Thursday 13 September 2018

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Proses Pembelajaran




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.       Deskripsi Proses Pembelajaran
Pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 5 Pamekasan pada materi energi mekanik dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang sebelumnya dan telah diperiksa oleh dosen pembimbing. Pengamatan pengelolaan pembelajaran dilakukan oleh dua orang observer yang bertugas menilai aktivitas guru dan siswa baik dikelas eksperimen dengan penggunaan model pembelajaran probing promting maupun penggunaan model active learning dikelas kontrol. Hasil penilaian observer ditulis pada lembar observasi pembelajaran yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dikelas eksperimen dan Tabel 4.2 dikelas kontrol sebagai berikut.
Tabel 4.1 Persentase Hasil Pengamatan Pembelajaran Kelas Eksperimen
No
Aspek Yang Diamati
P1
P2
Rata-rata
Persentase
Kategori
1
Pendahuluan
3.8
3.8
3.8
95
Sangat Baik
2
Kegiatan Inti
3.5
3.7
3.6
90
Sangat Baik
3
Penutup
3,5
3,7
3,6
90
Sangat Baik
4
Suasana Kelas
4
3,7
3,9
96,3
Sangat Baik
5
Pengelolaan Waktu
3
4
3.5
87,5
Baik
Rata-rata
3.67
91,75
Sangat Baik

Tabel 4.2 Persentase Hasil Pengamatan Pembelajaran Kelas Kontrol
No
Aspek Yang Diamati
P1
P2
Rata-rata
Persentase
Kategori
1
Pendahuluan
3,8
3,8
3,8
95
Sangat Baik
2
Kegiatan Inti
3.5
3.6
3.55
88,75
Baik
3
Penutup
4
4
4
100
Sangat Baik
4
Suasana Kelas
3,5
3,3
3,4
85
Baik
5
Pengelolaan Waktu
3
4
3.5
87.5
Baik
Rata-rata
3,65
91,25
Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran probing promting untuk kegiatan guru diperoleh rata-rata 91,75% yang dapat dikategorikan sangat baik. Pada tabel 4.2 keterlaksanaan pembelajaran kelas kontrol yang telah diajar dengan model active learning untuk kegiatan guru diperoleh rata-rata 91,25% yang dapat dikategorikan sangat baik. Berdasarkan persentase hasil observasi proses pembelajaran diatas menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol menunjukkan presentase yang hampir sama dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dan juga sama-sama dapat dikategorikan sangat baik.
4.2.       Analisis Pengamatan Keaktifan Siswa
Dari data hasil observasi yang telah dilakukan terhadap keaktifan siswa baik dikelas eksperimen maupun dikelas kontrol dapat dilihat dari Tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Persentase keaktifan siswa dikelas eksperimen dan kontrol
Kegiatan
Model Pembelajaran probing promting (%)
Model active learning  (%)
Menyimak
72.43
70,51
Diskusi
70.51
60.89
Menjawab pertanyaan atau pernyataan
75.64
63.46
Rata-rata
72,86
64,95
Dari data diatas nampak jelas bahwa dari ketiga aspek yang dinilai, siswa-siswi dari kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran probing promting lebih aktif dari pada kelas kontrol yang diberi perlakuan model active learning. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa dikelas eksperimen kegiatan siswa yang paling aktif terdapat pada saat siswa melakukan diskusi  dengan teman satu kelompok yakni presentase mencapai 70,51% dan disusul dengan kegiatan menjawab pertanyaan atau pernyataan yang diberikan guru sebanyak 75,64% dan yang paling rendah adalah kegiatan siswa menyimak dengan presentase 72,43%.

4.3.       Analisis uji coba instrumen
Instrumen hasil belajar yang digunakan dalam penelitian diuji terlebih dahulu pada siswa kelas uji coba yaitu pada peserta didik kelas XI MIPA2, jumlah soal adalah 14 soal pilihan ganda. Uji yang akan digunakan adalah uji validitas, uji reliablilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda. Data hasil uji coba instrumen untuk hasil belajar dapat dilihat pada Tabel  4.4
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Coba Instrumen Untuk Prestasi Belajar
Uji Coba
No Soal
Interpretasi
Jumlah Soal
Validitas

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14

Valid

14
Tingkat kesukaran
1
Mudah
1
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14
Sedang
13
Daya pembeda
1, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
Baik

11
2, 3, 6, 14
Cukup
4
Reliabilitas
0,87
4.4.  Deskripsi Data
Pada penelitian ini diperoleh dua data yaitu data pretest yang diperoleh sebelum diberikan perlakuan dan data posttes yang diperoleh di akhir penelitian. Data pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan data postes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberi perlakuan. Pengambilan data pretest dan posttest dilakukan dengan cara memberikan soal tes pilihan ganda yang sama baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
4.4.1  Data Nilai Awal (Pretest) Kelas Eksperimen
Distribusi nilai siswa kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.5 Distribusi Nilai Pretets Kelas Eksperimen
Interval Nilai
Persentase (%)
21-25
3
11,54
26-30
5
19,23
31-35
0
0
36-40
8
30,77
41-45
8
30,77
46-50
2
7,69
Jumlah
100
Rata-rata
36,65
Standar Deviasi
7,67

Data nilai pretest atau kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen tidak ada yang mencapai KKM yaitu kurang dari 75 dengan rata-rata 36,65, dengan pencapaian nilai tertinggi 50 dan nilai terendah 21 rentang nilai (R) adalah 29, banyaknya kelas interval adalah 6, panjang kelas interval adalah 5. Grafik distribusi nilai pretest siswa disajikan dalam grafik berikut.
Gambar 4.1 Grafik Persentase Pretest Kelas Eksperimen

4.4.2 Data Nilai Awal (Pretest) Kelas Kontrol
Distribusi nilai siswa kelas kontrol sebelum diberi perlakuan disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.6 Distribusi Nilai Pretest Kelas Kontrol
Interval Nilai
Persentase (%)
21-25
3
11,54
26-30
5
19,23
31-35
0
0
36-40
9
34,62
41-45
7
26,92
46-50
2
7,69
Jumlah
100
Rata-rata
36,46
Standar Deviasi
7,57

Data nilai pretest atau kemampuan awal siswa pada kelas kontrol tidak ada yang mencapai KKM yaitu kurang dari 75 dengan rata-rata 36,46, dengan pencapaian nilai tertinggi 50 dan nilai terendah 21 rentang nilai (R) adalah 29, banyak kelasnya kelas interval adalah 6, panjang kelas interval adalah 5. Grafik distribusi nilai pretest siswa disajikan dalam grafik berikut.


Gambar 4.2 Grafik Persentase Pretest Kelas Kontrol


4.4.3.  Data Akhir (Posttest) Nilai Kelas Eksperimen
Distribusi nilai siswa kelas eksperimen setelah diberi perlakuan disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.7 Distribusi Posttest Kelas Eksperimen
Nilai
Persentase (%)
64-68
1
3,85
69-73
4
15,38
74-78
0
0
79-83
7
26,92
84-88
9
34,62
89-93
5
19,23
Jumlah
26
100
Rata-rata
82,54
Standar Deviasi
7,04

Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen setelah peserta didik diajar dengan model pembelajaran probing promting mencapai nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 64 rentang nilai (R) adalah 29 dengan nilai rata-rata 82,54 dan sudah melebihi nilai KKM. Banyak kelas interval adalah 6, panjang kelas interval adalah 5. Grafik distribusi nilai posttest siswa disajikan dalam grafik berikut
Gambar 4.3 Grafik Persentase Posttest Kelas Eksperimen

4.4.4        Data Akhir (Posttest) Nilai Kelas Kontrol
Distribusi nilai siswa kelas kontrol setelah diberi perlakuan disajikan dalam tabel berikut.



Tabel 4.8 Distribusi Post Test Kelas Kontrol
Nilai
Persentase (%)
64-68
5
19,23
69-73
7
26,92
74-78
0
0
79-83
8
30,77
84-88
4
15,38
89-93
2
7,69
Jumlah
26
100
Rata-rata
76,96
Standar Deviasi
8,09

Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen setelah peserta didik diajar dengan model active learning mencapai nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 64 dengan nilai rata-rata 76,96 dan sudah melebihi KKM, rentang nilai (R) adalah 29. Banyak kelas interval adalah 6, panjang kelas interval adalah 5. Grafik distribusi nilai posttest siswa disajikan dalam grafik berikut.

Gambar 4.4 Grafik Persentase Posttest Kelas Kontrol

4.5.  Uji Analisis Data Prestasi Belajar
4.5.1        Uji Normalitas
Analisis uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel penelitian memiliki jenis distribusi data normal atau tidak. Analisis normalitas diuji dengan menggunakan Chi-Kuadrat dengan dk=k-1. Kriteria pengambilan keputusan untuk ini dengan taraf signifikansi 0,05 adalah:
Ho = distribusi normal, apabila signifikansi ≥ 0,05
H1 = tidak terdistribusi normal, apabila signifikansi <0,05
Uji normalitas data ini dilakukan terhadap data hasil belajar fisika siswa pada masing-masing perlakuan kedua kelas, yaitu pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol. Hasil perhitungan uji normalitas data pretest dan posttest keda kelompok menggunakan rumus chi kuadrat ( ) dapat dilihat pada Table 4.6
Tabel 4.9 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Prestasi Belajar
Kelompok
Data
Dk
(p=5%)
Keterangan
Eksperimen
Pretest
10,47
5
11.1
Normal
Posttest
8,91
5
11.1
Normal
Kontrol
Pretest
9,92
5
11.1
Normal
Posttest
10,86
5
11.1
Normal

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh  untuk setiap data lebih kecil dari  pada taraf signifikan 5% baik nilai pretest maupun nilai posttest baik dikelas eksperimen dan kelas kontrol yang berarti data tersebut berdistribusi normal.

4.5.2        Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan setelah kedua sampel dinyatakan berdistribusi normal. Tujuan dilakukan uji homogenitas ini adalah untuk menentukan apakah sampel berasal dari varians yang homogen, sehingga dibutuhkan varians dari kelas eksperimen dan dari varians kelas kontrol. Kriteria pengujian yang digunakan untuk taraf signifikan α = 5%, dk pembilang= ( ), dk penyebut = ( ). Jika  <  maka data tersebut homogen, dan sebaliknya jika  > , maka data tersebut tidak homogen (heterogen).
Hasil perhitungan uji homogenitas varians ini menggunakan rumus perbandingan varian terbesar dibagi dengan varian terkecil antara dua kelompok sampel dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi Belajar
Kelas
N
VARIANS
Pretest
Posttest
Eksperimen
26
61,115
51,538
Kontrol
26
59,538
68,038
Fhitung
1,026
1,320
Ftab(dk=25;25) α=5%
1,93
1,93
Syarat
Fhit < Ftab
Fhit < Ftab
Status Varian
Homogen
Homogen

Berdasarkan Tabel 4.10 dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa varians data kedua kelas adalah homogen. Uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua kelompok menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametris.


4.5.3        Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat adanya perbedaan prestasi belajar dilihat dari kemampuan kognitif siswa antara kelas dengan menggunakan model pembelajaran probing promting dengan kelas dengan menggunakan model active learning. Data yang akan diuji hipotesisnya adalah nilai rata-rata tes awal siswa (pretest) untuk mengetahui bahwa ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa ditinjau dari ranah kognitif sebelum diberikan perlakuan dan hasil tes akhir siswa (posttest) untuk mengetahui bahwa ada atau tidaknya perbedaa prestasi belajar siswa ditinjau dari ranah kognitif setelah diberikan perlakuan.
Uji hipotesis nilai rata-rata siswa dilakukan dengan menggunakan uji-t untuk dua sampel bebas (independent sample t test), jika hasilnya menunjukkan    >    ditolak dan  diterima dan apabila  <  maka  diterima dan  ditolak. Hasil pengujian dengan analisis uji-t dua sampel bebas disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.11 Uji-t dua sampel bebas (independent sample t test)
Hasil
Kelas
n
Rata -rata
Varian
t-hitung
t-tabel  (dk=50) taraf signifikansi 5%
Kesimpulan

Pretest
Eksperimen
26
36,65
61,1154

0,126
2.008
Tidak Terdapat Perbedaan
Kontrol
26
36,46
59,5385


Posttest
Eksperimen
26
82,54
51,53846
2,601
2.008
Terdapat Perbedaan
Kontrol
26
76,96
68,03846

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa data nilai  pretest lebih kecil dari pada , hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar sebelum diberi perlakuan tidak berbeda secara signifikan  ditolak  diterima.
Prestasi belajar kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran probing promting lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran dengan model active learning. Berdasarkan uji-t diperoleh hasil  adalah 2,601 sedangkan besar untuk taraf 0.05 adalah  2,008. Karena  >  maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran probing promting terhadap prestasi belajar siswa pada ranah kognitif dibandingkan dengan model active learning.

4.5.4        Uji N-gain
Data-data yang telah diperoleh sebelumnya, kemudian digunakan untuk mengetahui besar peningkatan kemampuan  kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran dilakukan perhitungan N-gain dari nilai pretest –posttest, sehingga akan terlihat perbedaan pencapaian hasil belajar oleh siswa. Peningkatan pencapaian prestasi belajar fisika siswa dari nilai rata-rata pretest, posttest dan N-gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen ditunjukan pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Uji N-gain
Kelas
Data
Kategori N-gain
Rata-rata pretest
Rata-rata posttest
Rata-rata
N-gain
Persentase N-gain
Eksperimen
36,65
82,54
0,81
81 %
Tinggi
Kontrol
36,46
76,96
0,72
72 %
Tinggi

Dari Tabel 4.12 dapat dilihat hasil persentase normalisasi gain pada kelas eksperimen dengan mengunakan model pembelajaran probing promting sebesar 81%, sedangkan dikelas kontrol yang menggunakan model active learning sebasar 72%.

4.6      Pembahasan
Penelitian ini berjudul studi perbandingan antara model pembelajaran probing promting dikelas eksperimen dan model active learning dikelas kontrol terhadap keaktifan dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment yang dilakukan di SMA Negeri 5 Pamekasan dengan sampel kelas X MIPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas  X MIPA 4 sebagai kelas kontrol. Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran yang telah terlaksana sesuai dengan RPP pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 3.67 termasuk kategori baik. tetapi terdapat beberapa tahapan yang masih kurang maksimal, seperti kegiatan tanya jawab yang bersifat probing maupun bersifat promting pada kegiatan inti. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa masih merasa malu untuk menjawab, terdapat pula beberapa siswa yang cukup lama dalam menjawab pertanyaan sehingga harus diberikan pertanyaan yang bersifat menuntun terlebih dahulu agar pertanyaan sebelumnya dapat terjawab, sehingga selain tidak semua siswa mendapatkan pertanyaan, pengelolaan waktu juga menjadi kurang baik.
Sedangkan pada kelas kontrol, hasil pengamatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan RPP memperoleh nilai rata-rata sebesar 3.65 dan termasuk kategori baik. Beberapa tahapan yang kurang maksimal dalam kelas kontrol seperti pada tahap kegiatan inti. Hal ini yang disebabkan karena siswa yang cukup lama dalam berdiskusi dengan kelompok masing-masing untuk menjawab kartu pernyataan yang telah diberikan, juga pada waktu salah satu perwakilan kelompok maju kedepan untuk membacakan hasil mereka, jawaban peserta lain bervariasi yang kemudian timbul diskusi antar kelompok yang berakib\at cukup memakan waktu.
Keaktifan siswa dikelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki perbedaan, baik dalam kegiatan menyimak penjelasan dari guru, diskusi sesama kelompok, dan juga pada saat menjawab pertanyaan baik pertanyaan yang diajukan oleh guru pada kelas eksperimen maupun pertanyaan yang terdapat dilembar pernyataan pada kelas kontrol. Rata-rata keaktifan dari ketiga aspek tersebut pada kelas eksperimen 75,11 dan 64,76.
Sebelum melakukan penelitian, kemampuan awal kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol perlu diketahui apakah sama atau tidak. Oleh karena itu peneliti memberikan soal pretest sebelum diberikan perlakuan. Untuk nilai rata-rata kemampuan awal kelas eksperimen diketahui nilai pretest sebesar 36,65 dengan standar deviasi 7,67, sedangkan kelas kontrol 36,46dengan standar deviasi sebesar 7,57. Dari hasil analisis uji normalitas data pretest kelas eksperimen diperoleh     = 10,47 dan kelas kontrol diperoleh  = 9,92,   sedangkan = 11.1, hal ini menunjukkan bahwa    <  data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Dengan uji homogenitas, diperoleh sebesar 1,03, sedangkan  untuk 5% adalah 1,93 sehingga  < , yang berarti bahwa kedua kelompok memiliki varians data yang sama. Berdasarkan uraian diatas, kedua sampel mempunyai data yang homogen dan berdistribusi normal.
Tahap selanjutnya, kelas eksperimen mendapat perlakuan model pembelajaran probing promting. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan model probing promting yaitu pada tahap awal adalah penyampaian tujuan dan memotivasi siswa, kemudian menyampaikan informasi yang dikemas dengan menampilkan slide yang berkaitan dengan materi energi mekanik. Dengan data nilai prettest siswa, guru membentuk kelompok secara heterogen menjadi 6 kelompok dengan jumlah siswa tiap kelompok ada yang 4 sampai 5 siswa. Kemudian guru membagikan lembar diskusi siswa untuk mereka diskusikan. Selanjutnya guru membimbing kelompok bekerja dan belajar yang dikemas dengan kegiatan tanya jawab yang bersifat probing dan promting yang secara acak guru menunjuk siswa secara bergantian. karena waktu sudah tidak memungkinkan untuk melakukan evaluasi berupa posttest maka guru hanya mengevaluasi siswa secara lisan dan tes dilakukan pada pertemuan selanjutnya. Guru mengumumkan kelompok yang terbaik.
Pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan model active learning. Tahapan pelaksanaan pembelajaran hampir sama dengan kelas eksperimen, hanya saja pada kegiatan inti tahapan setelah siswa dibentuk kelompok, setiap kelompok diberikan kartu pernyataan yang harus dipilih apakah pernyataan tersebut benar atau salah yang harus disertai dengan alasan mengapa memilih benar ataupun salah. Kemudian guru menunjuk perwakilan satu kelompok untuk membacakan hasilnya didepan kelas, sementara kelompok lain menanggapinya jika terdapat jawaban yang berbeda atau memiliki alasan lain.
Tes diberikan pada kedua kelas dengan soal yang sama seperti tes sebelum diberikan perlakuan yakni soal pilihan ganda sebanyak 14 soal. Berdasarkan tes (posttest) yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen adalah 82,54 dengan standar deviasi sebesar 7,04, sedangkan nilai rata-rata untuk kelas kontrol adalah 78,96 dengan standar deviasi sebesar 8,09. Dari data yang telah diperoleh dilakukan analisis uji normalitas yang kemudian diperoleh     = 8,34 dan kelas kontrol diperoleh  = 10.44  sedangkan = 11.1 ini menunjukkan bahwa diperoleh    <  baik data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Dengan uji homogenitas, diperoleh   < , yang berarti bahwa kedua kelompok memiliki varians data yang sama.
Kemudian dilakukan uji-t untuk dua sampel bebas (independent sample t test) yang diperoleh hasil = 2,601 sedangkan besar untuk taraf 0.05 adalah  2,008. Karena  >  maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan antara model pembelajaran probing promting terhadap prestasi belajar siswa pada ranah kognitif dibandingkan dengan model active learning. Nilai pretest dan posttest siswa hanya memiliki perbedaan sebesar 0,593.  Perbedaan tersebut tidak terlalu besar karena dilihat dari hasil pretest dan posttest siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak terlalu jauh berbeda.
Hasil ini selaras dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru antara kelas yang menggunakan model probing promting  dengan kelas yang menggunakan model active learning, seperti pada kegiatan diskusi. Pada kegiatan diskusi siswa dikelas eksperimen diberikan lembar kerja diskusi untuk didiskusikan dengan teman sekelompoknya, kemudian siswa satu persatu diberikan pertanyaan yang bersifat probing promting secara acak untuk melatih daya ingat, pemahaman, dan penalaran siswa tentang materi yang dipelajari. Sedangkan pada kelas kontrol setelah siswa diberikan lembar pernyataan, setelah itu salah satu perwakilan kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas, jika terdapat perbedaan pendapat antar kelompok maka dilanjutkan dengan berdiskusi dengan guru sebagai fasilitator. Disamping itu, dengan menerapkan model pembelajaran probing promting dapat melatih siswa untuk lebih percara diri dalam mengemukakan pendapatnya sesui dengan materi.  Hasil analisis ini diperkuat dari hasil penelitian Jatmiko (2017) bahwa model pembelajaran probing promting lebih berpengaruh positif terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan model pembelajaran SQ4R. Selain karena pelaksanaannya yang berlangsung dengan baik, penggunaan model pembelajaran probing promtng dapat membuat siswa menjadi lebih antusias dalam proses pembelajaran, serta membuat siswa ikut aktif dalam proses diskusi.
Kemudian dilakukan uji normalisasi gain yang kemudian diperoleh hasil hasil persentase pada kelas eksperimen dengan mengunakan model pembelajaran probing promting sebesar 81%, sedangkan dikelas kontrol yang menggunakan model active learning sebasar 72%. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif dengan menggunakan model pembelajaran probing promting lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model active learning. Hasil ini sesuai dengan tingkat antusias dari siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dari pada di kelas kontrol yang mengakibatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi menjadi meningkat, sehingga menyebabkan nilai posttest siswa juga meningkat.