabilitas merupakan
factor-faktor yang menyebabkan terbatasnya peluang belajar bagi anak-anak
penyandang disabilitas, baik disabilitas fisik maupun disabilitas mental
(Groce, 2003). UNICEF (1999) menduga bahwa penyebab utama jarang ditemuinya
penyandang disabilitas di sekolah-sekolah adalah karena keluarga dan lingkungan
sosial menganggap mereka tidak membutuhkan pendidikan sehingga ketika memasuki
masa remaja ditemukan bahwa dalam hal pendidikan para penyandang disabilitas
ini sangat jauh tertinggal dari teman-teman seusianya yang tidak menyandang
disabilitas. Terbatasnya pendidikan bagi anak-anak penyandang disabilitas juga
terjadi di Indonesia, walaupun Undang Undang Republik Indonesia No. 4 tahun
1997 mengenai penyandang cacat telah menetapkan adanya kesamaan kesempatan
pendidikan bagi penyandang disabilitas. Menurut data hasil statistik, di
Indonesia terdapat sekitar 1,5 juta penyandang disabilitas yang berada pada
usia sekolah. Akan tetapi hanya 5% atau sekitar 77.000 individu yang menempuh
pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Di Jakarta sendiri sudah terdapat
sekitar 65 SLB, baik untuk anak-anak penyandang disabilitas fisik maupun
mental.
Sejak tahun 2003, pendidikan untuk anak-anak penyandang
disabilitas mulai berkembang. Undang Undang No. 20 tahun 2003 mengenai
system pendidikan nasional mengemukakan hak penyandang disabilitas untuk
mendapatkan pendidikan khusus. Sejak itu pulalah pemerintah menunjuk beberapa
sekolah khususnya di Jakarta untuk menjadi sekolah inklusi. Sekolah inklusi
merupakan sekolah umum yang memberikan kesempatan belajar bagi penyandang
disabilitas. Selain sekolah-sekolah Negeri yang ditunjuk oleh pemerintah,
beberapa sekolah swasta pun membuka kesempatan bagi penyandang disabilitas
untuk memperoleh pendidikan. Walaupun pemerintah telah menunjuk sekolah-sekolah
inklusi, penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan bagi penyandang disabilitas
masih sangat terbatas (Dahlena dalam Sindo, 2008). Selain itu, ketentuan
mengenai system pendidikan inklusi pun kurang jelas sehingga sekolah-sekolah
mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. Hal ini mengakibatkan pelayanan
pendidikan bagi penyandang disabilitas pun masih belum maksimal.
ANAK-ANAK BERBAKAT
Anak berbakat
adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu
memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan pendidikan
khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka
yang unggul. Bakat” (aptitude) pada umumnyadiartikan sebagai
kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih
agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan
menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang.
Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat
dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi”
seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan
kemampuan.
STUDY
KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam
penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset
yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina
Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case
Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus
pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok,
orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan
metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu
atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus,
selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik
pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.
BAB
VII
APAKAH BELAJAR DAN APAKAH YANG BUKAN
Belajar merupakan fokus sentral pembahasan
dalam ilmu psikologi pendidikan. Ilmu ini sangat urgen untuk diterapkan di
lingkungan sekolah. Karena memang sekolah merupakan suatu lingkungan sosial
untuk membantu anak-anak belajar.
A.
Belajar atau bukan?
Pembelajaran
dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif permanen pada perilaku,
pengetahuan, dan ketrampilan berpikir yang terjadi melalui serangkaian
pengalaman yang dialami. Misalnya, ketika seorang anak belajar mengoperasikan
komputer. Mereka mungkin sepanjang perjalannya melakukan banya kesalahan.
Tetapi pada titik tertentu mereka akan mendapatkan bakat perilaku yang
diperlukan untuk menggunakan komputer secara efektif.
Tidak semua
yang kita tahu adalah hasil belajar. Kita mewarisi beberapa kapasitas bawaan
atau sejak lahir, tidak dipelajari. Sebagai contoh, kita tidak harus diajarkan
cara berkedip ketika sebuah obyek datang terlalu dekat dengan mata kita.
B.
Pendekatan pembelajaran
Behaviorisme
merupakan pandangan bahwa perilaku harus dijelaskan oleh pengalaman yang dapat
diamati secara langsung, bukan dengan proses mental. Pengkondisian klasik dan
operan adalah pandangan tentang perilaku yang menekankan pada pembelajaran
asosiatif. Psikologi menjadi lebih
kognitif pada akhir abad ke-20, dan penekanan kognitif berlanjut sampai hari
ini. Hal ini tercermin dalam empatpendekatan kognitif untuk pembelajaran:
ü Pendekatan
kognitif sosial, menekankan pada
interaksi perilaku, lingkungan, dan orang dalam menjelaskan
pembelajaran.
ü Pendekatan
pemrosesan informasi, menekankan pada bagaimana anak memproses informasi
melalui perhatian, memori, berpikir, dan proses kognitif lainnya.
ü Pendekatan
kontruktivis kognitif, menekankan kontruksi kognitif pengetahuan dan pemahaman
anak.
ü Pendekatan
kontruktivis sosial, menekankan pada kerjasama dengan pihak lain untuk
menghasilkan pengetahuan dan pengalaman.
PENDEKATAN PERILAKU UNTUK BELAJAR
Pendekatan belajar behavioristik
menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur
dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum
mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang
internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons
adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar
berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R
(stimulus-Respon).
ANALISIS PERILAKU TERAPAN DALAM
PENDIDIKAN
Analisis perilaku terapan berarti
mengaplikasikan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia.
Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalm bidang pendidikan:
meningkatkan perilaku yang diinginkan, menggunakan dorongan (prompt) dan
pembentukan (shapimg), dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Lima
strategi penkondisian operan yang dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku
anak yang diharapkan:
1. Memilih Penguat yang Efektif
Mencari penguat mana yang paling baik untuk murid‒yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Prinsip Premack menyatakan bahwa aktivitas berprobabilitas tinggi dapat digunakan untuk menguatkan aktivitas berprobabilitas rendah.
2. Menjadikan Penguat Kontingen dan Tepat Waktu
Pertanyaan “jika … maka” dapat dipakai untuk menjelaskan kepada murid apa yang harus mereka lakukan untuk mendapatkan imbalan. Analisis perilaku terapan merekomendasikan agar penguatan dibuat kontingen‒artinya, diberikannya secara tepat waktu dan hanya ketika murid melakukan suatu tindakan yang diinginkan.
PENDEKATAN
KOGNITIF SOSIAL UNTUK BELAJAR
Teori kognitif sosial
menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor perilaku,
memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert Bandura (1986, 1997, 2000,
2001) adalah salah satu arsitek utama teori kognitif sosial. Pada teori ini,
faktor internal maupun eksternal dianggap penting. Bandura mengembangkan
determinisme resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama, yaitu perilaku,
person/kognitif, dan lingkungan. Ketiga faktor ini saling berinteraksi satu
sama lain. faktor-faktor sosial seperti model, dapat mempengaruhi faktor
personal siswa, seperti tujuan, sense of efficacy untuk suatu tugas, atribusi,
dan proses regulasi diri, seperti merencanakan, memantau, dan mengontrol
distraksi. Sebagai contoh, umpan balik guru dapat membuat siswa menetapkan
tujuan yang lebih tinggi. Contoh lain, bila siswa mencapai sesuatu, keyakinan
diri dan minatnya meningkat. Pengaruh Resiprokal Ketiga kekuatan-personal,
sosial/lingkungan, dan perilaku-berinteraksi secara konstan.
STUDY
KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam
penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset
yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina
Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case
Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus
pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok,
orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan
metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu
atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus,
selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik
pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.
BAB VIII
SIFAT PENDEKATAN PEMROSESAN
INFORMASI
A.
Informasi, ingatan, dan berpikir
Pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan
kognitif di mana anak mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi
berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses
memori dan proses berpikir. Menurut pendekatan ini, anak secara bertahap
mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, yang memungkinkan mereka
untuk bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Behaviorisme dan model asosiatif belajar adalah kekuatan
yang dominan dalam psikologi sampai tahun 1950-an dan 1960-an, ketika banyak
psikologi mulai mengakui bahwa mereka tidak dapat menjelaskan pembelajaran
anak-anak tanpa mengacu pada psoses mental, seperti memori dan berpikir.
Istilah psikologi kognitif menjadi label untuk pendekatan yang berusaha untuk
menjelaskan perilaku dengan memeriksa proses mental. Meskipun sejumlah faktor
mendorong pertumbuhan psikologi kognitif, tidak ada yang lebih penting daripada
perkembangan komputer.
Secara sederhana analogi sistem pemrosesan informasi
aktif yang dikemukakan oleh psikologi kognitif untuk menggambarkan
hubungan antara kognisi dengan otak adalah dengan melihat sistem kerja komputer
yang seakan-akan menjelaskan bagaimana kognisi manusia bekerja dengan
menganalogikan hardware sebagai otak fisik dan software sebagai
kognisi.
B.
Sumber Kognifik: Kapasitas Dan Kecepatan Pengolahan Informasi
Kemampuan pengolahan informasi
meningkat, dipengaruhi oleh kenaikan kapasitas dan kecepatan pemrosesan.
Kenaikan kapasitar yaitu mengingat satu topik atau dimensi atau berbagai
masalah sedangkan kecepetan pemprosesan yaitu seberapa cepat dalam mengelola
informasi. Kedua karateristik kapasitas dan kecepatan ini sering disebut
sebagai sumber daya kognifik dan memiliki pengaruh penting pada memori dan
pemecahan masalah. Biologis dan pengalaman memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan sumber kognitif (Bjorklund, 2011).
Kecepatan pemrosesan informasi sering
mempengaruhi apa yang dapat mereka lakukan dengan informasi tersebut. Kecepatan
anak dalam memproses informasi terkait dengan kopetensi mereka dalam berpikir
(Bjorklund,2005, 2011). Umumnya proses yang cepat dihubungkan dengan kinerja
yang baik pada tugas-tugas kognitif. Namun, beberapa kopetensi untuk kecepatan
proses yang lebih lambat dapat dicapai melalui strategi yang efektif.
Teori
belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar.
Belajar tidak sekedar melibatkan antara stimulus dan respon, akan tetapi
belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang nampak, dan belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan
aspek- aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain
mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur
kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman- pengalaman sebelumnya. Selain itu, teori
kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
PERHATIAN
Tidak mudah bagi kita untuk
merumuskan pengertian perhatian. Ketidakmudahan itu disebabkan antara lain oleh
beberapa hal yaitu penggunaan perhatian yang kurang tepat oleh masyarakat.
Seringkali orang menyamakan perhatian dengan motif, motivasi maupun empati.
Perhatian berbeda dari simpati, empati dan komunikasi walaupun ketiganya
berhubungan erat dalam pemusatan tenaga seseorang. Menurut Dakir ( 1993 : 114 )
”Perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang
dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu baik yang ada di dalam
maupun yang ada di luar individu sedangkan pendapat senada dikemukakan oleh
Slameto ( 1995 : 105) Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang
dalam hubungan nya dengan pemilihan Dari
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan
tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek yang datang dari dalam dan dari
luar individu.
INGATAN
Ingatan atau sering disebut memory adalah
sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi.
Ingatan akan dipelajari lebih mendalam di psikologi kognitif dan ilmu
saraf. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara
pengalaman dengan masa lampau. Apa yang telah diingat adalah hal yang
pernah dialami, pernah dipersepsinya, dan hal tersebut pernah dimasukkan
kedalam jiwanya dan disimpan kemudian pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan
kembali dalam kesadaran.
William
James menyatakan bahawa terdapat 2 jenis ingatan yang dialami oleh manusia
iaitu ingatan jangkamasa pendek dan ingatan jangka masa panjang.
Kedua-dua ingatan jenis ini mempunyai proses yang sama dan tiga telah
dikenal pasti iaitu :
a)
Proses menerima dan pengkodan informasi-informasi yang
diterima oleh otak supaya datadata tersebut boleh diterima akal sebagai ingatan
sesuatu parkara. Jika proses pengkodan
ini tidak berlaku, ingatan itu tetap didaftarkan oleh organ otak, tetapi tidak
secara sistematik.
b)
Proses kedua ialah berkaitan dengan simpanan data-data yang
telah dikodkan sebentar tadi. Kita telah
ada satu idea tentang kebolehan otak menyimpan data dan kemungkinan besar, ia
boleh menyimpan lebih daripada angka yang digambarkan oleh Asimov. Kesemua data ingatan disimpan dibeberapa
ruang di bahagian serebrum organ otak
manusia.
c)
Proses ketiga melibatkan aktiviti mendapatkan semua
bahan-bahan yang disimpan tadi apabila ia diperlukan. Proses ini dinamakan sebagai dapat
kembali. Sebagai contoh, setelah
menelaah nota-nota kursus untuk menghadapi ujian akhir semester, anda kodkan
informasiinformasi berikut dan menyimpannya dalam ingatan sistematik.
Ketiga-tiga proses pengkodan, simpanan dan dapat kembali
berinteraksi sesama sendiri untuk menghasilkan ingatan tentang sesuatu
informasi dengan baik. Bagi mereka yang baik ingatannya , bermakna mereka
berjaya mengorganisasikan data dengan teratur dan sistematik berbanding dengan
mereka yang bersifat pelupa.
A.
Ingatan jangka masa pendek
Bayangkan satu situasi di mana seorang teman meminta anda menyampaikan pesanan
kepada seorang teman yang lain. Anda
memasukkan informasi tersebut dalam ingatan dan apabila berjumpa dengan teman
berkenaan anda menyampaikan pesanan tersebut kepadanya. Hal seumpama ini pernah kita semua alami dan
dalam hal sedemikian, ia melibatkan ingatan jangka masa pendek. Ingatan jangka masa pendek digunakan bagi
data yang disimpan untuk beberapa jam,
minit atau saat. Kebanyakan ingatan
manusia didaftarkan pada tahap yang tidak disedari oleh kita. Tidak semua ingatan akan mendapat perhatian
kita dan bagi bagi ingatan-ingatan yang sedemikian, ia akan disimpan di dalam
Simpanan Deria buat beberapa saat sahaja dan kemudiannya terus hilang dalam
gedung simpanan otak manusia. Sistem deria ini bertindak sebagai penapis
yang bertugas mengasingkan data-data berguna untuk ingatan jangka masa pendek. Contohnya ‘pesan’, tiga perkara boleh dikenal pasti dan diambil kira dalam ingatan
jangka masa pendek. Pertama siapakah individu
yang mengirimkan pesan. Anda harus
mengenali individu ini, oleh itu anda perlu mengeluarkan namanya daripada
ingatan jangka masa panjang dan disimpan dalam ingatan jangka masa pendek. Kedua ialah siapakah individu yang akan
menerima pesan. Proses ini sama berlaku
jika anda telah mengenalinya. Jika
tidak, anda mesti mengkodkan data-data baru tentang diri si penerima dan menyimpannya dalam ingatan
jangka masa pendek. Ketiga ialah pesanan
yang anda bawa. Sememangnya lebih mudah
jika pesanan itu ditulis dan diberikan
kepada penerima tetapi jikalau pesanan itu pendek seperti “ jumpa saya
esok di perpustakaan” anda terpaksa juga memasukkannya ke dalam ingatan jangka
masa pendek.
B.
Ingatan jangka masa pendek
Kebolehan otak menyimpan informasi-informasi dalam ingatan
untuk beberapa tahun, bulan, hari, jam, minit atau pun sepanjang hayat dikenali sebagai ingatan jangka panjang. Ia berbeda daripada ingatan jangka masa
pendek dari segi masa simpanan dan kapasiti simpanan
Ingatan merupakan
kemampuan untuk menerima dan memasukkan (learning), menyimpan (retention)
dan menimbulkan kembali apa yang pernah dialami (remembering). Dalam
proses mengingat informasi ada 3 tahapan yaitu memasukkan informasi (encoding),
penyimpanan (storage), dan mengingat (retrieval stage).
KEAHLIAN
Keahlian ialah suatu
kemampuan yang melakukan sesuatu terhadap sebuah peran. Hal itu merupakan
kemampuan yang bisa di pindahkan dari satu orang ke orang yang lainnya.
Misalkan bagi seorang akuntan aritmatika merupkan sebuah keahlian. Sedangkan
bagi seorang pilot mekanika gerakan miring, memutar, dan juga menukik merupakan
sebuah keahlian. Dan cara terbaik untuk mengajarkan sebuah keahlian ialah
dengan memecahkan suatu keahlian tersebut menjadi beberapa langkah. Dan
kemudian akan disusun kembali oleh masing-masing individu, dan untuk mengetahui
keahlian dengan pasti ialah dengan praktik.
METAKOGNISI
Kemampuan untuk
mengontrol ranah
atau aspek kognitif.
Meta kognitif mengendalikan enam tingkatan aspek kognitif yang didefinisikan
oleh Benjamin Bloom
dalam taksonomi Bloom yang terdiri dari tahap ingatan,
pemahaman,
terapan,
analisis
dan sintetis
dan evaluasi. Pada tahun 1991 taksonomi ini direvisi oleh David Krathwohl
menjadi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
danmencipta (creating).
BAB
X
BERPIKIR
Berpikir
merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan dengan makhluk lain. Maka
dengan dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat
memikirkannya. Berpikir merupakan proses bekerjanya akal, manusia dapat
berpikir karena manusia berakal. Ciri utama dari berpikir adalah adanya
abstraksi. Dalam arti yang luas, berpikir adalah bergaul dengan
abstraksi-abstraksi, sedangkan dalam arti sempit berpikir adalah mencari
hubungan atau pertalian antara abstraksi-abstraksi ( Puswanti, 1992 : 44).
Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : berpikir
alamiah dan berpikir ilmiah. Dalam proses berpikir alamiah, pola penalaran
didasarkan pada kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Di sisi
lain, dalam proses berpikir ilmiah, pola penalaran didasarkan pada sasaran
tertentu secara teratur dan sistematis.
Berpikir
merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dengan mengikuti jalan pemikiran tertentu agar
sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan (Suriasumantri 1997: 1).
Oleh karena itu, proses berpikir memerlukan sarana tertentu yang disebut dengan
sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah
tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana
berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah
yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik
diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa : bahasa ilmiah, logika dan
matematika, logika dan statistika ( Tim Dosen Filsafat Ilmu. 1996: 68). Bahasa
ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain.
Logika dan matematika mempunyai peran penting dalam berpikir deduktif sehingga
mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika
mempunyai peran penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep
yang berlaku umum.
PEMECAHAN MASALAH
Pemecahan
masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan agar memperoleh
penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak didapat dengan
segera (Saad & Ghani, 2008:120). Pendapat lainnya menyatakan bahwa
pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan
(Polya, 1973:3). Menurut Goldstein dan Levin, pemecahan masalah telah
didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi
dan kontrol lebih dari keterampilan rutin atau dasar. Beberapa pengertian pemecahan masalah dapat
disimpulkan sebagai berikut (Syaiful, 2012: 37):
1.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran
matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika.
2.
Pemecahan masalah meliputi metode, prosedur, dan strategi
merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.
3.
Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar
matematika. Pada saat memecahkan masalah matematika, siswa dihadapkan dengan
beberapa tantangan seperti kesulitan dalam memahami soal. Hal ini disebabkan
karena masalah yang dihadapi bukanlah masalah yang pernah dihadapi siswa
sebelumnya.
TRANSFER
Pengertian
Transfer menurut Lukman Dendawijaya dalam
bukunya yang berjudul Manajemen Perbankan
(2001:29).
“Transfer adalah jasa yang
diberikan bank dalam pengiriman uang antar
bank atas permintaan pihak ketiga yang
ditunjuk kepada penerima ditempat lain.” Transfer adalah suatu kegiatan jasa
bank untuk memindahkan sejumlah dana tertentu sesuai dengan perintah si pemberi
amanat yang ditujukan untuk keuntungan seseorang yang ditunjuk sebagai penerima
transfer. Baik transfer uang keluar atau masuk akan mengakibatkan adanya
hubungan antar cabang yang bersifat timbal balik, artinya bila satu cabang
mendebet cabang lain mengkredit. Menurut Djumhana dalam
bukunya yang berjudul Hukum Perbankan diindonesia
(1996:187).
pengiriman
uang atau transfer dari dan keluar
negeri tersebut menjadi dua macam yaitu:
1.
kiriman uang keluar
(outward transfer) artinya bank
menerima amanat dari nasabah didalam negeri.
2.
kiriman uang masuk (inward
transfer)
artinya bank menerima amanatdari
pihak luar negri untuk membayarkan sejumlah
uang kepada pihak tertentu didalam negeri
(perusahaan, lembaga atau perorangan).
STUDY KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam
penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset
yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina
Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case
Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus
pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok,
orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan
metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu
atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus,
selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik
pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.
BAB
XI
PENDEKATAN
KONSTRUKTIVIS SOSIAL PENGAJARAN
Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi-potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat dan bangsa (UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003). Pengertian ini
menunjukkan pentingnya pendidikan bagi perkembangan seseorang. Oleh karena itu,
berbagai pihak berusaha menciptakan kondisi dan pendekatan agar tujuan
pendidikan dapat tercapai.
Pada
awalnya pembelajar dianggap seperti kertas kosong, sehingga dapat ditulisi apa
saja. Anggapan ini menggambarkan bahwa kurang adanya peran aktif pembelajar
saat proses pembelajaran, karena mereka hanya menerima apa saja yang diajarkan
(pasif). Pembelajaran memang tetap dapat berjalan, namun dapat membuat
kreativitas berpikir pembelajar kurang atau bahkan tidak terasah. Hal ini
sangat disayangkan, karena setiap pembelajar memiliki kecerdasan masing-masing.
Oleh karena itu, dewasa ini pendekatan konstruktivis dilihat sebagai pendekatan
yang mampu mendorong peserta didik untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya
secara aktif. Peserta didik tidak lagi dilihat sebagai kertas kosong, tetapi
pribadi yang memiliki bekal pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, bekal
pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan berinteraksi dengan lingkungan
sosial dan pengalaman baru sehingga menghasilkan pengetahuan baru. Untuk
memperoleh pemahaman tentang pendekatan konstruktivis, kita perlu menemukan
prinsipnya dalam filsafat konstruktivisme.
Filsafat
konstruktivisme dikembangkan oleh Giambatista Vico seorang epistemolog dari
Italia. Bagi Vico, pengetahuan selalu merujuk kepada struktur konsep yang
dibentuk. Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman
dan lingkungan mereka. Ada dua bentuk konstruktivisme dalam pembelajaran, yaitu
konstruktivisme psikologis/individu dan sosial.
Konstruktivisme
psikologis/individu dikembangkan oleh Jean Piaget. Menurut Piaget, pengetahuan
terbentuk dalam intelek individu sebagai hasil interaksinya dengan objek,
fenomena pengalaman dan lingkungan tertentu. Piaget menekankan pada pembentukan
makna individual. Sedangkan, konstruktivisme sosial dikembangkan oleh Vygotsky.
Pada konstruktivisme sosial, pengetahuan yang sudah terbentuk pada
masing-masing individu dikonstruksikan kembali setelah terjadi interaksi dengan
obyek, fenomena pengalaman dan lingkungan yang baru. Vygotsky menekankan pada
konteks sosial dan kultural yang melingkupi pembelajar. Pada makalah ini, kita
akan bersama-masa mengkaji pendekatan konstruktivis sosial.
GURU DAN REKAN SEBAYA SEBAGAI
KONTRIBUTOR BERSAMA UNTUK PEMBELAJARAN SISWA
Pengajaran teman sebaya
sebagai sumber belajar Sekolah mempunyai banyak potensi yang dapat ditingkatkan
efektifitasnya untuk menunjang keberhasilan suatu program pembelajaran. Potensi
yang ada di sekolah yaitu semua sumber-sumber daya yang dapat mempengaruhi
hasil dari proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu program pengajaran tidak
disebabkan oleh satu macam sumber daya tetapi disebabkan oleh perpaduan antara
berbagai sumber-sumber daya saling mendukung menjadi satu sistem yang integral.
Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat
orang lain yang bukan guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman
sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari
orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebayadan
tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan tutor kaka
adalah totor dari kelas yang lebih tinggi.
PENATAAN
KERJA KELOMPOK KECIL
Pengajaran teman sebaya
sebagai sumber belajar Sekolah mempunyai banyak potensi yang dapat ditingkatkan
efektifitasnya untuk menunjang keberhasilan suatu program pembelajaran. Potensi
yang ada di sekolah yaitu semua sumber-sumber daya yang dapat mempengaruhi
hasil dari proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu program pengajaran tidak
disebabkan oleh satu macam sumber daya tetapi disebabkan oleh perpaduan antara
berbagai sumber-sumber daya saling mendukung menjadi satu sistem yang integral.
Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat
orang lain yang bukan guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman
sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari
orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor
sebayadan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan
tutor kaka adalah totor dari kelas yang lebih tinggi.
Kerja kelompok dapat terjadi ketika guru meminta dua atau lebih siswanya
untuk bekerja bersama-sama (Roy, 2007). Kerja kelompok dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang jumlahnya relatif kecil bekerjasama satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama.
Komunikasi kelompok kecil terjadi ketika dua
orang atau lebih bertatap muka biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain, sedangkan pembelajaran kelompok kecil merupakan bentuk pembelajaran klasikal biasa
yang memungkinkan guru dalam waktu
yang sama menghadapi beberapa peserta didik yang belajar secara kelompok. Jumlah anggota kelompok berkisar antara dua sampai lima orang untuk setiap
kelompoknya. Artinya, guru memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk
aktif belajar dalam kelompok dan guru memberikan bimbingan pada kelompok kecil
tersebut. Selain itu
dengan belajar berkelompok peserta didik bisa mencari pengetahuan dan
pengalaman dari berbagai sumber. Keterampilan
mengajar kelompok kecil yaitu keterampilan yang menuntut guru untuk melakukan
kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik atau
disesuaikan dengan potensi, minat, gaya dan kebutuhannya. Jadi strategi
pembelajaran kerja kelompok kecil adalah usaha untuk memberdayakan segala
logistik pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil guna mencapai tujuan
pembelajaran.
PROGRAM KONSTRUKTIVIS SOSIAL
Secara umum, pendekatan konstruktivis sosial menekankan pada
konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan itu dibangun dan
dikonstruksikan bersama (mutual). Pendekatan konstruktivis sosial ini sangat
dipengaruhi oleh teori perkembangan kognitif Vygotsky (1896-1934). Vygotsky
mengatakan bahwa perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial
dan kultural. Dia percaya bahwa perkembangan memori, perhatian, dan nalar
melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat,
seperti bahasa, sistem matematika, dan strategi memori. Teori Vygotsky menarik
banyak perhatian karena teorinya mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu
dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif. Dengan kata lain, di samping
individu, kelompok di mana individu berada, sangat menentukan proses
pembentukan pengetahuan pada diri seseorang. Melalui komunikasi dengan
komunitasnya, pengetahuan seseorang dinyatakan kepada orang lain sehingga
pengetahuan itu mengalami verifikasi, dan penyempurnaan.
Pendekatan konstruktivis sosial menggunakan sejumlah inovasi
di dalam pembelajaran di kelas. Prinsip-prinsip pendekatan konstruktivis sosial
adalah:
1.
Pengetahuan dibangun/dikonstruksikan bersama.
2.
Pengetahuan dipengaruhi oleh konteks dan situasi sosial
tertentu (situated cognition).
Peran guru dalam pembelajaran yaitu harus menciptakan banyak
kesempatan bagi murid untuk belajar dengan guru dan teman sebaya dalam
mengkonstruksi pengetahuan bersama. Jadi, guru berfungsi sebagai fasilitator
dan pembimbing ketimbang sebagai pengatur dan pembentuk pembelajaran anak.
Berikut ini beberapa karakteristik kelas konstruktivis sosial, yaitu:
1.
Tujuan penting dari kelas ini adalah konstruksi makna
kolaboratif.
2.
Guru memantau perspektif, pemikiran dan perasaan murid.
3.
Guru dan murid saling belajar dan mengajar.
4.
Interaksi sosial mendominasi kelas.
5.
Kurikulum dan isi fisik dari kelas mencerminkan minat murid
dan dipengaruhi oleh kultur mereka.
Asumsi penting dari pendekatan konstruktivis sosial adalah situated cognition. Situated cognition mengacu pada ide bahwa pemikiran selalu
ditempatkan dalam konteks sosial dan fisik, bukan dalam pikiran seseorang. Oleh
karena itu, dalam pembelajaran konstruktivis sosial perlu menciptakan situasi
seperti yang terjadi di dunia riil.
STUDI KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam
penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset
yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina
Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case
Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus
pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok,
orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan
metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu
atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus,
selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik
pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.
BAB XII
MEMBACA
Membaca
adalah suatu kegiatan kompleks yang melibatkan serangkaian proses mental. Dalam
pengertian yang lain, membaca adalah suatu
keterampilan yang kompleks yang rumit, yang mencakup dan melibatkan serangkaian
keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Ada juga yang berpendapat bahwa
membaca adalah suatu proses psikolinguistik yang bertujuan untuk
membentuk pemahaman pembaca terhadap apa yang sedang dibaca. Sedangkan, dalam
pengertian yang lebih sederhana, membaca adalah suatu kegiatan yang bertujuan
mencari, melihat, dan memahami isi suatu bacaan atau tulisan. Banyak ahli
sepakat bahwa membaca adalah kemahiran kognitif yang kompleks. Secara garis
besar ada dua hal dasar dalam membaca, yaitu proses membaca dan hasil dari membaca itu sendiri. Proses
membaca adalah proses yang cukup kompleks yang dapat dibagi dalam 4 kelompok,
yaitu mengurai lambang, pemahaman literal, pemahaman inferensial, dan
pemantauan. Sedangkan, yang dimaksud dengan hasil membaca adalah komunikasi,
yaitu penyampaian pikiran dan emosi penulis kepada pembaca dan tercapainya
pengertian dalam diri pembaca tentang gagasan-gagasan yang ditulis oleh penulis
bacaan.
MENULIS
Menulis
adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang
diungkapkan dalam bahasa tulis. Dalam pengertian yang lain, menulis adalah
kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang
diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi
secara tidak langsung. Dengan demikian, dapat kita tegaskan bahwa pengertian menulis adalah kegiatan
seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar
bisa dipahami oleh pembaca. Menurut KBBI, pengertian menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan
(seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan
isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa
diketahui banyak orang orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan
seseorang dalam menuangkan isi hatinya ke dalam sebuah tulisan sangatlah
berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau
kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal
yang penting bahwa terkait dengan aktivitas menulis, seorang penulis harus
memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya.
MATEMATIKA
Matematika
adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur, bangun ruang, dan
perubahan-perubahan yang pada suatu bilangan. Matematika berasal dari
bahasa Yunani Mathematikos yang artinya ilmu pasti. Dalam bahasa belanda
matematika di sebut sebagai Wiskunde yang artinya ilmu tentang belajar. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, definisi matematika adalah ilmu
tentang bilangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya
yang mencangkup segala bentuk prosedur operasional yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan. Seorang yang ahli
dalam bidang matematika di sebut sebagai Matematikawan atau matematikus.
Segala hal yang bersangkutan dan berhubungan dengan matematika di sebut sebagai
matematis. Matematis juga di gunakan untuk menyebut sesuatu
secara sangat pasti dan sangat tepat.
Matematika
merupakan salah satu ilmu yang banyak di manfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari. Baik secara umum maupun secara khusus. Secara umum matematika di
gunakan dalam transaksi perdangangan, pertukangan, dll. Hampir di setiap aspek
kehidupan ilmu matematika yang di terapkan. Karena itu matematika mendapat
julukan sebagai ratu segala ilmu. Matematika juga mempunyai banyak kelebihan
dibanding ilmu pengetahuan lain. Selain sifatnya yang fleksible dan dinamis,
matematika juga selalu dapat mengimbangi perkembangan zaman. Terutama di masa
sekarang ketika segala sesuatu dapat di lakukan dengan komputer. Matematika
menjadi salah satu bahasa program yang efektif dan efisien.
SAINS
Sains
adalah berasal dari bahasa latin yaitu “scientia” yang artinya pengetahuan.
Jadi definisi sains ialah suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek-aspek
tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik & melalui berbagai
metode saintifik yang terbakukan.
A.
Ruang lingkupnya
Ruang lingkup sains terbatas pada
berbagai hal yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan,
pendengaran, rabaan & pengecapan) atau dapat dibilang sains itu pengetahuan
yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian. Definisi sains seperti tadi
diatas seringkali dikenal atau disebut dengan sains murni, untuk dapat
membedakannya dengan sains terapan, yang merupakan aplikasi dari sains yang
ditujukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Ilmu sains pada di
klasifikasikan menjadi 2 (dua), diantaranya yaitu :
Ø Natural sains / ilmu pengetahuan
Alam.
Ø Sosial sains / ilmu pengetahuan
sosial.
B.
Inilah tujuan dari sains
Apakah tujuan sains? Mungkin
gambaran paling umum, bahwa tujuan dari sains yaitu untuk menghasilkan model
yang dapat berguna tentang realitas. Pada umumnya penyelidikan ilmiah
menggunakan beberapa bentuk metode ilmiah. Secara umum metode yang dipakai,
yaitu:
Ø Observasi
Ø Hipotesis
Ø Prediksi
Ø Penelitian
Ø Kesimpulan
ILMU SOSIAL
ilmu sosial
diartikan sebagai suatu ilmu yang berisi mengenai interaksi antara manusia
dengan manusia secara individu, manusia dengan manusia secara individu dan
kelompok, manusia dengan manusia secara sama sama berkelompok. Dengan adanya
interaksi semacam ini manusia satu dengan manusia lainnya pastilah akan saling
berkomunikasi, saling mengenal satu dengan lainnya, bisa jadi saling bergotong
royong bahu membahu saling tolong menolong satu dengan lainnya namun bisa jadi
pula justru dengan adanya interaksi tersebut terjadilah konflik karena adanya
ketidakcocokan antara manusia satu dengan lainnya tersebut. Akan tetapi pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat benar benar hidup
seorang diri. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup saling
beriringan bersama sama.
Pengertian Ilmu Sosial Menurut Beberapa Ahli, Pengertian atau definisi dari ilmu sosial tidaklah hanya satu saja, ada beberapa versi lainnya menurut beberapa ahli sosial yang datang dari berbagai penjuru dunia. Yang pertama adalah seorang ahli sosial dari negeri seberang yang bernama Peter Herman, ia mengatakan bahwa ilmu sosial merupakan pelajaran berharga mengenai perbedaan namun tetap menjadi kesatuan. Yang berarti adalah manusia hidup di muka bumi ini dikaruniai akal pikiran yang tentu berbeda beda dengan manusia satu dan lainnya lagi. Akan tetapi pada prinsipnya adalah sama, semua manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk saling berinteraksi satu denga lainnya. Setiap manusia tidak ada yang bisa benar benar hidup seorang diri, tanpa bantuan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya setiap hari.
BAB XIII
MENJELAJAHI MOTIVASI
Pada
jaman sebelum indonesia merdeka, semboyan “merdeka atau mati” yang nyaring kita
dengar dari mulut para pejuang saat mengobarkan perlawanan kepada penjajah,
menjadi bukti betapa kekuatan,keberanian,tekad, dan daya juang tinggi yang coba
ditunjukan olah generasi pendahulu. Hingga buah dari perjuangan itu kita dapat
merasakan kemerdekaan sampai hari ini. Namun semboyan “merdeka atau mati”
menjadi tidak relevan lagi jika kita terapkan pada kehidupan bermasyarakat saat
ini, sebab dalam kehidupan sehari-hari kita sudah tidak lagi dibawah bayang
bayang todongan senjata penjajah yang sewaktu waktu dapat menembus bagian tubuh
kita. Semboyan “merdeka atau mati” saat ini lebih relevan apabila diubah
menjadi ‘berani berjaya dan mandiri’ tak lagi ‘berani mati’ yang dengan mudah
diucapkan pada masa lampau. Kita lihat hari ini masih banyak kita mendengar
orang orang yang berani mati seperti remaja putus cinta memilih gantung diri,
karyawan di phk akhirnya bunuh diri, konflik di dalam rumah tangga berakhir
bunuh diri, tidak kunjung mendapatkan pekerjaan bunuh diri. Mereka terlalu
mendalami arti “berani mati” padahal sudah tidak relevan lagi. Sekarang saatnya
berani berjaya, berani mengejar mimpi, dan berani berani lainya yang tentunya
membawa perubahan, membawa kebahagiaan. Dengan mati memang semua masalah akan
selesai, tapi ingat betapa kita telah mengecewakan orang yang paling menyayangi
kita. ingat ibu yang telah mengandung kita selama 9 bulan 10 hari dan
melahirkan kita dengan mempertaruhkan hidup dan matinya, setelah itu merawat
kita dengan tulus dan kerja keras, selalu berusaha memenuhi segala keperluan
kita, hingga akhirnya menjadi diri kita yang sekarang, dengan doa dan harapan
beliau setiap hari, agar nanti kita akan berhasil meraih semua impian kita,
hingga suatu hari tiba tiba masalah datang menghampiri hidup kita dan membuat
kita terpuruk tidak berdaya yang rasanya seperti ingin mati saja, betapa
bodohnya pikiran yang seperti itu. ingat perjuangan dan orang yang menyayangi
kita. berani berjuang, berani berjaya kamu hari ini ?
PROSES PRESTASI
Kita
tentu paham dengan makna kata ‘prestasi’. Walaupun tidak mengetahui secara
persis maknanya, kita mungkin dapat mengira-ngira atau merasakan apa yang
tersirat dan mencuat dari kata ‘prestasi’. Apakah sesungguhnya prestasi itu?
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari segala yang diusahakan,
dikerjakan, atau dilakukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 895).
Apakah
semua ‘pencapaian’ atau ‘hasil yang dicapai’ layak disebut sebagai prestasi?
Dari segi bahasa, prestasi memang dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai,
tak peduli hasil itu baik atau jelek, tinggi atau rendah. Namun, dalam
pengertian sehari-hari, umumnya prestasi dianggap sebagai pencapaian yang baik
atau tinggi. Pencapaian yang rendah atau biasa-biasa saja seringkali tidak
dianggap sebagai prestasi atau dikatakan prestasi. Seringkali dikatakan bahwa
orang yang berprestasi ialah orang yang mampu mencapai hasil yang tinggi atau
bahkan tertinggi, sedangkan orang yang tidak mampu mencapai hasil yang tinggi
dianggap tidak berprestasi.
Sebagai
pencapaian yang tinggi, prestasi umumnya diraih dengan usaha yang tidak gampang
dan sederhana. Prestasi lazim diraih dengan usaha dan kerja yang keras, bahkan
tidak jarang amat keras. Pribadi yang berprestasi biasanya adalah pribadi yang
ulet, tekun, rajin, disiplin, tangguh, memiliki tekad yang kuat, tidak mudah
puas, dan tidak mudah putus asa. Orang yang manja, malas, tidak berdisiplin,
dan mudah menyerah sangat sulit atau mustahil mampu meraih prestasi.
Prestasi
tidak jarang diraih melalui perjalanan waktu yang panjang. Setelah sejak kecil
belajar, berlatih, berdisiplin, mengembangkan diri, memeras otak, mengeluarkan
biaya, dan menghabiskan banyak energi, orang sering baru meraih prestasi pada
usia dewasa. Hal ini, misalnya saja, banyak terjadi pada olahragawan, ilmuwan,
dan sastrawan.
Prestasi
juga seringkali diraih melalui serangkaian kegagalan. Setelah mengalami
kegagalan demi kegagalan yang jumlahnya dapat mencapai belasan atau bahkan
puluhan kali, orang baru dapat meraih prestasi pada sekian belas tahun
kemudian. Kegagalan demi kegagalan tidak membuat patah semangat, melainkan justru
makin memacu hasrat dan semangat untuk mencapai hasil tinggi sehingga kemudian
dapat diraih prestasi. Hal ini, misalnya, dialami oleh para ilmuwan, pengusaha,
dan industriawan.
Orang
yang berprestasi biasanya dinilai sebagai orang yang sukses. Orang berprestasi
dianggap memiliki keistimewaan. Keistimewaan itu tidak sepenuhnya dan tidak
selalu terkait dengan kecerdasan, bakat, uang, materi, atau keberuntungan.
Keistimewaan itu justru kerapkali berwujud tekad dan semangat serta kemauan
untuk berusaha, bekerja, berlatih, berdoa, dan berkorban. Artinya, keistimewaan
orang-orang yang berprestasi dan sukses umumnya terletak pada kesediaan mereka
untuk melakukan hal-hal berat penuh pengorbanan (waktu, tenaga, pikiran, dan
sebagainya) dan bukan semata-mata karena kecerdasan, bakat, uang, materi, atau
keberuntungan.
Dengan
begitu jelas, prestasi diperoleh lewat proses yang sulit dan panjang. Namun,
prestasi dapat diraih oleh setiap orang. Setiap orang memiliki peluang dan
kesempatan untuk meraih prestasi. Prestasi bukanlah monopoli orang-orang yang
jenius, pandai, cantik, tampan, kuat, atau kaya. Orang yang dari segi
kecerdasan biasa-biasa saja dan secara ekonomi lemah (miskin) banyak sekali
yang meraih prestasi tinggi dan sukses besar dalam hidupnya, sebaliknya tidak
sedikit orang yang cerdas lagi kaya pada masa-masa akhir kehidupannya jatuh
menjadi orang yang gagal, miskin, telantar, dan menderita.
MOTIVASI HUBUNGAN DAN KONTEKS
SOSIOKULTURAL
Motivasi mengandung komponen social, selain motif untuk
berprestasi, murid juga punya motif social. Bahasan kita tentang dimensi social
dari motivasi ini akan difokuskan pada:
1.
Motif social
Motif social adalah kebutuhan dan
keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan dunia social. Latar belakang social anak akan
mempengaruhi kehidupan mereka disekolah, murid yang menunjukkan prilaku yang
kompeten secara social lebih mungkin unggul secara akademis ketimbang murid
yang tidak kompeten.
Kebutuhan
social murid direfleksikan dalam keinginan mereka untuk popular dimata kawan
sebaya dan kebutuhan punya satu kawan akrab atau lebih, dan keinginan untuk
menarik dimata orang yang mereka sukai.Setiap murid mempunyai kebutuhan
afiliasi yang berbeda-beda.
Di SMP dan SMA
beberapa murid merasa ada yang hilang dalam kehidupan mereka jika mereka tidak
punya pacar untuk diajak kencan di malam minggu, ada juga yang tidak punya
kebutuhan afiliasi sekuat itu, mereka tidak peduli apakah mereka punya banyak
kawan atau tidak,dan tidak cemas jika mereka tidak punya pacar.
Pada masa SD murid lebih termotivasi
untuk menyenangkan orang tuanya ketimbang menyenagkan temannya, menjelang akhir
masa SD penerimaan orangtua dan teman berada pada posisi yang sama dalam system
motif anak. Pada grade delapan atau Sembilan(sekolah menengah), penerimaan
teman lebih penting ketimbang penerimaan orang tua. Pada grade 12, penerimaan
teman kurang penting karena murid sudah mulai membuat keputusan sendiri.
Motivasi mengandung komponen social, selain motif untuk
berprestasi, murid juga punya motif social. Bahasan kita tentang dimensi social
dari motivasi ini akan difokuskan pada:
2.
Hubungan Sosial
Hubungan murid dengan orangtua,teman
sebaya, guru dan mentor dan orang lain dapat mempengaruhi prestasi dan motivasi
social mereka.
a.
Hubungan orangtua dan motivasi murid:
ü Karakteristik demografis
Orangtua
yang berpendidikan tinggi percaya bahwa keterlibatan mereka dalam pendidikan
anak adalah penting.Mereka lebih berpartisipasi dalam pendidikan anaknya dan
member stimuli intelektual dirumahnya. Ketika orangtua lebih banyak
menghabiskan waktu bersama orang lain ketimbang untuk anaknya motivasi anak
akan menurun tajam. Prestasi
murid dapat menurun apabila tinggal bersama orang tua yang waktunya dihabiskan
untuk bekerja dan tinggal dalam keluarga besar.
ü Praktik pengasuhan anak
1) Mengenal betul si anak dan memberi tantangan dan dukungan dalam kadar
yang tepat.
2) Memberikan iklim emosional yang
positif, yang memotivasi anak untuk menginternalisasikan nilai dan tujuan orang
tua.
3) Menjadi model prilaku yang member
motivasi: bekerja keras dan gigih menghadapi tantangan.
ü Privasi pengalaman spesifik di rumah
Selain
praktek pengasuhan umum, orangtua dapat memberikan pengalaman spesifik di rumah
untuk membantu si anak menjadi lebih termotivasi. Membacakan buku untuk anak
prasekolah dan member materi bacaan di rumah akan memberi efek positif pada prestasi dan motivasi membaca anak.
b.
Hubungan Teman Sebaya
Teman
sebaya dapat mempengaruhi motivasi anak melalui perbandingan social, kompetensi
dan motivasi social, belajar bersama, dan pengaruh kelompok teman sebaya. Murid dapat membandingkan dirinya
sendiri dengan teman sebaya mereka secara akademik dan social. Teman sebaya dapat membantu satu
sama lain dalam mempelajari materi pelajaran melalui diskusi kelompok kecil.
Dan tutoring teman sebaya seringkali meningkatkan prestasi bagi tutor maupun
murid yang diberikan tutorial.
c.
Hubungan dengan Guru
Seperti
yang telah kita jelaskan pada self efficacy guru sangat mempengaruhi motivasi
murid.
3.
Konteks Sosiokultural
Dalam bagian ini telah banyak
dibahas oleh teman kita kelompok 7, dimanalatar belakang status sosioekonomi,
etnis dan gender bisa mempengaruhi motivasi dan prestasi si murid.
BAB XIV
MENJELAJAHI KESULITAN PRESTASI
Prestasi
adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, diperoleh, atau dikerjakan.
Prestasi setiap orang tidak selalu sama dalam berbagai bidang. Misalnya,
prestasi dalam bidang kesenian, olahraga, sastra, kepemimpinan, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan sebagainya. Prestasi muncul sebagai hasil kerja
keras untuk mendayagunakan potensi diri sehingga hasilnya dapat dinikmati
bersama. Prestasi seseorang erat kaitannya dengan potensi atau kemampuan dasar
yang dimilikinya.
Prestasi
yang dicapai setiap orang dalam setiap usaha ada berbagai macam prestasi, yaitu
antara lain:
1. Prestasi belajar, merupakan hasil
yang dicapai dari seorang pelajar dalam usaha belajarnya.
2. Prestasi kerja, merupakan hasil yang
dicapai seorang pekerja dari usaha kerja yang dilakukannya.
3. Prestasi seni, merupakan hasil yang
diperoleh seseoang melalui usaha olah seninya.
4. Prestasi olahraga, merupakan suatu
prestasi yang diperoleh seorang olahragawan melalui kompetisi olahraga.
5. Prestasi lingkungan hidup, merupakan
suatu prestasi yang diperoleh melalui usaha penyelamatan lingkungan hidup.
Untuk
berprestasi, setiap manusia mempunyai cara-cara dan pemahaman sesuai dengan
tingkat pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki. Beberapa upaya yang dilakukan
agar manusia berprestasi:
1. Semenjak usia dini dilakukan
pencarian bibit-bibit berbakat.
2. Dididik dan dilatih secara bertahap
serta terprogram dengan baik.
3. Secara periodik, diadakan evaluasi
dan diberikan umpan balik.
4. Diuji coba melalui kompetisi dari
yang level regular sampai dengan yang profesional.
5. Berkompetisi secara profesional
dalam jangka waktu tertentu.
Adapun
orang-orang yang dapat dikatakan berprestasi karena mempunyai motivasi-motivasi
sebagai berikut:
1. Memiliki keberanian mengambil
risiko.
2. Memiliki rasa tanggung jawab yang
besar.
3. Menerima dan menggunakan kritik
sebagai umpan balik.
4. Memiliki sikap yang berorientasi
pada masa depan/cita-cita.
5. Memiliki sikap yang berorientasi
pada keberhasilan.
6. Memiliki sikap yang kreatif,
inovatif, dan mampun menggunakan waktu secara baik.
Selain
modal dasar pribadi untuk berprestasi, harus memiliki prinsip-prinsip sebagai
pribadi berprestasi yang unggul. Prinsip-prinsip itu (Soejitno Irmim 2004:69)
adalah:
1. Setiap melakukan sesuatu kegiatan
atau pekerjaan selalu menetapkan target.
2. Berpikir sebelum bertindak.
3. Memanfaatkan waktu secara efisien
dan mengalokasikan waktu menurut skala prioritas.
4. Selalu berpikir positif.
5. Selalu berupaya agar dirinya
bermanfaat bagi orang lain.
6. Berusaha menjadi contoh dan teladan
bagi orang lain.
7. Tidak pernah berhenti untuk belajar.
Manusia
yang unggul dalam berprestasi memiliki ciri-ciri pribadi yang pantas dalam
kehidupannya. Ciri-ciri manusia yang berprestasi (Soejitno Irmim, 2004:69)
adalah:
1. Memiliki fisik dan mental yang
sehat.
2. Jujur, disiplin, dan loyal.
3. Memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi.
4. Memiliki tenggang rasa yang tinggi.
5. Berpikir tentang masa depan.
6. Memiliki kepercayaan diri yang kuat.
7. Tidak mudah menyerah dan putus-asa.
8. Mempunyai gairah dan semangat hidup
yang tinggi.
9. Banyak inisiatif dan kreatif.
10.
Selalu meningkatkan prestasi kerja.
11.
Memiliki kemampuan berkomunikasi.
MENJADI KOMUNIKATOR YANG BAIK
Berikut ini 8 strategi yang akan
membantu kamu mengatasi bias komunikasi yang cenderung untuk menahan kamu
berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarmu, terutama dengan
orang-orang yang kamu kenal dengan baik. Aplikasikan strategi ini, semoga
kemampuan berkomunikasi kamu bisa meningkat ya!
1. Bicaralah
pada kelompok seperti halnya berbicara pada seorang individu
Sebagai seorang pemimpin kamu harus
berbicara kepada banyak orang, baik saat meeting kecil maupun dalam pertemuan
skala besar. Kamu perlu membangun level kedekatan yang membuat setiap orang di
ruangan tersebut merasa bahwa kamu berbicara langsung padanya. Triknya adalah
mengeliminasi gangguan pada kerumunan sehingga kamu bisa menyampaikan pesan
seperti kamu sedang berbicara dengan satu individu.
2. Berbicara
sehingga orang-orang mendengar
Komunikator yang baik membaca audiens
mereka dengan hati-hati, memastikan bahwa mereka tidak menghabiskan waktu untuk
sebuah pesan yang ternyata orang-orang belum tentu siap mendengarkannya.
Berbicara agar orang-orang mendengarkan artinya kamu menyesuaikan pesan kamu
supaya cocok dengan audiens. Jika kata-kata kamu membuat orang-orang menanyakan
hal-hal yang bagus, kamu berada di jalur yang benar.
3. Dengarkanlah,
sehingga orang-orang akan berbicara
Salah satu godaan paling besar seorang
pemimpin adalah memperlakukan komunikasi sebagai hubungan satu arah. Ketika
kamu berkomunikasi, kamu harus memberikan orang-orang kesempatan untuk
mengungkapkan pemikiran mereka. Jika kamu menemukan bahwa kamu terkadang sering
menjadi yang terakhir berbicara dalam sebuah obrolan, maka nampaknya kamu perlu
mengatasi hal tersebut. Tidak cukup
hanya mendengarkan kata-kata, hal ini juga tentang mendengarkan nada,
kecepatan, dan volume suara. Ketika seseorang berbicara dengan kamu, jangan
melakukan hal lain, dengarkan baik-baik sampai orang tersebut selesai
berbicara. Jangan mengetik email ketika sedang menelepon. Ketika sedang berada
dalam sebuah meeting, tutuplah pintu dan duduk dekat dengan orang yang kamu
ajak bicara sehingga kamu dapat fokus dan mendengarkan. Hal-hal sederhana
seperti ini akan membantu kamu untuk untuk dapat lebih mengerti pesan apa yang
seseorang sampaikan dan menjelaskan apa yang seseorang benar-benar dengarkan
atau katakan.
4. Terhubunglah
secara emosional
Sebagai seorang pemimpin, komunikasi
kamu tidak ada artinya jika orang-orang tidak dapat terhubung secara emosional.
Hal ini cukup sulit diatasi oleh banyak pemimpin karena mereka merasa perlu
membangun kepribadian tertentu. Biarkan saja. Agar dapat terhubung secara
emosional dengan orang-orang, kamu harus transparan. Jadilah manusia. Tunjukkan
pada mereka apa yang memotivasi kamu, apa yang kamu pedulikan, apa yang membuat
kamu bangun setiap pagi. Ungkapkan perasaan ini secara terbuka, dan kamu akan
mendapatkan hubungan emosional dengan orang-orang yang kamu ajak bicara.
5. Membaca
bahasa tubuh
Wewenang yang kamu miliki membuat
agak sulit bagi orang-orang untuk mengutarakan apa yang mereka pikirkan. Tidak
peduli betapa baiknya hubungan yang kamu miliki dengan bawahan kamu, kamu
membohongi sendiri jika kamu berpikir bahwa mereka seterbuka itu denganmu.
Jadi, kamu harus pintar-pintar mengerti pesan-pesan yang tak terverbalkan.
Kekayaan terbesar dari informasi terletak pada bahasa tubuh seseorang. Tubuh
berkomunikasi tanpa henti dan merupakan sumber informasi terbaik. Jadi
perhatikanlah bahas tubuh saat berada dalam sebuah meeting atau pembicaraan non
formal. Begitu kamu sudah mampu memahami bahasa tubuh, pesan itu akan menjadi
semakin jelas. Beri perhatian penuh pada apa yang tidak tersampaikan
sebagaimana kamu memperhatikan apa yang sedang disampaikan dan kamu akan mampu
mengetahui fakta dan opini yang orang-orang tidak mampu sampaikan secara
langsung.
6. Persiapkan
maksud pembicaraan kamu
Dibutuhkan sebuah persiapan tentang
apa-apa saja yang ingin kamu katakan dan apa yang dibutuhkan agar pembicaraan
tersebut memiliki efek yang diinginkan. Jangan persiapkan pidato; kembangkan
sebuah pengertian tentang apa yang harus difokuskan pada sebuah pembicaraan
seharusnya dan bagaimana kamu dapat mencapai hal ini. Komunikasi yang kamu
jalin akan lebih meyakinkan dan tepat sasaran jika kamu menyiapkannya dari
jauh-jauh hari.
7. Tidak
perlu menggunakan jargon
Dunia bisnis dipenuhi dengan
jargon-jargon dan metafora yang tentu saja bermanfaat jika orang-orang dapat
berhubungan dengan hal itu. Masalahnya, kebanyakan pemimpin terlalu banyak
menggunakan jargon dan mengasingkan bawahan dan konsumen mereka dengan cara
mereka “berbicara bisnis.”. Gunakan saja jargon seefisien mungkin jika kamu
ingin terhubung dengan orang-orang. Jika tidak, maka kata-katamu akan terasa
tidak tulus.
8. Latihan
mendengarkan secara aktif
Mendengarkan secara aktif adalah
teknik sederhana yang membuat orang merasa didengar, sebuah komponen penting
untuk komunikasi yang baik.
BERURUSAN DENGAN MASALAH
PERILAKU
Dalam
Psikologi,
remaja biasanya dilihat sebagai tahap yang sulit bagi orangtua anak-anak
remaja. Orangtua menemukan sulit untuk menerima kenyataan bahwa anak kecil
mereka yang berpegang kepada mereka untuk setiap kebutuhan kecil, tiba-tiba
keinginan untuk sendirian atau dengan teman-temannya. Namun, apa yang orang tua
tidak menyadari adalah bahwa hanya seperti mereka, anak-anak juga melewati
tahap yang sulit. Mereka mencoba untuk menghadapi perubahan emosional dan moral
fisik yang terjadi kepada mereka dan sudah mulai mengamati dunia dalam cara
yang sama sekali berbeda. Ini juga merupakan waktu kebingungan dimana pada
saat-saat mereka diperlakukan seperti orang dewasa, sementara pada saat berikutnya
seperti anak kecil oleh orang tua mereka. Sebagai remaja adalah masa di mana
anak-anak mencoba untuk membangun identitas mereka, ini sebenarnya bisa
menambah dilema mereka. Sebagai remaja mulai melihat segala sesuatu dalam
cahaya baru, orangtua dapat mengamati perubahan perilaku tertentu pada anak
mereka. Beberapa dari mereka adalah bagian dari perilaku remaja
normal yang berkurang ketika remaja menjadi dewasa, namun kadang-kadang mereka
dapat menyebabkan masalah yang lebih serius dan berbahaya yang dapat
mempengaruhi kehidupan masa depan mereka. Mari kita menjelajahi masalah
perilaku remaja secara rinci. Baca terus tekanan
teman sebaya.
STUDY KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam penelitian
sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset yang digunakan untuk
menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case
Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus
pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok,
orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan
metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu atau
peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus, selain
sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik
pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.