Tuesday 25 September 2018

Hadits yang bisa memberi penjabaran tentang keutamaan orang yang berilmu


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kedudukan Al-Hadits sebagai sumber ajaran agama islam yang berkedudukan setelah Al-Qur’an memang tidak dapat dipungkiri lagi, sebab Al-Hadits menjadi penguat pernyataan yang terdapat didalam Al-Qur’an. Selain menjadi pedoman yang menuntun umat islam pada jalan kebenaran, Al-Hadits juga memberikan gambaran dan ganjaran bagi orang-orang yang berbuat baik ataupun orang-orang yang berbuat tercela, salah satunya adalah keutamaan orang yang berilmu.
Karna dalam makalah ini menitik pusatkan pada keutamaan orang yang berilmu maka contoh diatas diambil dari pembahasan dalam makalah ini. orang yang berilmu merupakan orang yang memiliki pengetahuan tentang perkara dan juga orang berilmu adalah orang yang memiliki kemulian di sisi Allah SWT, karna kemuliannya maka Allah SWT memfirmankan beberapa keutamaan orang berilmu kedalam Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW juga mensabdakannya ke dalam Al-Hadits, betapa mulianya orang yang berilmu.
            Makalah ini kami buat untuk mejabarkan sekaligus memperkenalkan pada para pembaca serta audient betapa pentingnya, betapa menariknya, betapa beruntungnya apabila kita menjadi salah seorang yang berilmu. Namun, tak berhenti di situ saja, makalah ini kami maksudkan untuk menjadi teguran sekaligus renungan untuk orang yang berilmu apabila menyembunyikan atau tidak menyampaikan ilmunya pada yang lain.
            Mengapa materi ini penting? Materi ini penting karna sebagai panggilan bagi para pembaca serta audient, sebagai penyemangat untuk menuntut ilmu, selain itu menjadi teguran bagi pembaca dan audient, pentingnya menyampaikan ilmu pada orang lain.

A.    Rumusan masalah
1.      bagaimana Hadits yang bisa memberi penjabaran tentang keutamaan orang yang berilmu?
2.      Apa makna dari hadits tentang keutamaan orang yang berilmu?
3.      Siapakah para perawi yang telah meriwayatkan hadits tersebut?
4.      Apa kandungan tarbawi dari hadits tersebut?

B.     Tujuan
1.      Untuk dapat memberikan pemahaman tentang keutamaan orang yang berilmu.
2.      Untuk dapat mengerti makna dari hadits tersebut.
3.      Untuk mengetahui perawi yang telah meriwayatkan sekaligus riwayat hidup atau biografi perawi hadits tersebut.
4.      Untuk mengetahui kandungan tarbawi yang terdapat dalam hadits tersebut.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hadits Tentang Keutamaan Orang Yang Berilmu
Orang yang berilmu adalah orang yang mengetahui tentang perkara-perkara yang ada,  orang yang berilmu diberikan pengetahuan oleh Allah SWT agar menjadi contoh bagi mereka yang tak berilmu. Orang yang memiliki ilmu  dijadikan baginya sebagai panutan sekaligus sebagai pembimbing bagi mereka yang jahil dan tidak berilmu, agar supaya mereka yang tidak berilmu mengetahui kebenaran yang telah Allah berikan kepada mereka yang berilmu sebagai anugrah yang akan bermanfaat bagi mereka dikala berada di dunia juga ketika mereka sudah di akhirat kelak.
Orang yang berilmu memiliki banyak kemulian, dengannyalah dunia lebih baik. Kenapa dunia ini dikatakan lebih baik? Karena sesungguhnya dunia ini merupakan tempat  yang terkutuk dan segala isinyapun terkutuk, kecuali mereka yang taat kepada Allah SWT, yang senantiasa berdzikir kepada-Nya, dan orang yang memiliki kedudukan yang sepadan dengan orang yang berdizikir dan taat ialah mereka yang berilmu atau yang biasa disebut orang alim atau pelajar.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Attirmidzy dari Abu hurairah tentang pernyataan diatas dan keutamaan orang yang berilmu, bunyi hadits tersebut seperti ini:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِى اَللهُ عَنْهُ قَا لَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ مَلْعُوْنٌ مَا فِيْهَا إِلاَّذِكْرَاللهِ تَعَا لَ وَمَا وَلَاهُ, وَعَا لِمًا وَمُتَعَلِّمًا. رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ[1]

Hadits yang telah diriwayatkan oleh Attirmidzy diatas menjelaskan bahwa di dalam dunia ini semuanya merupakan sesuatu yang terkutuk, hal yang melenakan dan juga penuh hal hal yang mendorong pada jalan kesesatan. Kecuali orang yang ingat kepada Allah SWT, yaitu orang orang yang senantiasa berdzikir, dan juga orang yang berilmu, yang mengamalkan ilmunya dijalan kebenaran.

B.     Makna  Hadits keutamaan Orang Yang berilmu Secara Lafdzi dan Ijmali
1.      Makna Lafdzi
Mendengar – listened (سَمِعَ – يَسْمِعُ –سَمْعًا)
Terkutuk – accursed (لَعَنَ – يَلْعَنُ – لَعْنًا)
Mengingat – remembered (ذَكَرَ – يَذْكُرُ – ذِكْرًا)
2.      Makna Ijmali
Abu Hurairah r.a berkata: saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Dunia ini terkutuk dan segala isinyapun terkutuk kecuali dzikrullah (ta’at pada Allah) dan yang serupa itu dan orang alim dan pelajar. (HR. Tirmidzy)[2]
Abu Hurairah r.a said: I had listened Rasulullah s.a.w utterance: “this world is damned and everything is damned except remember the God and pious people and students.”

C.    Riwayat Perawi Yang Telah Meriwayatkan Hadits Keutamaan Orang Berilmu
1.      Abu Hurairah
Abdus Syam atau yang dikenal dengan nama Abu Hurairah, lahir di Yaman pada tahun 598 M, masuk islam pada usianya yang menginjak 27 tahun, tepatnya 4 tahun sebelum Rasulullah wafat,  lalu namanya diganti  dengan nama Abdurrahman As Sahrah.
Orang-orang pada masa itu sering memanggil Abdurrahman As Sahrah dengan sebutan Abu Hurairah “bapak kucing”. Alasan orang-orang memanggil beliau demikian adalah dalam kesehariannya abu Hurairah selalu kedapatan sedang menggendong kucing atau membawa kucing kemanapun dia pergi, karena orang-orang yang sering melihat beliau kedapatan melakukan hal demikian maka Abdurrahman As Sahrah lebih di kenal dengan nama Abu Hurairah, bahkan dalam riwayat haditsnya.
 Beliau merupakan perawi hadits yang banyak meriwayatkan hadits-hadits shohih, sekitar 5300 hadits ia berikan kepada muridnya, meskipun pada kenyataannya dalam waktu 4 tahun menekuni hadits beliau telah berhasil mengumpulkan sekitar ± 100.000 hadits. Abu hurairah merupakan orang yang cakap dalam bidang politik, hal itu dibuktikan ketika masa pemerintahan Umar bin Khattab sebagai khalifah, Abu hurairah pernah menjadi seorang gubernur Bahrain. Beliau wafat pada tahun 678 M tepatnya pada saat usia beliau telah 80 tahun.
2.      Attirmidzy
Nama lengkap Attirmidzy ialah Abu Isa Muhammad bin Musa bin ad-Dahhak as-Sulami at-Tirmidzi. Beliau adalah ulama hadits ternama dan penulis beberapa kitab yang terkenal. Kakek dari Attirmidzy beraasal dari daerah mirwaz, kemudian pindah ke daerah tirmiz dan tinggal disana, di kota itulah Abu isa dilahirkan.[3] Lahir pada bulan dzulhijjah pada tahun 209 H.
Semula Attirmidzy dipanggil dengan sebutan Abu Isa, namun beberapa ulama hadits tidak menyukai panggilan tersebut, karena Isa berarti tidak memiliki ayah. Sejak kecil dia sudah senang mempelajari ilmu dan hadits. Dia pergi ke beberapa negeri seperti Hijaz, Irak, Khurasan dan lain-lain. Dalam perjalanan itu dia bertemu dengan ulama besar ahli hadits untuk memperoleh hadits, kemudian dihafal dan dicatatnya baik di tengah perjalanan maupun ketika sudah sampai di suatu tempat.
Beberapa ulama’ besar pernah menjadi guru Imam Attirmidzy seperti, Imam Bukhari yang membawa beliau melakukan takhrij dan penggalian kandungan hadits, Imam Muslim dan Abu Dawud. Beliau juga mendengar dari sebagian guru mereka, seperti Qutaibah ibn Sa’id, Muhammad ibn Basyar dan lain-lain.[4] Imam Attirmidzy merupakan salah satu ulama’ hadits yang sangat kuat hafalannya. Imam Attirmidzy mengalami kebutaan, meskipun ada yang bilang bahwa beliau buta sejak dari kecil, namun banyak spekulasi yang menyatakan bahwa beliau buta dimasa tua beliau. Beliau wafat di Tirmiz pada malam senin 13 Rajab tahun 279 H dalam usia 70 tahun.

D.    Kandungan Tarbawi Yang Terdapat Dalam Hadits Keutamaan Orang Yang Berilmu
Kandungan tarbawi yang dapat diperoleh dari hadits yang telah dijelaskan diatas adalah, pelajar atau orang alim (orang yang berilmu) merupakan orang yang disetarakan derajatnya dengan orang yang taat kepada Allah SWT, yaitu orang-orang yang berdzikir kepada-Nya.
Selain itu disebutkan dalam hadits tersebut bahwa dunia ini dan segala isinya terkutuk, maksudnya adalah tidakkah benar-benar dunia ini telah tenggelam dalam kebatilan apabila tidak ada orang yang berilmu. Karena dengan adanya merekalah siklus pendidikan akan berputar dan berjalan, tidak akan ada orang yang menuntut ilmu apabila tidak ada orang yang berilmu, dan tidak adapula orang mengajarkan suatu ilmu apabila dia tidak berilmu.
Dengan adanya siklus pendidikan seperti itulah kita menyadari bahwa orang yang berilmu sangat berpengaruh dalam kehidupan di dunia. Namun tidak serta merta berhenti disitu saja, karna dengan adanya ilmu yang kita miliki, kita harus menyadari bahwa ada hak orang lain yang harus kita perhatikan. Allah memberikan suatu ilmu kepada seseorang bukan hanya untuk kepentingan orang itu sendiri, namun untuk diajarkan pada orang lain.
Orang yang menyembunyikan ilmu terutama ilmu syari’at, diancam oleh Allah dengan laknat-Nya dan juga laknat dari makhluk-Nya sebagaimana ditegaskan dalam ayat berikut:

اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَا اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَتِ وَالْهُدَى مٍنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّهُ لِلنَّاسِ فِى الْكِتَبِ اُوْلَئِك
 يَلْعَنُهُمُ اللهُ وَ يَلْعَنُهُمُ اللَّعِنُوْنَ (159)
           
Artinya: “sungguh, orang-orang yang telah menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah kami jelaskan kepada manusia dalam kitab (Al-Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat pula oleh mereka yang melaknat.[5]
            Menurut Fakhruddin Ar-Razi, ketentuan ayat ini berlaku bagi semua yang menyembunyikan agama kendatipun ia turun dalam kasus orang Yahudi dan Nasrani yang menyembunyikan isi Taurat ketika ditanya oleh orang orang Anshar tentang sifat-sifat Nabi.
            M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa walaupun ayat inurun dalam konteks kecaman terhadap orang-orang yahudi, namun redaksinya yang bersifat umum menjadikannya kecaman bagi setiap orang yang menyembunyikan apapun yang diperintahkan agama untuk disampaikan, baik ilmu agama, ilmu pengetahuan, ataupun hak manusia.[6]
            Dalam sebuah hadits juga diriwayatkan tentang dilarangnya orang yang memiliki ilmu, menyembunyikan suatu ilmu:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِى اَللهُ عَنْهُ قَا لَ :  قَا لَ  رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُعِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ بِلِجَا مٍ مِنْ نَارٍ. رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “siapa yang ditanya tentang suatu ilmu yang ia ketahui lalu ia menyembunyikannya (tidak menjawabnya), ia akan dikekang pada hari kiamat dengan kekangan dari neraka.” (HR. Tirmidzy)
            Menurut pengarang ‘Aun Al-Ma’bud dan Tuhfah Al-Ahwazy, siapa yang ditanya tentang suatu ilmu yang dibutuhkan oleh penanyanya dalam masalah agamanya, lalu ia sembunyikan dengan cara tidak menjawab atau tidak menulis, maka Allah akan memasukkan kekangan api neraka ke dalam mulutnya karena ia telah menahan dirinya untuk bicara.[7]
Dari analisis diatas perlu diingatkan bahwa orang yang memiliki ilmu tentang syariat (guru agama Islam atau guru Al-Qur’an) tidak boleh bakhil dengan ilmu. Jangan membagikan ilmu untuk mengharapkan bayaran atau upah, namun pandanglah yang diterima itu sebagai uang muka mardhatillah. Yakinlah bahwa pahala dari Allah jauh lebih besar daripada imbalan atau upah yang diberikan oleh manusia di dunia.
           

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِى اَللهُ عَنْهُ قَا لَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ
 مَلْعُوْنٌ مَا فِيْهَا إِلاَّذِكْرَاللهِ تَعَا لَ وَمَا وَلَاهُ, وَعَا لِمًا وَمُتَعَلِّمًا. رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ

Abu Hurairah r.a berkata: saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Dunia ini terkutuk dan segala isinyapun terkutuk kecuali dzikrullah (ta’at pada Allah) dan yang serupa itu dan orang alim dan pelajar. (HR. Tirmidzy).
Diriwayatkan oleh Attirmidzy seorang perawi yang sangat ternama. Dengan nama asli Abu Isa Muhammad bin Musa bin Ad-Dahlak As-Sulami At-Tirmidzy. Lahir pada tahun 209 H - 279 H. Dari Abu Hurairah yang bernama asli Abdus Syam lalu setelah masuk Islam diganti dengan Abdurrahman As Sahrah dan yang hingga kini dikenal dengan Abu Hurairah. Lahir di yaman pada tahun 598 M – 678 M.
Kandungan dalam hadits tersebut adalah dimana semua yang ada dimuka bumi adalah terkutuk, kecuali orang Alim dan Pelajar. Pelajar dan orang yang berilmu merupakan golongan yang istimewa hingga oleh Allah disetarakan derajatnya dengan orang yang berdzikir kepada-Nya.
B.     Saran
Janganlah pelit untuk membagikan ilmu pada orang lain, sebab berbagi hal yang memberi pengetahuan itu lebih baik dari pada membagikan hal berupa materi. Dan apabila ingin berbagi ilmu hendaklah dalam keadaan ikhlas.




DAFTAR PUSTAKA
Bahreisj Salim, RIADHUS SHALIHIN. Bandung: PT Al Ma’arif, 1987.
Syuhbah Muhammad Abu, KUTUBUS SITTAH. Surabaya: Pustaka Progresif, 1999.
‘Ajaj Al-Khatib Muhammad, Ushul Al-Hadits. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013.
(QS. Al-Baqarah (2): 159)
Hasbiyallah, HADIS TARBAWI. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.
Umar Bukhari, Hadis TARBAWI. Jakarta: AMZAH, 2012.




LAMPIRAN


A.    Sampul Buku












[1]H. Salim Bahreisj, RIADHUS SHALIHIN  (Bandung: PT Al Ma’arif, 1987),hlm.317
[2] Ibid,hlm.317
[3] Dr. M. Muhammad Abu  Syuhbah, KUTUBUS SITTAH  (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999),hlm.
[4] Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013), hlm. 288
[5](QS. Al-Baqarah (2): 159)
[6] DR. H. Hasbiyallah, M. Ag, HADIS TARBAWI (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015),hlm.27
[7] Bukhari Umar, M. Ag, Hadis TARBAWI (Jakarta: AMZAH, 2012),hlm.25