Saturday 15 September 2018

GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN ANAK SECARA BAWAAN DAN LINGKUNGAN




GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN ANAK SECARA BAWAAN DAN LINGKUNGAN
A.          Pembawaan (Hereditas).
Manusia sejak lahir memang sudah memiliki potensi atau bakat. Misalnya bayi memiliki kesanggupan untuk merangkak kemudian berdiri walau tidak mudah untuk merealisasikannya. Singkatnya pembawaan adalah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat diwujudkan. Dalam arti lain anak sejak lahir telah memiliki ilmu pasti untuk berkembang tapi kadang kita terbatas mengartikan pembawaan adalah sesuatu yang ditentukan dari keturunan. Lebih mudahnya bahwa tidak semua bawaan itu diperoleh dari keturunan tapi yang diperoleh dari keturunan bisa dikatakan bawaan.
Disini kami akan menambahkan sedikit tentang macam-macam pembawaan yang perlu kita ketahui yaitu sebagai berikut :
1)      Pembawaan Jenis
Ketika manusia dilahirkan mereka telah memiliki pembawaan jenis baik jenis kelamin, anggota badan, kepintaran dan lainnya sebagai ciri khas diri mereka sendiri.
2)      Pembawaan Ras
Pembawaan manusia juga dapat dibedakan melalui rasnya, seperti ras sunda, ras dayak, ras jawa dan masing-masing ras memiliki cirri khas tersendiri.
3)      Pembawaan Individu
Pembawaan yang dimiliki individu selain diatas, individu juga membawa pembawaan dari dirinya sendiri, meski sama ras, sama jenis tapi masing-masing individu dengan individu yang lain memiliki perbedaan.
B.          Lingkungan ( Environment )
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita dan apa yang ada disekitar kita itu memiliki pengaruh bagi perkembangan kita serta tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Lingkungan memang sangat berpengaruh pada perkembangan manusia terlepas pengaruh itu baik atau tidak.
Menurut Sertain lingkungan dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1)      Lingkungan alam/luar.
2)      Lingkungan dalam.
3)      Lingkungan masyarakat/sosial.
Dapat kita jelaskan tentang pengaruh lingkungan terhadap perkembangan manusia yaitu bahwa pengaruh dari lingkungan alam/luar adalah pengaruh lingkungan yang berada disekitar seperti hewan, alam, air, iklim dan lain sebagainya, sedangkan lingkungan dalam hampir sama dengan lingkungan luar bedanya sesuatu yang sudah masuk dalam tubuh kita juga memiliki pengaruh tersendiri. Contohnya jika kita makan-makanan yang haram pasti sifat dan perilaku  kita menjadi jelek. Lingkungan masyarakat/social juga berpengaruh pada perkembanmgan manusia karena kita tidak bisa hidup tanpa orang lain.
Kami dapat menarik kesimpulan tentang pernyataan diatas bahwa lingkungan adalah segala hal yang ada disekitar kita mulai dari hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan alam serta memiliki pengaruh terhadap perkembangan manusia. Interaksi antara manusia dan alam sekitar itulah yang membuat manusia bisa disebut unik. Jika dihubungkan kembali antara pembawaan dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah “ Sifat-sifat dan watak kita adalah hasil interaksi pembawaan dan lingkungan kita” oleh karena keperibadian kita itu terbentuk karena hubungan kita pada lingkungan dan timbal balik yang diberikan lingkungan pada kita.
Peran lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku manusia sehingga perilaku manusia dapat diklasifikasikan  menjadi empat hal yaitu :
1)       Insting adalah aktivitas manusia yang tidak didapat dari belajar
melainkan dari kodratnya.
2)       Hobits adalah kebiasaan yang berulang-ulang.
3)       Native Behaviour adalah tingkah laku manusia dari
hereditas/bawaan.
4)       Aquired Behaviour adalah tingkah laku yang didapat dari belajar.
Menurut pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa perilaku atau perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh apa yang ada disekitar kita, baik lingkungan berupa keluarga, alam, pergaulan dan tingkah laku kita ketika berinterksi pada semua itu, sehingga menjadikan kepribadian kita sebagai manusia.
Seorang ahli psikologi yang bernama Woodwarth juga memberikan pendapat tentang cara manusia berhubungan dengan lingkungannya :

1)       Individu bertentangan dengan lingkungannya.
2)       Individu menggunakan lingkungannya.
3)       Individu berpatisipasi dengan lingkungannya.
4)       Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kami lebih sependapat dengan poin keempat karena pada dasarnya manusia ingin menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan menjadi bagian dari lingkungannya.
Faktor lingkungan disini terdapat beberapa hal, yang pertama lingkungan keluarga, pendidikan dan hubungan yang didapat oleh anak adalah keluarga olehkarena itu keluarga memiliki peran yang sangat penting. Kedua lingkungan sekolah, sekolah berfungsi mengembangkan bakat, kepintaran dan hunbungan dengan masyarakat. Yang ketiga adalah lingkungan masyarakat, manisia mulai dari kecil slalu berinteraksi dengan manusia dan manusia memiliki perbedaan baik dalam berpikir, bercakap, kepintaran, adat dan semua yang ada dalam masyarakat sehingga perkembangan manusia juga dipengaruhi oleh orang lain/masyarakat.
C.          Pengaruh ( Hereditas ) dan Lingkungan dalam perkembangan anak.
Sebelum kita berbicara tentang hereditas dan pembawaan lebih baik kita mengetahui apa sih perkembangan itu ?. perkembangan adalah proses yang tersusun, bersifat kualitatif, bertahap dan berkelanjutan mulai dari benih hingga akhir hayat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan.
Berbicara tentang  faktor Hereditas ( bawaan ) dan lingkungan banyak menyimpan pertanyaan, semisal seberapa besarkah pengaruh antar factor bawaan dan lingkungan terhadap perkembangan manusia. Para ahli psikologipun banyak yang berbeda pendapat, sehingga menimbulkan aliran-aliran yang akan dijabarkan sebagai berikut :
1.            Aliran Nativisme.
Nativisme berasal dari kata natus yang artinya lahir. Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer, Plato, Descartes, Lombroso mereka berpendapat bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh factor bawaan yang dibawa sejak dia lahir, biasanya aliran ini mencari persamaan antara seseorang dengan orang tuanya. Misalnya ayahnya adalah seorang pelukis maka anaknya pun akan menjadi seorang pelukis, jika ayah atau ibunya ahlinya peramal maka anaknya juga akan menjadi peramal, pokoknya apa yang dimiliki oleh orang tuanya pasti dimiliki oleh anaknya.
2.            Aliran Empirisme.
Menurut para ahli yang mengikuti aliran ini bertolak belakang dengan aliran Nativisme. Menurut paham ini perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau faktor pendidikan ( optimisme paedagogis ).
3.            Hukum Konvergensi.
Wiliam Stern seorang ahli psikologi dari jerman menyatakan bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh kedua factor yaitu factor lingkungan dan factor bawaan. Meskipun begitu rasanya belum puas, dalam kenyataannya manusia itu memiliki akal pikiran yang luar biasa sehingga mereka pun dapat menentukan dirinya sendiri secara bebas, perkembangan manusia tidak hanya dipengaruhi dua factor tersebut tapi manusia itu sendiri juga berperan penting dalam perkembangan manusia itu sendiri.
4.            Konsep Fitrah.
Dalam islam juga memiliki pandangan tersendiri tentang apa pengaruh perkembangan manusia, dalam pandangan islam tentang semua itu hampir sama denga hukum konvergensi bedanya kalau islam selain pembawaan dan lingkungan tapi juga bawaan dari dirinya sendiri dan dari kodratnya lebih-lebih dalam hal keagamaan.

PERKEMBANGAN KOGNITIF
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan fungsi dari objek – objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi walaupun proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya (Hetherington & Parke, 1975).

PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun dengan tanda-tanda dan isyarat.  Penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seseorang memerlukan komunikasi dengan orang lain. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan seseorang (bayi-anak) di mulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana, dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasa. Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun dua atau tiga kata. Berikut laju perkembangannya:
1.      Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif. Misalnya, “Ibu duduk”.
2.      Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negative. Misalnya, “Ibu tidak duduk”.
3.      Pada usia selanjutnya anak dapat menyusun pendapat berupa keritikan (Ini jelek), keragu-raguan (mungkin), dan menarik kesimpulan analogi (Ketika anak melihat Ibunya tidur karena sakit, maka setiap dia melihat ibunya tidur dia menggap ibinya sakit).
A.          Tugas-tugas Perkembangan Bahasa
Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling barkaitan. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut:
1.       Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami gerakan bahasa tubuhnya.
2.       Pengembangan Perbendaharaan Kata. Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3.       Penyusunan Kata-kata Menjadi Kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gerak tubuh untuk melengkapi cara berpikirnya. Contohnya, anak menyebut “Bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti “Tolong ambilkan bola untuk saya”.
4.       Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui peniruan terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama dari orang tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun.

SRUDI KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok, orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus, selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.
A.          Penerapan Studi Kasus Dalam Riset Sosial
Case study diterapkan untuk memahami varian dari fenomena sosial yang spesifik. Sebagai contoh fenomena spesifik misalnya, progres dari suatu peristiwa atau perubahan sosial yang terjadi akibat implementasi kebijakan, program, atau peristiwa dalam masyarakat, bisa diteliti dengan case study. Studi kasus seringkali diterapkan sebagai pendukung riset atau studi yang lingkupnya lebih besar. Contoh kongritnya misal, fenomena lumpur Lapindo yang dimulai beberapa tahun lalu. Case study dapat diterapkan untuk mengkaji bagaimana masyarakat meninggalkan kampungnya yang tenggelam dan beradaptasi dengan kehidupan baru di lingkungan barunya. Studi tersebut merupakan bagian dari studi tentang ”Bencana Lumpur Lapindo” yang lebih luas.

B.          Karakteristik Metode Studi Kasus

Salah satu tujuan utama penerapan metode case study adalah memberikan penjelasan secara detail dan lengkap (thick description) terhadap suatu fenomena sosial. Penjelasan yang diberikan bisa dalam bentuk deskriptif dan atau eksploratif. Pada banyak kasus, riset case study berupaya menjawab pertanyaan ”bagaimana” dan ”mengapa” fenomena sosial terjadi di masyarakat. Studi kasus secara historis biasa diterapkan pada penelitian sosiologis yang fokus mengembangkan pengetahuan tentang masyarakat atau kelompok yang marjinal. Sebagaimana telah disebutkan di atas, studi kasus menyasar fenomena yang spesifik. Tak jarang sangat spesifik sehingga tidak bertujuan untuk generalisasi. Fokus investigasi mendalam yang dilakukan juga tak jarang pula menghasilkan teori yang membantah teori sebelumnya. Sehingga, case study selalu memiliki potensi untuk pengembangan teori baru. Case study merupakan bagian dari riset kualitatif atau kuantitatif. Observasi partisipatoris dan wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data yang sering diterapkan.



BAB IV
KONTEKS SOSIAL PERKEMBANGAN
Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama, di mana mereka hidup, berkembang, dan matang. Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan pada pendidikan. Dari pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan pengalaman, kebiasaan, ketrampilan berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu pengetahuan.
Keluarga memiliki peranan utama di dalam mengasuh anak, di segala norma dan etika yang berlaku didalam lingkungan masyarakat, dan budayanya dapat diteruskan dari orang tua kepada anaknya dari generasi-generasi yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Keluarga memiliki peranan penting dalam ningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan pada sejak dini pada setiap individu. Walau bagaimana pun, selain tingkat pendidikan, moral individu juga menjadi tolak ukur berhasil tidaknya suatu pembangunan. Para Psikologi Perkembangan Anak umumnya lebih fokus pada Pengaruh Keluarga, Teman Sebaya dan Sekolah. Perkembangan Anak ini sangat bermanfaat untuk orang tua dan para guru. Berikut adalah poin-poin pembahasan Konteks sosial Perkembangan anak.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pelajaran (pendidikan). Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati. Suasana dan strukturnya memberikan kemungkinana alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Anak-anak tumbuh dalam keluarga yang berbeda-beda. Beberapa orang tua mengasuh dan mendidik anak mereka dengan benar. Orang tua lainnya bersikap kasar atau mengabaikan anaknya, beberapa anak orang tuanya bercerai, anak lainya tinggal bersama orang tuanya yang lengkap tanpa perceraian, beberapa keluarga hidup dalam kondisi ekonomi yang berkecukupan, beberapa keluarga lainnya hidup dalam kondisi ekonomi sederhana. Situasi yang bervariasi ini akan mempengaruhi perkembangan anak dan mempengaruhi murid didalam dan diluar lingkungan sekolah.

B.           Keluarga Yang Berubah Dalam Masyarakat Yang Berubah

Anak-anak dari keluarga yang bercerai, perceraian dalam keluarga dapat memberikan dampak yang kompleks terhadap anak. Hal tersebut tergantung faktor-faktor seperti usia anak, kekuatan dan kelemahan anak saat perceraian tipe parenting status sosial ekonomi  dan pelaksanaan fungsi keluarga setelah perceraiaan. Adanya sistem pendukung seperti saudara, kawan, guru, dapat menciptakan hubungan positif yang terus berlanjut antara ayah dan ibu yang sudah bercerai, kemampuan memenuhi kebutuhan keuangan dan kualitas sekolah dapat membantu anak dalam mengatasi situasi perceraian yang menekan.
Beberapa cara yang dilakukan guru untuk membantu anak yang tertekan akibat perceraiaan:
a)     Menghubungi orang tuanya
b)    Menyarankan untuk mencarikan bimbingan professional dalam maksud bimbingan konseling, yaitu mengadakan pertemuan reguler antara anak dan orang tua yang dibimbing oleh professional mental atau guru yang memiliki keahlian khusus.
c)     Membantu si anak dengan cara memberikan perhatian yang lebih dan memberikan bimbingan kepada mereka agar dapat mengatasi situasi dan berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah.
d)    Anjurkan mereka membaca buku tentang perceraiaan.

C.          Variasi etnis dan sosial ekonomi keluarga

Keluarga dalam kelompok etnis yang berbeda akan bervariasi dalam besar, strukturnya dan komposisinya: keterkaitan mereka dengan jaringan kerabat, dan levelpendapatan dan pendidikannya.
Praktek pengasuhan anak berbeda-beda diantara keluarga yang berstatus ekonomi tinggi, sedang dan rendah. Contohnya orang tua yang berpendapatan rendah lebih sering menekankan pada karakteristik eksternal seperti kepatudan dan kerapian. Sebaliknya keluarga yang status ekonominya menengah sering menekankan pada karakter nilai internal seperti kontrol diri dan penundaan rasa puas. Orang tua yang berstatus social ekonomi menengah lebih sering memuji, melengkapi disiplin dengan penalaran, dan mengajukan pertanyaan kepada anak. Orang tua berstatus ekonomi rendah, lebih mungkin menggunaka hukuman fisik dan mengkritik anaknya.

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL

Kanak-kanak merupakan salah satu masa dalam tahapan perkembangan manusia yang memiliki karakteristik-karakteristik psikologis tertentu. Dalam hal ini, anak memiliki bakat bawaan dari lahir yang menjadi potensi alamiah mereka. Bakat-bakat bawaan itu akan maksimal jika ditentukan oleh rangsangan-rangsangan dari lingkungan sekitar anak, yaitu keluarga, teman, dan sekolah. Pola pendidikan dan pengajaran oleh lingkungan sekitar anak diharapkan dapat menyesuaikan dengan tahapan perkembangan pada masa kanak-kanak. Dengan demikian, tujuan dari program-program yang dibuat akan dapat diraih secara efektif.
Emosi merupakan salah satu aspek perkembangan yang melekat pada diri anak-anak. Kondisi emosi itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu : positif, misal gembira dan negatif, misal sedih. Konsep emosi cukup penting bila dikaitkan dengan fungsinya dalam hubungan interpersonal. Dalam hal ini, ekspresi emosi akan menjadi fasilitasi bagi seorang anak untuk dapat mengungkapkan perasaannya, perilakunya, serta keinginan-keinginannya.
Pada hubungan anak dan orangtua, ekspresi emosi merupakan bahasa pertama kali dalam berkomunikasi. Seorang bayi telah mampu bereaksi terhadap ekspresi wajah dan nada suara orang tuanya. Sebaliknya, orang tua akan berusaha membaca makna dari tangisan bayinya. Seiring dengan usia, pola emosi yang diajarkan orangtua pada anak-anaknya akan membawa dampak terhadap perkembangan emosi seseorang. Orangtua yang mengajari anak untuk dapat mengontrol emosi dan memandang emosi negatif sebagai hal yang wajar, disertai dengan cara-cara mengatasinya akan memunculkan kemampuan anak dalam mengatur emosi sehingga menghindarkan anak dari masalah-masalah perilaku.
Pada masa kanak-kanak, dibutuhkan kemampuan untuk dapat mengungkapkan emosinya secara positif, termasuk sebab-akibat dari perasaan yang mereka miliki. Di samping itu, anak diharapkan mulai mampu merefleksikan emosi yang mereka rasakan sekaligus mengatur emosi mereka sesuai dengan konteks sosial yang ada. Dalam hal ini, orang-orang di sekeliling anak dapat membantu perkembangan emosionalnya dengan bersikap lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan anak.
Orang dewasa seharusnya membantu anak untuk dapat memahami emosi yang mereka rasakan sekaligus belajar untuk mengekspresikannya secara positif di dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan waktu, emosi memainkan peran yang kuat terhadap hubungan sosial seorang anak. Seorang anak yang dapat mengatur emosi secara positif akan menjadi anak yang populer dan disenangi oleh teman-temannya.
Aspek lain dalam perkembangan kepribadian anak adalah pemahaman atau konsep diri. Pada masa kanak-kanak awal, anak biasanya memiliki pemahaman diri yang bersifat fisik ataupun aktivitas yang mereka lakukan. Ketika anak ditanya tentang siapa mereka, maka jawaban yang muncul biasanya berkisar pada ukuran tubuh atau aktivitas yang disenanginya. Konsep pemahaman diri ini menjadi lebih bersifat internal pada masa kanak-kanak menengah dan akhir. Anak-anak yang berada pada tingkat Sekolah Dasar telah mampu menyebutkan sifat-sifat psikologis dalam mendeskripsikan dirinya. Di samping itu, aspek sosial cukup memegang peranan besar dalam memahami konsep dirinya. Pada saat ini, anak mulai membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang-orang di sekitarnya, terutama teman sebayanya.

ENTELEGENSI
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Wangmuba, Materi Psikologi, Psikologi Umum, Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.(sumber: iqeq.web.id)
intelegensi menurut “Claparde dan Stern” adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Berbagai macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang harus kita perhatikan supaya intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.
Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. 
GAYA BELAJAR DAN BERPIKIR
Gaya belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya Dikotomi Gaya Belajar dan Berpikir
1.            Gaya Impulsif / Reflektif 
Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni siswa cenderung gaya belajar dan berpikirbertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965 dalam Santrock ,2004:156). Siswa yang impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan daripada siswa bergaya reflektif.
2.            Gaya Mendalam / Dangkal
Gaya belajar apakah mendalam/dangkal maksudnya sejauh mana siswa mempelajari materi pelajaran dengan satu cara yang membantu mereka memahami makna materi tersebut (gaya mendalam) ataukah sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal). (Marton, Hounsell, & Entwistle, 1984).
Gaya dangkal tidak dapat mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Seringkali hanya mengingat informasi dan bersikap pasif. Sedangkan pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu diingat.

KEPRIBADIAN DAN TEMPERAMEN
1.            Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”. Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
2.            Tempramen 
Pengertian temperamen dan kepribadian sering juga dipergunakan secara tertukar. Temperamen adalah kepribadian yang lebih bergantung pada keadaan badaniah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tabiat adalah konstitusi kejiwaan. Menurut Allport sebagaimana dikutip oleh Sumadi Suryabrata (1985) temperament adalah "Gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan dan kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan intensitas suasana hati, serta bergantung pada faktor konstitusional, yang karenanya terutama berasal dari keturunan". Jadi, temperamen sifatnya turun-temurun dan tak dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar.

STUDY KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok, orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus, selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.


BAB V
BUDAYA DAN ETNIS
A.          Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
B.          Etnis
a)     Fredrick Barth
Etnis adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada sistem nilai budaya.
b)    Hassan Shadily MA
Suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis.
c)     Menurut Ensiklopedi Indonesia
Etnis berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.
d)    Menurut Perspektif Teori Situasional
Etnis merupakan hasil dari adanya pengaruh yang berasal dari luar kelompok. Salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap etnisitas adalah kolonialisme, yang demi kepentingan administratif pemerintah kolonial telah mengkotak-kotakkan warga jajahan ke dalam kelompok-kelompok etnik dan ras (Rex dalam Simatupang, 2003). Untuk seterusnya sisa warisan kolonial itu terus dipakai sampai sekarang.

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pendidikan multikultural adalah gerakan pembaharuan dan inovasi pendidikan dalam rangka menanamkan kesadaran pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan, dengan spirit kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling memahami dan menghargai persamaan, serta perbedaan dan keunikan agama-agama. Dengan demikian, terjalin suatu relasi dan interdependensi dalam situasi saling mendengar dan menerima perbedaan pendapat dalam pikiran terbuka, untuk menemukan jalan terbaik mengatasi konflik dan menciptakan perdamaian melalui kasih sayang antar sesama. Maka dari itu implementasi pendidikan multikultural tidak akan lepas dari konsep-konsep pembaharuan pendidikan, karena pembaharuan pendidikan mempunyai konsep konstruktif yang membentuk terwujudnya pendidikan multikultuural.
Menurut Hujair A.H. Sanaky, dalam melakukan pembaharuan, pendidikan diharapkan mengorientasikan tujuan lebih bersifat problematis, strategis, aspiratif, menyentuh aspek aplikasi, serta dapat merespons kebutuhan masyarakat. Kemudian dari kerangka ini, tujuan yang dirumuskan meliputi aspek ilahiyah (teoretis), fisik dan intelektual, kebebasan (liberal), akhlak, profesionalisme, berkualitas, dinamis, dan kreatif sebagai insan kamil dan dalam kehidupannya.

GENDER
Gender adalah serangkaian karakteristik yang terikat kepada dan membedakan maskulinitas dan femininitas. Karakeristik tersebut dapat mencakup jenis kelamin (laki-laki, perempuan, atau interseks), hal yang ditentukan berdasarkan jenis kelamin (struktur sosial sepeti peran gender), atau identitas gender. Orang-orang yang tidak mengidentifikasi dirinya sebagai pria atau wanita umumnya dikelompokkan ke dalam masyarakat nonbiner atau genderqueer. Beberapa kebudayaan memiliki peran gender spesifik yang berbeda dari "pria" dan "wanita" yang secara kolektif disebut sebagai gender ketiga seperti golongan Bissu di masyarakat Bugis di Sulawesi dan orang hijra di Asia Selatan.
Seksolog Selandia Baru yaitu John Money mencetuskan perbedaan penggunaan isitilah jenis kelamin biologis dan gender sebagai peran pada tahun 1955. Sebelum itu, kata "gender" jarang digunakan untuk menyebut hal lain selain gender gramatikal dalam ilmu bahasa. Definisi yang diajukan oleh Money tidak langsung banyak diakui sebelum akhirnya pada dekdae 1970-an ketika teori feminis mengangkat konsep perbedaan antara jenis kelamin biologis dan gender sebagai konstruksi sosial. Definisi tersebut hingga kini masih digunakan untuk beberapa konteks seperti dalam ilmu sosial dan beberapa dokumen terbitan Organisasi Kesehatan Dunia.
Konteks-konteks lain menggunakan istilah "gender" yang mencakup atau sebagai pengganti dari "jenis kelamin".[1][2] Sebagai contoh, dalam kajian terhadap hewan nonmanusia, gender umumnya digunakan untuk menyebut jenis kelamin dari hewan. Perubahan makna dari kata "gender" dapat ditelusuri hingga dekade 1980-an. Pada tahun 1993, Food and Drug Administration (FDA) mulai menggunakan gender sebagai pengganti istilah jenis kelamin (bahasa Inggris: sex). Kemudian pada tahun 2011, FDA mulai menggunakan jenis kelamin/seks untuk klasifikasi biologis dan gender untuk "representasi diri seseorang sebagai laki-laki atau perempuan atau bagaimana ia merespon terhadap institusi-institusi sosial yang didasarkan pada presentasi gender seseorang."
Beberapa ilmu seputar gender salah satunya adalah cabang dari ilmu sosial yaitu kajian gender. Seksologi dan ilmu saraf juga membahas beberapa hal mengenai gender. Kajian gender umumnya membahas gender sebagai sebuah konstruksi sosial sementara ilmu-ilmu dalam ilmu alam membahas mengenai perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yang dapat mempengaruhi perkembangan gender pada manusia. Kedua pendekatan tersebut berkontribusi dalam menyelidiki seberapa jauh perbedaan biologis mempengaruhi pembentukan identitas gender pada seseorang. Trikotomi antara jenis kelamin biologis, gender psikologis, dan peran gender sosial pertama kali muncul pada sebuah artikel jurnal mengenai transseksualisme pada tahun 1978.
STUDY KASUS
Saya mempunyai seorang teman SMP yang bernama Maya. Maya merupakan anak perempuan satu-satunya dalam keluarga. Meskipun kami bersekolah di sekolah yang sama namun kami tidak terlalu dekat mengingat kelas kami juga memiliki jarak yang lumayan jauh. Semenjak masih duduk di bangku SMP, maya memang telah mulai terlihat tomboy (kelaki-lakian) dan menunjukkan sikap yang berlawanan dengan peran gender yang semestinya. Perilaku ini ditunjukkan dengan berjalan layaknya laki-laki serta dominan berteman dengan laki-laki. Ketika menginjak bangku SMA tingkah laku yang berlawanan dengan peran gendernya sebagai wanita semakin menjadi-jadi, Maya mulai berdandan selayaknya laki-laki dengan memakai pakaian laki-laki dan memiliki gaya rambut selayaknya laki-laki. Namun lebih parahnya Maya bahkan berpacaran dengan perempuan alias sejenis.

BAB VI
ANAK DENGAN KETERBATASAN
1.            Psikologi Pendidikan “Pendidikan Anak dengan Keterbatasan” DISUSUN OLEH Yuniar Widiantari FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2.            Istilah keterbatasan dan cacat sering tertukar Keterbatasan (disability) adalah suatu kondisi yang mengacu pada terbatasnya fungsi individu sehingga menghalangi kemampuan individu tersebut Cacat (handicap) adalah suatu kondisi yang dibebankan pada seseorang yang mengalami keterbatasan.
3.            Anak- Anak yang Mengalami Keterbatasan ? 1. Anak dengan kesulitan belajar 2. Anak yang mengalami ADHD 3. Anak yang Retradasi Mental 4. Anak dengan Ganguan Fisik 5. Anak dengan Gangguan Sensoris 6. Aanak dengan Gangguan Bahasa 7. Anak dengan Gangguan Spekrum Autis 8. Anak dengan Gangguan Emosi dan Prilaku
4.            Kesulitan Belajar ? • Kesulitan belajar (learning Diasbility) kondisi yang diberikan kepada anak dengan IQ diatas tingkat retradasi,memilii kesulitan signifikasn dalam bidang akademis dan tidak menunjukan ganguan terdiagnosisi seperti ganguan emsosionl dan keterbatasan sensori yang dapa menimbulkan masalah. • Karakterristik Kesulitan Belajar Kesulitan belajar berlangsung seumur hidup, anak-anak dengan kesulitan belajar menunjukan prestasi akademik buruk, angka dropout yang tinggi, riwayat pascapendidikan menengah dan pekerjaan yg buruk.
5.            Klasifikasi kesulitan belajar secara umum (hallahan,dkk.2005) DISLEKSIA Kategori kesulitan belajar yang diberian pada anak yang mengalami kesulitan dalam ketrampilan membaca. Kesulitan dalam ketrampilan fonologis DISGRAFIA Kategori kesulitan belajar yang diberian pada anak yang mengalami kesulitan dalam ketrampilan mengungkapkan pemikiran dalam bentuk komposisi tulisan. Kesulitan dalam ketrampilan fonologis DISKALKUSIA Kategori kesulitan belajar yang diberian pada anak yang mengalami kesulitan dalam ketrampilan matematika. cenderung memiliki kekurangan neuropsikologis dan kognitif.(prestasi buruk mengolah ingatan, prespsi visual, kemampuan visualm spasial)

ISU ISU PENDIDIKAN YANG MELIBATKAN ANAK PENYANDANG DISABILITAS
Pendidikan adalah salah satu pilar terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan, peradaban manusia semakin berkembang dengan pesat. Berarti peranan pendidikan sudah tidak dapat dipungkiri, mengingat kemauan teknologi saat ini berasal dari pendidikan yang berkualitas. Sebagian besar penyandang disabilitas fisik mengalami kesulitan untuk mendapatkan pendidikan. Menurut Groce (2003) di berbagai negara anak-anak penyandang disabilitas dianggap tidak mampu belajar, apa pun disabilitas yang dialami. Selain itu, mereka juga kerap kali dianggap sebagai pengganggu atau penghambat dalam proses pembelajaran (Groce, 2003).
Selain itu, gedung sekolah pun dibangun dengan tangga-tangga dan jauh dari fasilitas umum lainnya sehingga tidak akses bagi individu dengan kesulitan mobilitas. Terbatasnya guru yang terlatih, materi pembelajaran yang kurang sesuai dan ketidak inginan untuk melibatkan penyandang disabilitas merupakan factor-faktor yang menyebabkan terbatasnya peluang belajar bagi anak-anak penyandang disabilitas, baik disabilitas fisik maupun disabilitas mental (Groce, 2003). UNICEF (1999) menduga bahwa penyebab utama jarang ditemuinya penyandang disabilitas di sekolah-sekolah adalah karena keluarga dan lingkungan sosial menganggap mereka tidak membutuhkan pendidikan sehingga ketika memasuki masa remaja ditemukan bahwa dalam hal pendidikan para penyandang disabilitas ini sangat jauh tertinggal dari teman-teman seusianya yang tidak menyandang disabilitas. Terbatasnya pendidikan bagi anak-anak penyandang disabilitas juga terjadi di Indonesia, walaupun Undang Undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1997 mengenai penyandang cacat telah menetapkan adanya kesamaan kesempatan pendidikan bagi penyandang disabilitas. Menurut data hasil statistik, di Indonesia terdapat sekitar 1,5 juta penyandang disabilitas yang berada pada usia sekolah. Akan tetapi hanya 5% atau sekitar 77.000 individu yang menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Di Jakarta sendiri sudah terdapat sekitar 65 SLB, baik untuk anak-anak penyandang disabilitas fisik maupun mental.
Sejak tahun 2003, pendidikan untuk anak-anak penyandang disabilitas mulai berkembang.  Undang Undang No. 20 tahun 2003 mengenai system pendidikan nasional mengemukakan hak penyandang disabilitas untuk mendapatkan pendidikan khusus. Sejak itu pulalah pemerintah menunjuk beberapa sekolah khususnya di Jakarta untuk menjadi sekolah inklusi. Sekolah inklusi merupakan sekolah umum yang memberikan kesempatan belajar bagi penyandang disabilitas. Selain sekolah-sekolah Negeri yang ditunjuk oleh pemerintah, beberapa sekolah swasta pun membuka kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk memperoleh pendidikan. Walaupun pemerintah telah menunjuk sekolah-sekolah inklusi, penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan bagi penyandang disabilitas masih sangat terbatas (Dahlena dalam Sindo, 2008). Selain itu, ketentuan mengenai system pendidikan inklusi pun kurang jelas sehingga sekolah-sekolah mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. Hal ini mengakibatkan pelayanan pendidikan bagi penyandang disabilitas pun masih belum maksimal.
ANAK-ANAK BERBAKAT
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul. Bakat” (aptitude) pada umumnyadiartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.
STUDY KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok, orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus, selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.


BAB VII
APAKAH BELAJAR DAN APAKAH YANG BUKAN
Belajar merupakan fokus sentral pembahasan dalam ilmu psikologi pendidikan. Ilmu ini sangat urgen untuk diterapkan di lingkungan sekolah. Karena memang sekolah merupakan suatu lingkungan sosial untuk membantu anak-anak belajar.
A.          Belajar atau bukan?
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan berpikir yang terjadi melalui serangkaian pengalaman yang dialami. Misalnya, ketika seorang anak belajar mengoperasikan komputer. Mereka mungkin sepanjang perjalannya melakukan banya kesalahan. Tetapi pada titik tertentu mereka akan mendapatkan bakat perilaku yang diperlukan untuk menggunakan komputer secara efektif.
Tidak semua yang kita tahu adalah hasil belajar. Kita mewarisi beberapa kapasitas bawaan atau sejak lahir, tidak dipelajari. Sebagai contoh, kita tidak harus diajarkan cara berkedip ketika sebuah obyek datang terlalu dekat dengan mata kita.
B.          Pendekatan pembelajaran
Behaviorisme merupakan pandangan bahwa perilaku harus dijelaskan oleh pengalaman yang dapat diamati secara langsung, bukan dengan proses mental. Pengkondisian klasik dan operan adalah pandangan tentang perilaku yang menekankan pada pembelajaran asosiatif.  Psikologi menjadi lebih kognitif pada akhir abad ke-20, dan penekanan kognitif berlanjut sampai hari ini. Hal ini tercermin dalam empatpendekatan kognitif untuk pembelajaran:
ü Pendekatan kognitif sosial, menekankan pada   interaksi perilaku, lingkungan, dan orang dalam menjelaskan pembelajaran.
ü Pendekatan pemrosesan informasi, menekankan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, memori, berpikir, dan proses kognitif lainnya.
ü Pendekatan kontruktivis kognitif, menekankan kontruksi kognitif pengetahuan dan pemahaman anak.
ü Pendekatan kontruktivis sosial, menekankan pada kerjasama dengan pihak lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pengalaman.

PENDEKATAN PERILAKU UNTUK BELAJAR
Pendekatan belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

ANALISIS PERILAKU TERAPAN DALAM PENDIDIKAN
Analisis perilaku terapan berarti mengaplikasikan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalm bidang pendidikan: meningkatkan perilaku yang diinginkan, menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shapimg), dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Lima strategi penkondisian operan yang dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan:

1.             Memilih Penguat yang Efektif

Mencari penguat mana yang paling baik untuk muridyakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Prinsip Premack menyatakan bahwa aktivitas berprobabilitas tinggi dapat digunakan untuk menguatkan aktivitas berprobabilitas rendah.

2.             Menjadikan Penguat Kontingen dan Tepat Waktu

Pertanyaan “jika … maka” dapat dipakai untuk menjelaskan kepada murid apa yang harus mereka lakukan untuk mendapatkan imbalan. Analisis perilaku terapan merekomendasikan agar penguatan dibuat kontingenartinya, diberikannya secara tepat waktu dan hanya ketika murid melakukan suatu tindakan yang diinginkan.


PENDEKATAN KOGNITIF SOSIAL UNTUK BELAJAR
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert Bandura (1986, 1997, 2000, 2001) adalah salah satu arsitek utama teori kognitif sosial. Pada teori ini, faktor internal maupun eksternal dianggap penting. Bandura mengembangkan determinisme resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama, yaitu perilaku, person/kognitif, dan lingkungan. Ketiga faktor ini saling berinteraksi satu sama lain. faktor-faktor sosial seperti model, dapat mempengaruhi faktor personal siswa, seperti tujuan, sense of efficacy untuk suatu tugas, atribusi, dan proses regulasi diri, seperti merencanakan, memantau, dan mengontrol distraksi. Sebagai contoh, umpan balik guru dapat membuat siswa menetapkan tujuan yang lebih tinggi. Contoh lain, bila siswa mencapai sesuatu, keyakinan diri dan minatnya meningkat. Pengaruh Resiprokal Ketiga kekuatan-personal, sosial/lingkungan, dan perilaku-berinteraksi secara konstan.



STUDY KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok, orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus, selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.


BAB VIII
SIFAT PENDEKATAN PEMROSESAN INFORMASI
A.          Informasi, ingatan, dan berpikir
Pendekatan pemrosesan  informasi adalah pendekatan kognitif di mana anak mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir. Menurut pendekatan ini, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, yang memungkinkan mereka untuk bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Behaviorisme dan model asosiatif belajar adalah kekuatan yang dominan dalam psikologi sampai tahun 1950-an dan 1960-an, ketika banyak psikologi mulai mengakui bahwa mereka tidak dapat menjelaskan pembelajaran anak-anak tanpa mengacu pada psoses mental, seperti memori dan berpikir. Istilah psikologi kognitif menjadi label untuk pendekatan yang berusaha untuk menjelaskan perilaku dengan memeriksa proses mental. Meskipun sejumlah faktor mendorong pertumbuhan psikologi kognitif, tidak ada yang lebih penting daripada perkembangan komputer.
Secara sederhana analogi sistem pemrosesan informasi aktif  yang dikemukakan oleh psikologi kognitif untuk menggambarkan hubungan antara kognisi dengan otak adalah dengan melihat sistem kerja komputer yang seakan-akan menjelaskan bagaimana kognisi manusia bekerja dengan menganalogikan  hardware sebagai otak fisik dan software sebagai kognisi.
B.          Sumber Kognifik: Kapasitas Dan Kecepatan Pengolahan    Informasi
Kemampuan pengolahan informasi meningkat, dipengaruhi oleh kenaikan kapasitas dan kecepatan pemrosesan. Kenaikan kapasitar yaitu mengingat satu topik atau dimensi atau berbagai masalah sedangkan kecepetan pemprosesan yaitu seberapa cepat dalam mengelola informasi. Kedua karateristik kapasitas dan kecepatan ini sering disebut sebagai sumber daya kognifik dan memiliki pengaruh penting pada memori dan pemecahan masalah. Biologis dan pengalaman memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sumber kognitif (Bjorklund, 2011).
Kecepatan pemrosesan informasi sering mempengaruhi apa yang dapat mereka lakukan dengan informasi tersebut. Kecepatan anak dalam memproses informasi terkait dengan kopetensi mereka dalam berpikir (Bjorklund,2005, 2011). Umumnya proses yang cepat dihubungkan dengan kinerja yang baik pada tugas-tugas kognitif. Namun, beberapa kopetensi untuk kecepatan proses yang lebih lambat dapat dicapai melalui strategi yang efektif.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Belajar tidak sekedar melibatkan antara stimulus dan respon, akan tetapi belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak, dan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek- aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman- pengalaman sebelumnya. Selain itu, teori kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.

PERHATIAN
Tidak mudah bagi kita untuk merumuskan pengertian perhatian. Ketidakmudahan itu disebabkan antara lain oleh beberapa hal yaitu penggunaan perhatian yang kurang tepat oleh masyarakat. Seringkali orang menyamakan perhatian dengan motif, motivasi maupun empati. Perhatian berbeda dari simpati, empati dan komunikasi walaupun ketiganya berhubungan erat dalam pemusatan tenaga seseorang. Menurut Dakir ( 1993 : 114 ) ”Perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar individu sedangkan pendapat senada dikemukakan oleh Slameto ( 1995 : 105) Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungan nya dengan pemilihan  Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek yang datang dari dalam dan dari luar individu.
INGATAN
Ingatan atau sering disebut memory adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Ingatan akan dipelajari lebih mendalam di psikologi kognitif dan ilmu saraf. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Apa yang telah diingat adalah hal yang pernah dialami, pernah dipersepsinya, dan hal tersebut pernah dimasukkan kedalam jiwanya dan disimpan kemudian pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran.
William James menyatakan bahawa terdapat 2 jenis ingatan yang dialami oleh manusia iaitu ingatan jangkamasa pendek dan ingatan jangka  masa panjang.  Kedua-dua ingatan jenis ini mempunyai proses yang sama dan tiga telah dikenal pasti iaitu :
a)            Proses menerima dan pengkodan informasi-informasi yang diterima oleh otak supaya datadata tersebut boleh diterima akal sebagai ingatan sesuatu parkara.  Jika proses pengkodan ini tidak berlaku, ingatan itu tetap didaftarkan oleh organ otak, tetapi tidak secara sistematik. 
b)           Proses kedua ialah berkaitan dengan simpanan data-data yang telah dikodkan sebentar tadi.  Kita telah ada satu idea tentang kebolehan otak menyimpan data dan kemungkinan besar, ia boleh menyimpan lebih daripada angka yang digambarkan oleh Asimov.  Kesemua data ingatan disimpan dibeberapa ruang  di bahagian serebrum organ otak manusia.
c)            Proses ketiga melibatkan aktiviti mendapatkan semua bahan-bahan yang disimpan tadi apabila ia diperlukan.  Proses ini dinamakan sebagai dapat kembali.  Sebagai contoh, setelah menelaah nota-nota kursus untuk menghadapi ujian akhir semester, anda kodkan informasiinformasi berikut dan menyimpannya dalam ingatan sistematik.
Ketiga-tiga proses pengkodan, simpanan dan dapat kembali berinteraksi sesama sendiri untuk menghasilkan ingatan tentang sesuatu informasi dengan baik. Bagi mereka yang baik ingatannya , bermakna mereka berjaya mengorganisasikan data dengan teratur dan sistematik berbanding dengan mereka yang bersifat pelupa.
A.          Ingatan jangka masa pendek
Bayangkan satu situasi di mana seorang  teman meminta anda menyampaikan pesanan kepada seorang teman yang lain.  Anda memasukkan informasi tersebut dalam ingatan dan apabila berjumpa dengan teman berkenaan anda menyampaikan pesanan tersebut kepadanya.  Hal seumpama ini pernah kita semua alami dan dalam hal sedemikian, ia melibatkan ingatan jangka masa pendek.   Ingatan jangka masa pendek digunakan bagi data yang disimpan  untuk beberapa jam, minit atau saat.  Kebanyakan ingatan manusia didaftarkan pada tahap yang tidak disedari oleh kita.  Tidak semua ingatan akan mendapat perhatian kita dan bagi bagi ingatan-ingatan yang sedemikian, ia akan disimpan di dalam Simpanan Deria buat beberapa saat sahaja dan kemudiannya terus hilang dalam gedung simpanan  otak manusia.  Sistem deria ini bertindak sebagai penapis yang bertugas mengasingkan data-data berguna untuk  ingatan jangka masa pendek.  Contohnya ‘pesan’, tiga perkara boleh  dikenal pasti dan diambil kira dalam ingatan jangka masa pendek.  Pertama siapakah individu yang mengirimkan pesan.  Anda harus mengenali individu ini, oleh itu anda perlu mengeluarkan namanya daripada ingatan jangka masa panjang dan disimpan dalam ingatan jangka masa pendek.  Kedua ialah siapakah individu yang akan menerima pesan.   Proses ini sama berlaku jika anda telah mengenalinya.  Jika tidak, anda mesti mengkodkan data-data baru tentang diri  si penerima dan menyimpannya dalam ingatan jangka masa pendek.  Ketiga ialah pesanan yang anda bawa.  Sememangnya lebih mudah jika pesanan itu ditulis dan diberikan  kepada penerima tetapi jikalau pesanan itu pendek seperti “ jumpa saya esok di perpustakaan” anda terpaksa juga memasukkannya ke dalam ingatan jangka masa pendek.
B.          Ingatan jangka masa pendek
Kebolehan otak menyimpan informasi-informasi dalam ingatan untuk beberapa tahun, bulan, hari, jam, minit atau pun sepanjang hayat  dikenali sebagai ingatan jangka panjang.  Ia berbeda daripada ingatan jangka masa pendek dari segi masa simpanan dan kapasiti simpanan
Ingatan merupakan kemampuan untuk menerima dan memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali apa yang pernah dialami (remembering). Dalam proses mengingat informasi ada 3 tahapan yaitu memasukkan informasi (encoding), penyimpanan (storage), dan mengingat (retrieval stage).

KEAHLIAN
Keahlian ialah suatu kemampuan yang melakukan sesuatu terhadap sebuah peran. Hal itu merupakan kemampuan yang bisa di pindahkan dari satu orang ke orang yang lainnya. Misalkan bagi seorang akuntan aritmatika merupkan sebuah keahlian. Sedangkan bagi seorang pilot mekanika gerakan miring, memutar, dan juga menukik merupakan sebuah keahlian. Dan cara terbaik untuk mengajarkan sebuah keahlian ialah dengan memecahkan suatu keahlian tersebut menjadi beberapa langkah. Dan kemudian akan disusun kembali oleh masing-masing individu, dan untuk mengetahui keahlian dengan pasti ialah dengan praktik.

METAKOGNISI
Kemampuan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif. Meta kognitif mengendalikan enam tingkatan aspek kognitif yang didefinisikan oleh Benjamin Bloom dalam taksonomi Bloom yang terdiri dari tahap ingatan, pemahaman, terapan, analisis dan sintetis dan evaluasi. Pada tahun 1991 taksonomi ini direvisi oleh David Krathwohl menjadi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, danmencipta (creating).


BAB X
BERPIKIR
Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan dengan makhluk lain. Maka dengan dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berpikir merupakan proses bekerjanya akal, manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Ciri utama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Dalam arti yang luas, berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi, sedangkan dalam arti sempit berpikir adalah mencari hubungan atau pertalian antara abstraksi-abstraksi ( Puswanti, 1992 : 44). Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Dalam proses berpikir alamiah, pola penalaran didasarkan pada kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Di sisi lain, dalam proses berpikir ilmiah, pola penalaran didasarkan pada sasaran tertentu secara teratur dan sistematis.
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dengan mengikuti jalan pemikiran tertentu agar sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan (Suriasumantri 1997: 1). Oleh karena itu, proses berpikir memerlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa : bahasa ilmiah, logika dan matematika, logika dan statistika ( Tim Dosen Filsafat Ilmu. 1996: 68). Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Logika dan matematika mempunyai peran penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum.

PEMECAHAN MASALAH
Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak didapat dengan segera (Saad & Ghani, 2008:120). Pendapat lainnya menyatakan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan (Polya, 1973:3). Menurut Goldstein dan Levin, pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan rutin atau dasar.  Beberapa pengertian pemecahan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut (Syaiful, 2012: 37):
1.            Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika. 
2.            Pemecahan masalah meliputi metode, prosedur, dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.
3.            Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Pada saat memecahkan masalah matematika, siswa dihadapkan dengan beberapa tantangan seperti kesulitan dalam memahami soal. Hal ini disebabkan karena masalah yang dihadapi bukanlah masalah yang pernah dihadapi siswa sebelumnya.
TRANSFER
Pengertian  Transfer  menurut  Lukman  Dendawijaya  dalam  bukunya  yang  berjudul  Manajemen  Perbankan  (2001:29).
“Transfer  adalah  jasa  yang  diberikan  bank  dalam  pengiriman  uang  antar  bank  atas  permintaan  pihak  ketiga  yang  ditunjuk  kepada  penerima  ditempat  lain.” Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana tertentu sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk keuntungan seseorang yang ditunjuk sebagai penerima transfer. Baik transfer uang keluar atau masuk akan mengakibatkan adanya hubungan antar cabang yang bersifat timbal balik, artinya bila satu cabang mendebet cabang lain mengkredit. Menurut  Djumhana  dalam  bukunya  yang  berjudul  Hukum  Perbankan  diindonesia (1996:187).
pengiriman  uang  atau  transfer  dari  dan  keluar  negeri  tersebut  menjadi  dua  macam yaitu:
1.            kiriman  uang  keluar
(outward  transfer)  artinya  bank  menerima  amanat  dari  nasabah  didalam  negeri.
2.            kiriman  uang  masuk  (inward  transfer
artinya  bank  menerima  amanatdari  pihak  luar  negri  untuk  membayarkan  sejumlah  uang  kepada  pihak  tertentu  didalam  negeri (perusahaan, lembaga  atau  perorangan).
STUDY KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok, orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus, selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.


BAB XI
PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS SOSIAL PENGAJARAN
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi-potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa (UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003). Pengertian ini menunjukkan pentingnya pendidikan bagi perkembangan seseorang. Oleh karena itu, berbagai pihak berusaha menciptakan kondisi dan pendekatan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Pada awalnya pembelajar dianggap seperti kertas kosong, sehingga dapat ditulisi apa saja. Anggapan ini menggambarkan bahwa kurang adanya peran aktif pembelajar saat proses pembelajaran, karena mereka hanya menerima apa saja yang diajarkan (pasif). Pembelajaran memang tetap dapat berjalan, namun dapat membuat kreativitas berpikir pembelajar kurang atau bahkan tidak terasah. Hal ini sangat disayangkan, karena setiap pembelajar memiliki kecerdasan masing-masing. Oleh karena itu, dewasa ini pendekatan konstruktivis dilihat sebagai pendekatan yang mampu mendorong peserta didik untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya secara aktif. Peserta didik tidak lagi dilihat sebagai kertas kosong, tetapi pribadi yang memiliki bekal pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, bekal pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan berinteraksi dengan lingkungan sosial dan pengalaman baru sehingga menghasilkan pengetahuan baru. Untuk memperoleh pemahaman tentang pendekatan konstruktivis, kita perlu menemukan prinsipnya dalam filsafat konstruktivisme.
Filsafat konstruktivisme dikembangkan oleh Giambatista Vico seorang epistemolog dari Italia. Bagi Vico, pengetahuan selalu merujuk kepada struktur konsep yang dibentuk. Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan mereka. Ada dua bentuk konstruktivisme dalam pembelajaran, yaitu konstruktivisme psikologis/individu dan sosial.
Konstruktivisme psikologis/individu dikembangkan oleh Jean Piaget. Menurut Piaget, pengetahuan terbentuk dalam intelek individu sebagai hasil interaksinya dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan tertentu. Piaget menekankan pada pembentukan makna individual. Sedangkan, konstruktivisme sosial dikembangkan oleh Vygotsky. Pada konstruktivisme sosial, pengetahuan yang sudah terbentuk pada masing-masing individu dikonstruksikan kembali setelah terjadi interaksi dengan obyek, fenomena pengalaman dan lingkungan yang baru. Vygotsky menekankan pada konteks sosial dan kultural yang melingkupi pembelajar. Pada makalah ini, kita akan bersama-masa mengkaji pendekatan konstruktivis sosial.



GURU DAN REKAN SEBAYA SEBAGAI KONTRIBUTOR BERSAMA UNTUK PEMBELAJARAN SISWA
Pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar Sekolah mempunyai banyak potensi yang dapat ditingkatkan efektifitasnya untuk menunjang keberhasilan suatu program pembelajaran. Potensi yang ada di sekolah yaitu semua sumber-sumber daya yang dapat mempengaruhi hasil dari proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu program pengajaran tidak disebabkan oleh satu macam sumber daya tetapi disebabkan oleh perpaduan antara berbagai sumber-sumber daya saling mendukung menjadi satu sistem yang integral. Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat orang lain yang bukan guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebayadan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan tutor kaka adalah totor dari kelas yang lebih tinggi.

PENATAAN KERJA KELOMPOK KECIL
Pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar Sekolah mempunyai banyak potensi yang dapat ditingkatkan efektifitasnya untuk menunjang keberhasilan suatu program pembelajaran. Potensi yang ada di sekolah yaitu semua sumber-sumber daya yang dapat mempengaruhi hasil dari proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu program pengajaran tidak disebabkan oleh satu macam sumber daya tetapi disebabkan oleh perpaduan antara berbagai sumber-sumber daya saling mendukung menjadi satu sistem yang integral. Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat orang lain yang bukan guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebayadan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan tutor kaka adalah totor dari kelas yang lebih tinggi.
Kerja kelompok dapat terjadi ketika guru meminta dua atau lebih siswanya untuk bekerja bersama-sama (Roy, 2007). Kerja kelompok dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang jumlahnya relatif kecil bekerjasama satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama. Komunikasi kelompok kecil terjadi ketika dua orang atau lebih bertatap muka biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain, sedangkan pembelajaran kelompok kecil merupakan bentuk pembelajaran klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa peserta didik yang belajar secara kelompok. Jumlah anggota kelompok berkisar antara dua sampai lima orang untuk setiap kelompoknya. Artinya, guru memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk aktif belajar dalam kelompok dan guru memberikan bimbingan pada kelompok kecil tersebut. Selain itu dengan belajar berkelompok peserta didik bisa mencari pengetahuan dan pengalaman dari berbagai sumber. Keterampilan mengajar kelompok kecil yaitu keterampilan yang menuntut guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik atau disesuaikan dengan potensi, minat, gaya dan kebutuhannya. Jadi strategi pembelajaran kerja kelompok kecil adalah usaha untuk memberdayakan segala logistik pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil guna mencapai tujuan pembelajaran.

PROGRAM KONSTRUKTIVIS SOSIAL
Secara umum, pendekatan konstruktivis sosial menekankan pada konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikonstruksikan bersama (mutual). Pendekatan konstruktivis sosial ini sangat dipengaruhi oleh teori perkembangan kognitif Vygotsky (1896-1934). Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural. Dia percaya bahwa perkembangan memori, perhatian, dan nalar melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, sistem matematika, dan strategi memori. Teori Vygotsky menarik banyak perhatian karena teorinya mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif. Dengan kata lain, di samping individu, kelompok di mana individu berada, sangat menentukan proses pembentukan pengetahuan pada diri seseorang. Melalui komunikasi dengan komunitasnya, pengetahuan seseorang dinyatakan kepada orang lain sehingga pengetahuan itu mengalami verifikasi, dan penyempurnaan.
Pendekatan konstruktivis sosial menggunakan sejumlah inovasi di dalam pembelajaran di kelas. Prinsip-prinsip pendekatan konstruktivis sosial adalah:
1.            Pengetahuan dibangun/dikonstruksikan bersama.
2.            Pengetahuan dipengaruhi oleh konteks dan situasi sosial tertentu (situated cognition).
Peran guru dalam pembelajaran yaitu harus menciptakan banyak kesempatan bagi murid untuk belajar dengan guru dan teman sebaya dalam mengkonstruksi pengetahuan bersama. Jadi, guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembimbing ketimbang sebagai pengatur dan pembentuk pembelajaran anak. Berikut ini beberapa karakteristik kelas konstruktivis sosial, yaitu:
1.            Tujuan penting dari kelas ini adalah konstruksi makna kolaboratif.
2.            Guru memantau perspektif, pemikiran dan perasaan murid.
3.            Guru dan murid saling belajar dan mengajar.
4.            Interaksi sosial mendominasi kelas.
5.            Kurikulum dan isi fisik dari kelas mencerminkan minat murid dan dipengaruhi oleh kultur mereka.
Asumsi penting dari pendekatan konstruktivis sosial adalah situated cognition. Situated cognition mengacu pada ide bahwa pemikiran selalu ditempatkan dalam konteks sosial dan fisik, bukan dalam pikiran seseorang. Oleh karena itu, dalam pembelajaran konstruktivis sosial perlu menciptakan situasi seperti yang terjadi di dunia riil.

STUDI KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok, orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus, selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.


BAB XII
MEMBACA
Membaca adalah suatu kegiatan kompleks yang melibatkan serangkaian proses mental. Dalam pengertian yang lain, membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks yang rumit, yang mencakup dan melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Ada juga yang berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses psikolinguistik yang bertujuan untuk membentuk pemahaman pembaca terhadap apa yang sedang dibaca. Sedangkan, dalam pengertian yang lebih sederhana, membaca adalah suatu kegiatan yang bertujuan mencari, melihat, dan memahami isi suatu bacaan atau tulisan. Banyak ahli sepakat bahwa membaca adalah kemahiran kognitif yang kompleks. Secara garis besar ada dua hal dasar dalam membaca, yaitu proses membaca dan hasil dari membaca itu sendiri. Proses membaca adalah proses yang cukup kompleks yang dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu mengurai lambang, pemahaman literal, pemahaman inferensial, dan pemantauan. Sedangkan, yang dimaksud dengan hasil membaca adalah komunikasi, yaitu penyampaian pikiran dan emosi penulis kepada pembaca dan tercapainya pengertian dalam diri pembaca tentang gagasan-gagasan yang ditulis oleh penulis bacaan.

MENULIS
Menulis adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Dalam pengertian yang lain, menulis adalah kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian, dapat kita tegaskan bahwa pengertian menulis adalah kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca. Menurut KBBI, pengertian menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan seseorang dalam menuangkan isi hatinya ke dalam sebuah tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal yang penting bahwa terkait dengan aktivitas menulis, seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya.

MATEMATIKA
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur, bangun ruang, dan perubahan-perubahan yang pada suatu bilangan. Matematika  berasal dari bahasa Yunani Mathematikos yang artinya ilmu pasti. Dalam bahasa belanda matematika di sebut sebagai Wiskunde yang artinya ilmu tentang belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi matematika adalah ilmu tentang bilangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya yang mencangkup segala bentuk prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan. Seorang yang ahli dalam bidang matematika di sebut sebagai Matematikawan atau matematikus. Segala hal yang bersangkutan dan berhubungan dengan matematika di sebut sebagai matematis. Matematis juga di gunakan untuk menyebut sesuatu secara sangat pasti dan sangat tepat.
Matematika merupakan salah satu ilmu yang banyak di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik secara umum maupun secara khusus. Secara umum matematika di gunakan dalam transaksi perdangangan, pertukangan, dll. Hampir di setiap aspek kehidupan ilmu matematika yang di terapkan. Karena itu matematika mendapat julukan sebagai ratu segala ilmu. Matematika juga mempunyai banyak kelebihan dibanding ilmu pengetahuan lain. Selain sifatnya yang fleksible dan dinamis, matematika juga selalu dapat mengimbangi perkembangan zaman. Terutama di masa sekarang ketika segala sesuatu dapat di lakukan dengan komputer. Matematika menjadi salah satu bahasa program yang efektif dan efisien.
SAINS
Sains adalah berasal dari bahasa latin yaitu “scientia” yang artinya pengetahuan. Jadi definisi sains ialah suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek-aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik & melalui berbagai metode saintifik yang terbakukan.
A.          Ruang lingkupnya
Ruang lingkup sains terbatas pada berbagai hal yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan & pengecapan) atau dapat dibilang sains itu pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian. Definisi sains seperti tadi diatas seringkali dikenal atau disebut dengan sains murni, untuk dapat membedakannya dengan sains terapan, yang merupakan aplikasi dari sains yang ditujukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Ilmu sains pada di klasifikasikan menjadi 2 (dua), diantaranya yaitu :
Ø  Natural sains / ilmu pengetahuan Alam.
Ø  Sosial sains / ilmu pengetahuan sosial.

B.          Inilah tujuan dari sains
Apakah tujuan sains? Mungkin gambaran paling umum, bahwa tujuan dari sains yaitu untuk menghasilkan model yang dapat berguna tentang realitas. Pada umumnya penyelidikan ilmiah menggunakan beberapa bentuk metode ilmiah. Secara umum metode yang dipakai, yaitu:
Ø  Observasi
Ø  Hipotesis
Ø  Prediksi
Ø  Penelitian
Ø  Kesimpulan

ILMU SOSIAL
ilmu sosial diartikan sebagai suatu ilmu yang berisi mengenai interaksi antara manusia dengan manusia secara individu, manusia dengan manusia secara individu dan kelompok, manusia dengan manusia secara sama sama berkelompok. Dengan adanya interaksi semacam ini manusia satu dengan manusia lainnya pastilah akan saling berkomunikasi, saling mengenal satu dengan lainnya, bisa jadi saling bergotong royong bahu membahu saling tolong menolong satu dengan lainnya namun bisa jadi pula justru dengan adanya interaksi tersebut terjadilah konflik karena adanya ketidakcocokan antara manusia satu dengan lainnya tersebut. Akan tetapi pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat benar benar hidup seorang diri. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup saling beriringan bersama sama.

Pengertian Ilmu Sosial Menurut Beberapa Ahli, Pengertian atau definisi dari ilmu sosial tidaklah hanya satu saja, ada beberapa versi lainnya menurut beberapa ahli sosial yang datang dari berbagai penjuru dunia. Yang pertama adalah seorang ahli sosial dari negeri seberang yang bernama Peter Herman, ia mengatakan bahwa ilmu sosial merupakan pelajaran berharga mengenai perbedaan namun tetap menjadi kesatuan. Yang berarti adalah manusia hidup di muka bumi ini dikaruniai akal pikiran yang tentu berbeda beda dengan manusia satu dan lainnya lagi. Akan tetapi pada prinsipnya adalah sama, semua manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk saling berinteraksi satu denga lainnya. Setiap manusia tidak ada yang bisa benar benar hidup seorang diri, tanpa bantuan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya setiap hari.






BAB XIII
MENJELAJAHI MOTIVASI
Pada jaman sebelum indonesia merdeka, semboyan “merdeka atau mati” yang nyaring kita dengar dari mulut para pejuang saat mengobarkan perlawanan kepada penjajah, menjadi bukti betapa kekuatan,keberanian,tekad, dan daya juang tinggi yang coba ditunjukan olah generasi pendahulu. Hingga buah dari perjuangan itu kita dapat merasakan kemerdekaan sampai hari ini. Namun semboyan “merdeka atau mati” menjadi tidak relevan lagi jika kita terapkan pada kehidupan bermasyarakat saat ini, sebab dalam kehidupan sehari-hari kita sudah tidak lagi dibawah bayang bayang todongan senjata penjajah yang sewaktu waktu dapat menembus bagian tubuh kita. Semboyan “merdeka atau mati” saat ini lebih relevan apabila diubah menjadi ‘berani berjaya dan mandiri’ tak lagi ‘berani mati’ yang dengan mudah diucapkan pada masa lampau. Kita lihat hari ini masih banyak kita mendengar orang orang yang berani mati seperti remaja putus cinta memilih gantung diri, karyawan di phk akhirnya bunuh diri, konflik di dalam rumah tangga berakhir bunuh diri, tidak kunjung mendapatkan pekerjaan bunuh diri. Mereka terlalu mendalami arti “berani mati” padahal sudah tidak relevan lagi. Sekarang saatnya berani berjaya, berani mengejar mimpi, dan berani berani lainya yang tentunya membawa perubahan, membawa kebahagiaan. Dengan mati memang semua masalah akan selesai, tapi ingat betapa kita telah mengecewakan orang yang paling menyayangi kita. ingat ibu yang telah mengandung kita selama 9 bulan 10 hari dan melahirkan kita dengan mempertaruhkan hidup dan matinya, setelah itu merawat kita dengan tulus dan kerja keras, selalu berusaha memenuhi segala keperluan kita, hingga akhirnya menjadi diri kita yang sekarang, dengan doa dan harapan beliau setiap hari, agar nanti kita akan berhasil meraih semua impian kita, hingga suatu hari tiba tiba masalah datang menghampiri hidup kita dan membuat kita terpuruk tidak berdaya yang rasanya seperti ingin mati saja, betapa bodohnya pikiran yang seperti itu. ingat perjuangan dan orang yang menyayangi kita. berani berjuang, berani berjaya kamu hari ini ?

PROSES PRESTASI
Kita tentu paham dengan makna kata ‘prestasi’. Walaupun tidak mengetahui secara persis maknanya, kita mungkin dapat mengira-ngira atau merasakan apa yang tersirat dan mencuat dari kata ‘prestasi’. Apakah sesungguhnya prestasi itu? Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari segala yang diusahakan, dikerjakan, atau dilakukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 895).
Apakah semua ‘pencapaian’ atau ‘hasil yang dicapai’ layak disebut sebagai prestasi? Dari segi bahasa, prestasi memang dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai, tak peduli hasil itu baik atau jelek, tinggi atau rendah. Namun, dalam pengertian sehari-hari, umumnya prestasi dianggap sebagai pencapaian yang baik atau tinggi. Pencapaian yang rendah atau biasa-biasa saja seringkali tidak dianggap sebagai prestasi atau dikatakan prestasi. Seringkali dikatakan bahwa orang yang berprestasi ialah orang yang mampu mencapai hasil yang tinggi atau bahkan tertinggi, sedangkan orang yang tidak mampu mencapai hasil yang tinggi dianggap tidak berprestasi.
Sebagai pencapaian yang tinggi, prestasi umumnya diraih dengan usaha yang tidak gampang dan sederhana. Prestasi lazim diraih dengan usaha dan kerja yang keras, bahkan tidak jarang amat keras. Pribadi yang berprestasi biasanya adalah pribadi yang ulet, tekun, rajin, disiplin, tangguh, memiliki tekad yang kuat, tidak mudah puas, dan tidak mudah putus asa. Orang yang manja, malas, tidak berdisiplin, dan mudah menyerah sangat sulit atau mustahil mampu meraih prestasi.
Prestasi tidak jarang diraih melalui perjalanan waktu yang panjang. Setelah sejak kecil belajar, berlatih, berdisiplin, mengembangkan diri, memeras otak, mengeluarkan biaya, dan menghabiskan banyak energi, orang sering baru meraih prestasi pada usia dewasa. Hal ini, misalnya saja, banyak terjadi pada olahragawan, ilmuwan, dan sastrawan.
Prestasi juga seringkali diraih melalui serangkaian kegagalan. Setelah mengalami kegagalan demi kegagalan yang jumlahnya dapat mencapai belasan atau bahkan puluhan kali, orang baru dapat meraih prestasi pada sekian belas tahun kemudian. Kegagalan demi kegagalan tidak membuat patah semangat, melainkan justru makin memacu hasrat dan semangat untuk mencapai hasil tinggi sehingga kemudian dapat diraih prestasi. Hal ini, misalnya, dialami oleh para ilmuwan, pengusaha, dan industriawan.
Orang yang berprestasi biasanya dinilai sebagai orang yang sukses. Orang berprestasi dianggap memiliki keistimewaan. Keistimewaan itu tidak sepenuhnya dan tidak selalu terkait dengan kecerdasan, bakat, uang, materi, atau keberuntungan. Keistimewaan itu justru kerapkali berwujud tekad dan semangat serta kemauan untuk berusaha, bekerja, berlatih, berdoa, dan berkorban. Artinya, keistimewaan orang-orang yang berprestasi dan sukses umumnya terletak pada kesediaan mereka untuk melakukan hal-hal berat penuh pengorbanan (waktu, tenaga, pikiran, dan sebagainya) dan bukan semata-mata karena kecerdasan, bakat, uang, materi, atau keberuntungan.
Dengan begitu jelas, prestasi diperoleh lewat proses yang sulit dan panjang. Namun, prestasi dapat diraih oleh setiap orang. Setiap orang memiliki peluang dan kesempatan untuk meraih prestasi. Prestasi bukanlah monopoli orang-orang yang jenius, pandai, cantik, tampan, kuat, atau kaya. Orang yang dari segi kecerdasan biasa-biasa saja dan secara ekonomi lemah (miskin) banyak sekali yang meraih prestasi tinggi dan sukses besar dalam hidupnya, sebaliknya tidak sedikit orang yang cerdas lagi kaya pada masa-masa akhir kehidupannya jatuh menjadi orang yang gagal, miskin, telantar, dan menderita.
MOTIVASI HUBUNGAN DAN KONTEKS SOSIOKULTURAL
Motivasi mengandung komponen social, selain motif untuk berprestasi, murid juga punya motif social. Bahasan kita tentang dimensi social dari motivasi ini akan difokuskan pada:
1.            Motif social
Motif social adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan dunia social. Latar belakang social anak akan mempengaruhi kehidupan mereka disekolah, murid yang menunjukkan prilaku yang kompeten secara social lebih mungkin unggul secara akademis ketimbang murid yang tidak kompeten.
Kebutuhan social murid direfleksikan dalam keinginan mereka untuk popular dimata kawan sebaya dan kebutuhan punya satu kawan akrab atau lebih, dan keinginan untuk menarik dimata orang yang mereka sukai.Setiap murid mempunyai kebutuhan afiliasi yang berbeda-beda.
Di SMP dan SMA beberapa murid merasa ada yang hilang dalam kehidupan mereka jika mereka tidak punya pacar untuk diajak kencan di malam minggu, ada juga yang tidak punya kebutuhan afiliasi sekuat itu, mereka tidak peduli apakah mereka punya banyak kawan atau tidak,dan tidak cemas jika mereka tidak punya pacar.
Pada masa SD murid lebih termotivasi untuk menyenangkan orang tuanya ketimbang menyenagkan temannya, menjelang akhir masa SD penerimaan orangtua dan teman berada pada posisi yang sama dalam system motif anak. Pada grade delapan atau Sembilan(sekolah menengah), penerimaan teman lebih penting ketimbang penerimaan orang tua. Pada grade 12, penerimaan teman kurang penting karena murid sudah mulai membuat keputusan sendiri.
Motivasi mengandung komponen social, selain motif untuk berprestasi, murid juga punya motif social. Bahasan kita tentang dimensi social dari motivasi ini akan difokuskan pada:
2.            Hubungan Sosial
Hubungan murid dengan orangtua,teman sebaya, guru dan mentor dan orang lain dapat mempengaruhi prestasi dan motivasi social mereka.
a.            Hubungan orangtua dan motivasi murid:
ü   Karakteristik demografis
Orangtua yang berpendidikan tinggi percaya bahwa keterlibatan mereka dalam pendidikan anak adalah penting.Mereka lebih berpartisipasi dalam pendidikan anaknya dan member stimuli intelektual dirumahnya. Ketika orangtua lebih banyak menghabiskan waktu bersama orang lain ketimbang untuk anaknya motivasi anak akan menurun tajam. Prestasi murid dapat menurun apabila tinggal bersama orang tua yang waktunya dihabiskan untuk bekerja dan tinggal dalam keluarga besar.

ü   Praktik pengasuhan anak
1)       Mengenal betul si anak dan memberi tantangan dan dukungan dalam kadar yang tepat.
2)       Memberikan iklim emosional yang positif, yang memotivasi anak untuk menginternalisasikan nilai dan tujuan orang tua.
3)       Menjadi model prilaku yang member motivasi: bekerja keras dan gigih menghadapi tantangan.
ü   Privasi pengalaman spesifik di rumah
Selain praktek pengasuhan umum, orangtua dapat memberikan pengalaman spesifik di rumah untuk membantu si anak menjadi lebih termotivasi. Membacakan buku untuk anak prasekolah dan member materi bacaan di rumah akan memberi efek positif  pada prestasi dan motivasi membaca anak.
b.            Hubungan Teman Sebaya
Teman sebaya dapat mempengaruhi motivasi anak melalui perbandingan social, kompetensi dan motivasi social, belajar bersama, dan pengaruh kelompok teman sebaya. Murid dapat membandingkan dirinya sendiri dengan teman sebaya mereka secara akademik dan social. Teman sebaya dapat membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran melalui diskusi kelompok kecil. Dan tutoring teman sebaya seringkali meningkatkan prestasi bagi tutor maupun murid yang diberikan tutorial.
c.             Hubungan dengan Guru
Seperti yang telah kita jelaskan pada self efficacy guru sangat mempengaruhi motivasi murid.
3.            Konteks Sosiokultural
Dalam bagian ini telah banyak dibahas oleh teman kita kelompok 7, dimanalatar belakang status sosioekonomi, etnis dan gender bisa mempengaruhi motivasi dan prestasi si murid.


BAB XIV
MENJELAJAHI KESULITAN PRESTASI
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, diperoleh, atau dikerjakan. Prestasi setiap orang tidak selalu sama dalam berbagai bidang. Misalnya, prestasi dalam bidang kesenian, olahraga, sastra, kepemimpinan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan sebagainya. Prestasi muncul sebagai hasil kerja keras untuk mendayagunakan potensi diri sehingga hasilnya dapat dinikmati bersama. Prestasi seseorang erat kaitannya dengan potensi atau kemampuan dasar yang dimilikinya. 
Prestasi yang dicapai setiap orang dalam setiap usaha ada berbagai macam prestasi, yaitu antara lain:
1.     Prestasi belajar, merupakan hasil yang dicapai dari seorang pelajar dalam usaha belajarnya.
2.     Prestasi kerja, merupakan hasil yang dicapai seorang pekerja dari usaha kerja yang dilakukannya.
3.     Prestasi seni, merupakan hasil yang diperoleh seseoang melalui usaha olah seninya.
4.     Prestasi olahraga, merupakan suatu prestasi yang diperoleh seorang olahragawan melalui kompetisi olahraga.
5.     Prestasi lingkungan hidup, merupakan suatu prestasi yang diperoleh melalui usaha penyelamatan lingkungan hidup.
Untuk berprestasi, setiap manusia mempunyai cara-cara dan pemahaman sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki. Beberapa upaya yang dilakukan agar manusia berprestasi:
1.     Semenjak usia dini dilakukan pencarian bibit-bibit berbakat.
2.     Dididik dan dilatih secara bertahap serta terprogram dengan baik.
3.     Secara periodik, diadakan evaluasi dan diberikan umpan balik.
4.     Diuji coba melalui kompetisi dari yang level regular sampai dengan yang profesional.
5.     Berkompetisi secara profesional dalam jangka waktu tertentu.
Adapun orang-orang yang dapat dikatakan berprestasi karena mempunyai motivasi-motivasi sebagai berikut:
1.     Memiliki keberanian mengambil risiko.
2.     Memiliki rasa tanggung jawab yang besar.
3.     Menerima dan menggunakan kritik sebagai umpan balik.
4.     Memiliki sikap yang berorientasi pada masa depan/cita-cita.
5.     Memiliki sikap yang berorientasi pada keberhasilan.
6.     Memiliki sikap yang kreatif, inovatif, dan mampun menggunakan waktu secara baik.
Selain modal dasar pribadi untuk berprestasi, harus memiliki prinsip-prinsip sebagai pribadi berprestasi yang unggul. Prinsip-prinsip itu (Soejitno Irmim 2004:69) adalah:
1.     Setiap melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan selalu menetapkan target.
2.     Berpikir sebelum bertindak.
3.     Memanfaatkan waktu secara efisien dan mengalokasikan waktu menurut skala prioritas.
4.     Selalu berpikir positif.
5.     Selalu berupaya agar dirinya bermanfaat bagi orang lain.
6.     Berusaha menjadi contoh dan teladan bagi orang lain.
7.     Tidak pernah berhenti untuk belajar.
Manusia yang unggul dalam berprestasi memiliki ciri-ciri pribadi yang pantas dalam kehidupannya. Ciri-ciri manusia yang berprestasi (Soejitno Irmim, 2004:69) adalah:
1.     Memiliki fisik dan mental yang sehat.
2.     Jujur, disiplin, dan loyal.
3.     Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
4.     Memiliki tenggang rasa yang tinggi.
5.     Berpikir tentang masa depan.
6.     Memiliki kepercayaan diri yang kuat.
7.     Tidak mudah menyerah dan putus-asa.
8.     Mempunyai gairah dan semangat hidup yang tinggi.
9.     Banyak inisiatif dan kreatif.
10.                        Selalu meningkatkan prestasi kerja.
11.                        Memiliki kemampuan berkomunikasi.
MENJADI KOMUNIKATOR YANG BAIK
Berikut ini 8 strategi yang akan membantu kamu mengatasi bias komunikasi yang cenderung untuk menahan kamu berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarmu, terutama dengan orang-orang yang kamu kenal dengan baik. Aplikasikan strategi ini, semoga kemampuan berkomunikasi kamu bisa meningkat ya!
1.     Bicaralah pada kelompok seperti halnya berbicara pada seorang individu
Sebagai seorang pemimpin kamu harus berbicara kepada banyak orang, baik saat meeting kecil maupun dalam pertemuan skala besar. Kamu perlu membangun level kedekatan yang membuat setiap orang di ruangan tersebut merasa bahwa kamu berbicara langsung padanya. Triknya adalah mengeliminasi gangguan pada kerumunan sehingga kamu bisa menyampaikan pesan seperti kamu sedang berbicara dengan satu individu.
2.     Berbicara sehingga orang-orang mendengar
Komunikator yang baik membaca audiens mereka dengan hati-hati, memastikan bahwa mereka tidak menghabiskan waktu untuk sebuah pesan yang ternyata orang-orang belum tentu siap mendengarkannya. Berbicara agar orang-orang mendengarkan artinya kamu menyesuaikan pesan kamu supaya cocok dengan audiens. Jika kata-kata kamu membuat orang-orang menanyakan hal-hal yang bagus, kamu berada di jalur yang benar.
3.     Dengarkanlah, sehingga orang-orang akan berbicara
Salah satu godaan paling besar seorang pemimpin adalah memperlakukan komunikasi sebagai hubungan satu arah. Ketika kamu berkomunikasi, kamu harus memberikan orang-orang kesempatan untuk mengungkapkan pemikiran mereka. Jika kamu menemukan bahwa kamu terkadang sering menjadi yang terakhir berbicara dalam sebuah obrolan, maka nampaknya kamu perlu mengatasi hal tersebut. Tidak cukup hanya mendengarkan kata-kata, hal ini juga tentang mendengarkan nada, kecepatan, dan volume suara. Ketika seseorang berbicara dengan kamu, jangan melakukan hal lain, dengarkan baik-baik sampai orang tersebut selesai berbicara. Jangan mengetik email ketika sedang menelepon. Ketika sedang berada dalam sebuah meeting, tutuplah pintu dan duduk dekat dengan orang yang kamu ajak bicara sehingga kamu dapat fokus dan mendengarkan. Hal-hal sederhana seperti ini akan membantu kamu untuk untuk dapat lebih mengerti pesan apa yang seseorang sampaikan dan menjelaskan apa yang seseorang benar-benar dengarkan atau katakan.
4.     Terhubunglah secara emosional
Sebagai seorang pemimpin, komunikasi kamu tidak ada artinya jika orang-orang tidak dapat terhubung secara emosional. Hal ini cukup sulit diatasi oleh banyak pemimpin karena mereka merasa perlu membangun kepribadian tertentu. Biarkan saja. Agar dapat terhubung secara emosional dengan orang-orang, kamu harus transparan. Jadilah manusia. Tunjukkan pada mereka apa yang memotivasi kamu, apa yang kamu pedulikan, apa yang membuat kamu bangun setiap pagi. Ungkapkan perasaan ini secara terbuka, dan kamu akan mendapatkan hubungan emosional dengan orang-orang yang kamu ajak bicara.
5.     Membaca bahasa tubuh
Wewenang yang kamu miliki membuat agak sulit bagi orang-orang untuk mengutarakan apa yang mereka pikirkan. Tidak peduli betapa baiknya hubungan yang kamu miliki dengan bawahan kamu, kamu membohongi sendiri jika kamu berpikir bahwa mereka seterbuka itu denganmu. Jadi, kamu harus pintar-pintar mengerti pesan-pesan yang tak terverbalkan. Kekayaan terbesar dari informasi terletak pada bahasa tubuh seseorang. Tubuh berkomunikasi tanpa henti dan merupakan sumber informasi terbaik. Jadi perhatikanlah bahas tubuh saat berada dalam sebuah meeting atau pembicaraan non formal. Begitu kamu sudah mampu memahami bahasa tubuh, pesan itu akan menjadi semakin jelas. Beri perhatian penuh pada apa yang tidak tersampaikan sebagaimana kamu memperhatikan apa yang sedang disampaikan dan kamu akan mampu mengetahui fakta dan opini yang orang-orang tidak mampu sampaikan secara langsung.
6.     Persiapkan maksud pembicaraan kamu
Dibutuhkan sebuah persiapan tentang apa-apa saja yang ingin kamu katakan dan apa yang dibutuhkan agar pembicaraan tersebut memiliki efek yang diinginkan. Jangan persiapkan pidato; kembangkan sebuah pengertian tentang apa yang harus difokuskan pada sebuah pembicaraan seharusnya dan bagaimana kamu dapat mencapai hal ini. Komunikasi yang kamu jalin akan lebih meyakinkan dan tepat sasaran jika kamu menyiapkannya dari jauh-jauh hari.
7.     Tidak perlu menggunakan jargon
Dunia bisnis dipenuhi dengan jargon-jargon dan metafora yang tentu saja bermanfaat jika orang-orang dapat berhubungan dengan hal itu. Masalahnya, kebanyakan pemimpin terlalu banyak menggunakan jargon dan mengasingkan bawahan dan konsumen mereka dengan cara mereka “berbicara bisnis.”. Gunakan saja jargon seefisien mungkin jika kamu ingin terhubung dengan orang-orang. Jika tidak, maka kata-katamu akan terasa tidak tulus.
8.     Latihan mendengarkan secara aktif
Mendengarkan secara aktif adalah teknik sederhana yang membuat orang merasa didengar, sebuah komponen penting untuk komunikasi yang baik.

BERURUSAN DENGAN MASALAH PERILAKU
Dalam Psikologi, remaja biasanya dilihat sebagai tahap yang sulit bagi orangtua anak-anak remaja. Orangtua menemukan sulit untuk menerima kenyataan bahwa anak kecil mereka yang berpegang kepada mereka untuk setiap kebutuhan kecil, tiba-tiba keinginan untuk sendirian atau dengan teman-temannya. Namun, apa yang orang tua tidak menyadari adalah bahwa hanya seperti mereka, anak-anak juga melewati tahap yang sulit. Mereka mencoba untuk menghadapi perubahan emosional dan moral fisik yang terjadi kepada mereka dan sudah mulai mengamati dunia dalam cara yang sama sekali berbeda. Ini juga merupakan waktu kebingungan dimana pada saat-saat mereka diperlakukan seperti orang dewasa, sementara pada saat berikutnya seperti anak kecil oleh orang tua mereka. Sebagai remaja adalah masa di mana anak-anak mencoba untuk membangun identitas mereka, ini sebenarnya bisa menambah dilema mereka. Sebagai remaja mulai melihat segala sesuatu dalam cahaya baru, orangtua dapat mengamati perubahan perilaku tertentu pada anak mereka. Beberapa dari mereka adalah bagian dari perilaku remaja normal yang berkurang ketika remaja menjadi dewasa, namun kadang-kadang mereka dapat menyebabkan masalah yang lebih serius dan berbahaya yang dapat mempengaruhi kehidupan masa depan mereka. Mari kita menjelajahi masalah perilaku remaja secara rinci. Baca terus tekanan teman sebaya.

STUDY KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok, orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus, selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.