Saturday 15 September 2018

GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN ANAK SECARA BAWAAN DAN LINGKUNGAN




BAB III
GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN ANAK SECARA BAWAAN DAN LINGKUNGAN
A.           Pembawaan (Hereditas).
Manusia sejak lahir memang sudah memiliki potensi atau bakat. Misalnya bayi memiliki kesanggupan untuk merangkak kemudian berdiri walau tidak mudah untuk merealisasikannya. Singkatnya pembawaan adalah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat diwujudkan. Dalam arti lain anak sejak lahir telah memiliki ilmu pasti untuk berkembang tapi kadang kita terbatas mengartikan pembawaan adalah sesuatu yang ditentukan dari keturunan. Lebih mudahnya bahwa tidak semua bawaan itu diperoleh dari keturunan tapi yang diperoleh dari keturunan bisa dikatakan bawaan.
Disini kami akan menambahkan sedikit tentang macam-macam pembawaan yang perlu kita ketahui yaitu sebagai berikut :
1)        Pembawaan Jenis
Ketika manusia dilahirkan mereka telah memiliki pembawaan jenis baik jenis kelamin, anggota badan, kepintaran dan lainnya sebagai ciri khas diri mereka sendiri.
2)        Pembawaan Ras
Pembawaan manusia juga dapat dibedakan melalui rasnya, seperti ras sunda, ras dayak, ras jawa dan masing-masing ras memiliki cirri khas tersendiri.
3)        Pembawaan Individu
Pembawaan yang dimiliki individu selain diatas, individu juga membawa pembawaan dari dirinya sendiri, meski sama ras, sama jenis tapi masing-masing individu dengan individu yang lain memiliki perbedaan.
B.            Lingkungan ( Environment )
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita dan apa yang ada disekitar kita itu memiliki pengaruh bagi perkembangan kita serta tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Lingkungan memang sangat berpengaruh pada perkembangan manusia terlepas pengaruh itu baik atau tidak.
Menurut Sertain lingkungan dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1)        Lingkungan alam/luar.
2)        Lingkungan dalam.
3)        Lingkungan masyarakat/sosial.
Dapat kita jelaskan tentang pengaruh lingkungan terhadap perkembangan manusia yaitu bahwa pengaruh dari lingkungan alam/luar adalah pengaruh lingkungan yang berada disekitar seperti hewan, alam, air, iklim dan lain sebagainya, sedangkan lingkungan dalam hampir sama dengan lingkungan luar bedanya sesuatu yang sudah masuk dalam tubuh kita juga memiliki pengaruh tersendiri. Contohnya jika kita makan-makanan yang haram pasti sifat dan perilaku  kita menjadi jelek. Lingkungan masyarakat/social juga berpengaruh pada perkembanmgan manusia karena kita tidak bisa hidup tanpa orang lain.
Kami dapat menarik kesimpulan tentang pernyataan diatas bahwa lingkungan adalah segala hal yang ada disekitar kita mulai dari hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan alam serta memiliki pengaruh terhadap perkembangan manusia. Interaksi antara manusia dan alam sekitar itulah yang membuat manusia bisa disebut unik. Jika dihubungkan kembali antara pembawaan dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah “ Sifat-sifat dan watak kita adalah hasil interaksi pembawaan dan lingkungan kita” oleh karena keperibadian kita itu terbentuk karena hubungan kita pada lingkungan dan timbal balik yang diberikan lingkungan pada kita.
Peran lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku manusia sehingga perilaku manusia dapat diklasifikasikan  menjadi empat hal yaitu :
1)         Insting adalah aktivitas manusia yang tidak didapat dari belajar
melainkan dari kodratnya.
2)         Hobits adalah kebiasaan yang berulang-ulang.
3)         Native Behaviour adalah tingkah laku manusia dari
hereditas/bawaan.
4)         Aquired Behaviour adalah tingkah laku yang didapat dari belajar.
Menurut pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa perilaku atau perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh apa yang ada disekitar kita, baik lingkungan berupa keluarga, alam, pergaulan dan tingkah laku kita ketika berinterksi pada semua itu, sehingga menjadikan kepribadian kita sebagai manusia.
Seorang ahli psikologi yang bernama Woodwarth juga memberikan pendapat tentang cara manusia berhubungan dengan lingkungannya :

1)         Individu bertentangan dengan lingkungannya.
2)         Individu menggunakan lingkungannya.
3)         Individu berpatisipasi dengan lingkungannya.
4)         Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kami lebih sependapat dengan poin keempat karena pada dasarnya manusia ingin menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan menjadi bagian dari lingkungannya.
Faktor lingkungan disini terdapat beberapa hal, yang pertama lingkungan keluarga, pendidikan dan hubungan yang didapat oleh anak adalah keluarga olehkarena itu keluarga memiliki peran yang sangat penting. Kedua lingkungan sekolah, sekolah berfungsi mengembangkan bakat, kepintaran dan hunbungan dengan masyarakat. Yang ketiga adalah lingkungan masyarakat, manisia mulai dari kecil slalu berinteraksi dengan manusia dan manusia memiliki perbedaan baik dalam berpikir, bercakap, kepintaran, adat dan semua yang ada dalam masyarakat sehingga perkembangan manusia juga dipengaruhi oleh orang lain/masyarakat.
C.            Pengaruh ( Hereditas ) dan Lingkungan dalam perkembangan anak.
Sebelum kita berbicara tentang hereditas dan pembawaan lebih baik kita mengetahui apa sih perkembangan itu ?. perkembangan adalah proses yang tersusun, bersifat kualitatif, bertahap dan berkelanjutan mulai dari benih hingga akhir hayat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan.
Berbicara tentang  faktor Hereditas ( bawaan ) dan lingkungan banyak menyimpan pertanyaan, semisal seberapa besarkah pengaruh antar factor bawaan dan lingkungan terhadap perkembangan manusia. Para ahli psikologipun banyak yang berbeda pendapat, sehingga menimbulkan aliran-aliran yang akan dijabarkan sebagai berikut :
1.              Aliran Nativisme.
Nativisme berasal dari kata natus yang artinya lahir. Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer, Plato, Descartes, Lombroso mereka berpendapat bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh factor bawaan yang dibawa sejak dia lahir, biasanya aliran ini mencari persamaan antara seseorang dengan orang tuanya. Misalnya ayahnya adalah seorang pelukis maka anaknya pun akan menjadi seorang pelukis, jika ayah atau ibunya ahlinya peramal maka anaknya juga akan menjadi peramal, pokoknya apa yang dimiliki oleh orang tuanya pasti dimiliki oleh anaknya.
2.             Aliran Empirisme.
Menurut para ahli yang mengikuti aliran ini bertolak belakang dengan aliran Nativisme. Menurut paham ini perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau faktor pendidikan ( optimisme paedagogis ).

3.             Hukum Konvergensi.
Wiliam Stern seorang ahli psikologi dari jerman menyatakan bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh kedua factor yaitu factor lingkungan dan factor bawaan. Meskipun begitu rasanya belum puas, dalam kenyataannya manusia itu memiliki akal pikiran yang luar biasa sehingga mereka pun dapat menentukan dirinya sendiri secara bebas, perkembangan manusia tidak hanya dipengaruhi dua factor tersebut tapi manusia itu sendiri juga berperan penting dalam perkembangan manusia itu sendiri.
4.             Konsep Fitrah.
Dalam islam juga memiliki pandangan tersendiri tentang apa pengaruh perkembangan manusia, dalam pandangan islam tentang semua itu hampir sama denga hukum konvergensi bedanya kalau islam selain pembawaan dan lingkungan tapi juga bawaan dari dirinya sendiri dan dari kodratnya lebih-lebih dalam hal keagamaan.

PERKEMBANGAN KOGNITIF
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan fungsi dari objek – objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi walaupun proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya (Hetherington & Parke, 1975).

PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun dengan tanda-tanda dan isyarat.  Penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seseorang memerlukan komunikasi dengan orang lain. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan seseorang (bayi-anak) di mulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana, dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasa. Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun dua atau tiga kata. Berikut laju perkembangannya:
1.      Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif. Misalnya, “Ibu duduk”.
2.      Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negative. Misalnya, “Ibu tidak duduk”.
3.      Pada usia selanjutnya anak dapat menyusun pendapat berupa keritikan (Ini jelek), keragu-raguan (mungkin), dan menarik kesimpulan analogi (Ketika anak melihat Ibunya tidur karena sakit, maka setiap dia melihat ibunya tidur dia menggap ibinya sakit).
A.           Tugas-tugas Perkembangan Bahasa
Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling barkaitan. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut:
1.       Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami gerakan bahasa tubuhnya.
2.       Pengembangan Perbendaharaan Kata. Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3.       Penyusunan Kata-kata Menjadi Kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gerak tubuh untuk melengkapi cara berpikirnya. Contohnya, anak menyebut “Bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti “Tolong ambilkan bola untuk saya”.
4.       Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui peniruan terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama dari orang tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun.

SRUDI KASUS
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam penelitian sosial. Metode case study meliputi beberapa teknik riset yang digunakan untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case Study” menjelaskan bahwa studi kasus digunakan oleh peneliti yang umumnya fokus pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian tentang kelompok, orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan metode case study dalam sosiologi adalah untuk mengungkap isu atau peristiwa sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus, selain sebagai metode juga dapat dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.
A.           Penerapan Studi Kasus Dalam Riset Sosial
Case study diterapkan untuk memahami varian dari fenomena sosial yang spesifik. Sebagai contoh fenomena spesifik misalnya, progres dari suatu peristiwa atau perubahan sosial yang terjadi akibat implementasi kebijakan, program, atau peristiwa dalam masyarakat, bisa diteliti dengan case study. Studi kasus seringkali diterapkan sebagai pendukung riset atau studi yang lingkupnya lebih besar. Contoh kongritnya misal, fenomena lumpur Lapindo yang dimulai beberapa tahun lalu. Case study dapat diterapkan untuk mengkaji bagaimana masyarakat meninggalkan kampungnya yang tenggelam dan beradaptasi dengan kehidupan baru di lingkungan barunya. Studi tersebut merupakan bagian dari studi tentang ”Bencana Lumpur Lapindo” yang lebih luas.

B.            Karakteristik Metode Studi Kasus

Salah satu tujuan utama penerapan metode case study adalah memberikan penjelasan secara detail dan lengkap (thick description) terhadap suatu fenomena sosial. Penjelasan yang diberikan bisa dalam bentuk deskriptif dan atau eksploratif. Pada banyak kasus, riset case study berupaya menjawab pertanyaan ”bagaimana” dan ”mengapa” fenomena sosial terjadi di masyarakat. Studi kasus secara historis biasa diterapkan pada penelitian sosiologis yang fokus mengembangkan pengetahuan tentang masyarakat atau kelompok yang marjinal. Sebagaimana telah disebutkan di atas, studi kasus menyasar fenomena yang spesifik. Tak jarang sangat spesifik sehingga tidak bertujuan untuk generalisasi. Fokus investigasi mendalam yang dilakukan juga tak jarang pula menghasilkan teori yang membantah teori sebelumnya. Sehingga, case study selalu memiliki potensi untuk pengembangan teori baru. Case study merupakan bagian dari riset kualitatif atau kuantitatif. Observasi partisipatoris dan wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data yang sering diterapkan.