BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Proses Pembelajaran
Pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 5 Pamekasan
pada materi energi mekanik dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang sebelumnya dan telah diperiksa oleh
dosen pembimbing. Pengamatan pengelolaan pembelajaran dilakukan oleh dua orang observer yang bertugas menilai aktivitas
guru dan siswa baik dikelas eksperimen dengan penggunaan model pembelajaran probing
promting maupun penggunaan model active
learning dikelas kontrol. Hasil penilaian observer ditulis pada lembar observasi
pembelajaran yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dikelas eksperimen dan Tabel 4.2
dikelas kontrol sebagai berikut.
Tabel 4.1 Persentase Hasil Pengamatan Pembelajaran Kelas
Eksperimen
No
|
Aspek Yang Diamati
|
P1
|
P2
|
Rata-rata
|
Persentase
|
Kategori
|
1
|
Pendahuluan
|
3.8
|
3.8
|
3.8
|
95
|
Sangat Baik
|
2
|
Kegiatan Inti
|
3.5
|
3.7
|
3.6
|
90
|
Sangat Baik
|
3
|
Penutup
|
3,5
|
3,7
|
3,6
|
90
|
Sangat Baik
|
4
|
Suasana Kelas
|
4
|
3,7
|
3,9
|
96,3
|
Sangat Baik
|
5
|
Pengelolaan Waktu
|
3
|
4
|
3.5
|
87,5
|
Baik
|
Rata-rata
|
3.67
|
91,75
|
Sangat Baik
|
Tabel 4.2 Persentase Hasil Pengamatan Pembelajaran Kelas
Kontrol
No
|
Aspek Yang Diamati
|
P1
|
P2
|
Rata-rata
|
Persentase
|
Kategori
|
1
|
Pendahuluan
|
3,8
|
3,8
|
3,8
|
95
|
Sangat Baik
|
2
|
Kegiatan
Inti
|
3.5
|
3.6
|
3.55
|
88,75
|
Baik
|
3
|
Penutup
|
4
|
4
|
4
|
100
|
Sangat Baik
|
4
|
Suasana Kelas
|
3,5
|
3,3
|
3,4
|
85
|
Baik
|
5
|
Pengelolaan Waktu
|
3
|
4
|
3.5
|
87.5
|
Baik
|
Rata-rata
|
3,65
|
91,25
|
Sangat Baik
|
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa keterlaksanaan pembelajaran pada
kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran probing promting untuk kegiatan guru diperoleh rata-rata
91,75% yang dapat dikategorikan sangat baik. Pada tabel 4.2 keterlaksanaan
pembelajaran kelas kontrol yang telah diajar dengan model active
learning untuk kegiatan guru diperoleh rata-rata 91,25% yang dapat dikategorikan
sangat baik. Berdasarkan persentase hasil observasi proses
pembelajaran diatas menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol menunjukkan presentase yang hampir sama dalam melaksanakan
proses kegiatan belajar mengajar dan juga sama-sama dapat dikategorikan sangat
baik.
4.2.
Analisis Pengamatan Keaktifan Siswa
Dari data hasil observasi yang telah
dilakukan terhadap keaktifan siswa baik dikelas eksperimen maupun dikelas
kontrol dapat dilihat dari Tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Persentase keaktifan siswa dikelas
eksperimen dan kontrol
Kegiatan
|
Model
Pembelajaran probing promting (%)
|
Model
active learning (%)
|
Menyimak
|
72.43
|
70,51
|
Diskusi
|
70.51
|
60.89
|
Menjawab
pertanyaan atau pernyataan
|
75.64
|
63.46
|
Rata-rata
|
72,86
|
64,95
|
Dari data diatas nampak jelas bahwa dari
ketiga aspek yang dinilai, siswa-siswi dari kelas eksperimen yang diberi
perlakuan dengan model pembelajaran probing
promting lebih aktif
dari pada kelas kontrol yang diberi perlakuan model active learning.
Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa dikelas eksperimen kegiatan siswa
yang paling aktif terdapat pada saat siswa melakukan diskusi dengan teman satu kelompok yakni presentase
mencapai 70,51% dan disusul dengan kegiatan menjawab pertanyaan atau pernyataan
yang diberikan guru sebanyak 75,64% dan yang paling rendah adalah kegiatan
siswa menyimak dengan presentase 72,43%.
4.3.
Analisis uji coba instrumen
Instrumen hasil belajar yang digunakan dalam penelitian diuji
terlebih dahulu pada siswa kelas uji coba yaitu pada peserta didik kelas XI
MIPA2, jumlah soal adalah 14 soal pilihan ganda. Uji yang akan digunakan adalah
uji validitas, uji reliablilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda. Data
hasil uji coba instrumen untuk hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel
4.4 Data Hasil Uji Coba Instrumen Untuk Prestasi Belajar
Uji Coba
|
No Soal
|
Interpretasi
|
Jumlah Soal
|
Validitas
|
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14
|
Valid
|
14
|
Tingkat kesukaran
|
1
|
Mudah
|
1
|
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14
|
Sedang
|
13
|
|
Daya pembeda
|
1, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
|
Baik
|
11
|
2, 3, 6, 14
|
Cukup
|
4
|
|
Reliabilitas
|
0,87
|
4.4. Deskripsi Data
Pada penelitian ini diperoleh dua data yaitu data pretest yang diperoleh sebelum diberikan
perlakuan dan data posttes yang
diperoleh di akhir penelitian. Data pretest
digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan data postes digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa setelah diberi perlakuan. Pengambilan data pretest dan posttest dilakukan dengan cara memberikan soal tes pilihan ganda
yang sama baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
4.4.1 Data Nilai Awal (Pretest) Kelas Eksperimen
Distribusi nilai siswa kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.5
Distribusi Nilai Pretets Kelas
Eksperimen
Interval Nilai
|
|
Persentase (%)
|
21-25
|
3
|
11,54
|
26-30
|
5
|
19,23
|
31-35
|
0
|
0
|
36-40
|
8
|
30,77
|
41-45
|
8
|
30,77
|
46-50
|
2
|
7,69
|
Jumlah
|
|
100
|
Rata-rata
|
36,65
|
|
Standar
Deviasi
|
7,67
|
Data nilai pretest atau
kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen tidak ada yang mencapai KKM yaitu
kurang dari 75 dengan rata-rata 36,65, dengan pencapaian nilai tertinggi 50 dan
nilai terendah 21 rentang nilai (R) adalah 29, banyaknya kelas interval adalah
6, panjang kelas interval adalah 5. Grafik distribusi nilai pretest siswa
disajikan dalam grafik berikut.
Gambar 4.1 Grafik Persentase Pretest Kelas Eksperimen
4.4.2 Data Nilai Awal (Pretest)
Kelas Kontrol
Distribusi nilai siswa kelas kontrol sebelum diberi perlakuan
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel
4.6 Distribusi Nilai Pretest
Kelas Kontrol
Interval
Nilai
|
|
Persentase
(%)
|
21-25
|
3
|
11,54
|
26-30
|
5
|
19,23
|
31-35
|
0
|
0
|
36-40
|
9
|
34,62
|
41-45
|
7
|
26,92
|
46-50
|
2
|
7,69
|
Jumlah
|
|
100
|
Rata-rata
|
36,46
|
|
Standar
Deviasi
|
7,57
|
Data nilai pretest atau
kemampuan awal siswa pada kelas kontrol tidak ada yang mencapai KKM yaitu
kurang dari 75 dengan rata-rata 36,46, dengan pencapaian nilai tertinggi 50 dan
nilai terendah 21 rentang nilai (R) adalah 29, banyak kelasnya kelas interval
adalah 6, panjang kelas interval adalah 5. Grafik distribusi nilai pretest siswa
disajikan dalam grafik berikut.
Gambar 4.2 Grafik Persentase Pretest Kelas Kontrol
4.4.3. Data Akhir (Posttest) Nilai Kelas Eksperimen
Distribusi nilai siswa kelas eksperimen setelah diberi perlakuan
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel
4.7 Distribusi Posttest
Kelas Eksperimen
Nilai
|
|
Persentase
(%)
|
64-68
|
1
|
3,85
|
69-73
|
4
|
15,38
|
74-78
|
0
|
0
|
79-83
|
7
|
26,92
|
84-88
|
9
|
34,62
|
89-93
|
5
|
19,23
|
Jumlah
|
26
|
100
|
Rata-rata
|
82,54
|
|
Standar
Deviasi
|
7,04
|
Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen setelah peserta
didik diajar dengan model pembelajaran probing
promting mencapai
nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 64 rentang nilai (R) adalah 29 dengan
nilai rata-rata 82,54 dan sudah melebihi nilai KKM. Banyak kelas interval
adalah 6, panjang kelas interval adalah 5. Grafik distribusi nilai posttest siswa
disajikan dalam grafik berikut
Gambar 4.3 Grafik Persentase Posttest Kelas Eksperimen
4.4.4
Data Akhir (Posttest) Nilai Kelas Kontrol
Distribusi nilai siswa kelas kontrol setelah diberi perlakuan
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.8 Distribusi Post Test Kelas Kontrol
Nilai
|
|
Persentase
(%)
|
64-68
|
5
|
19,23
|
69-73
|
7
|
26,92
|
74-78
|
0
|
0
|
79-83
|
8
|
30,77
|
84-88
|
4
|
15,38
|
89-93
|
2
|
7,69
|
Jumlah
|
26
|
100
|
Rata-rata
|
76,96
|
|
Standar
Deviasi
|
8,09
|
Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen setelah peserta
didik diajar dengan model active learning mencapai nilai tertinggi 93
dan nilai terendah 64 dengan nilai rata-rata 76,96 dan sudah melebihi KKM, rentang
nilai (R) adalah 29. Banyak kelas interval adalah 6, panjang kelas interval
adalah 5. Grafik distribusi nilai posttest siswa disajikan dalam grafik
berikut.
Gambar 4.4 Grafik Persentase Posttest Kelas Kontrol
4.5. Uji Analisis Data Prestasi Belajar
4.5.1
Uji Normalitas
Analisis uji normalitas ini bertujuan untuk
mengetahui apakah data sampel penelitian memiliki jenis distribusi data
normal atau tidak. Analisis normalitas diuji dengan menggunakan Chi-Kuadrat dengan dk=k-1. Kriteria
pengambilan keputusan untuk ini dengan taraf signifikansi 0,05 adalah:
Ho = distribusi normal, apabila signifikansi ≥ 0,05
H1 = tidak terdistribusi normal, apabila
signifikansi <0,05
Uji normalitas data ini dilakukan terhadap data hasil belajar fisika
siswa pada masing-masing perlakuan kedua kelas, yaitu pada kelas eksperimen dan
pada kelas kontrol. Hasil perhitungan uji normalitas data pretest dan posttest keda
kelompok menggunakan rumus chi kuadrat (
) dapat dilihat pada Table 4.6
Tabel 4.9 Hasil
Penghitungan Uji Normalitas Prestasi Belajar
Kelompok
|
Data
|
|
Dk
|
(p=5%)
|
Keterangan
|
Eksperimen
|
Pretest
|
10,47
|
5
|
11.1
|
Normal
|
Posttest
|
8,91
|
5
|
11.1
|
Normal
|
|
Kontrol
|
Pretest
|
9,92
|
5
|
11.1
|
Normal
|
Posttest
|
10,86
|
5
|
11.1
|
Normal
|
Berdasarkan hasil analisis tersebut
diperoleh
untuk setiap data lebih kecil dari
pada taraf signifikan 5% baik nilai pretest
maupun nilai posttest baik dikelas eksperimen dan kelas kontrol yang
berarti data tersebut berdistribusi normal.
4.5.2
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan setelah kedua sampel dinyatakan
berdistribusi normal. Tujuan dilakukan uji homogenitas ini adalah untuk
menentukan apakah sampel berasal dari varians yang homogen, sehingga dibutuhkan
varians dari kelas eksperimen dan dari varians kelas kontrol. Kriteria
pengujian yang digunakan untuk taraf signifikan α = 5%, dk pembilang= (
), dk penyebut
= (
). Jika
<
maka data tersebut homogen, dan sebaliknya
jika
>
, maka data
tersebut tidak homogen (heterogen).
Hasil perhitungan uji homogenitas varians ini menggunakan rumus
perbandingan varian terbesar dibagi dengan varian terkecil antara dua kelompok
sampel dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel
4.10 Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi Belajar
Kelas
|
N
|
VARIANS
|
|
Pretest
|
Posttest
|
||
Eksperimen
|
26
|
61,115
|
51,538
|
Kontrol
|
26
|
59,538
|
68,038
|
Fhitung
|
1,026
|
1,320
|
|
Ftab(dk=25;25) α=5%
|
1,93
|
1,93
|
|
Syarat
|
Fhit < Ftab
|
Fhit < Ftab
|
|
Status Varian
|
Homogen
|
Homogen
|
Berdasarkan Tabel 4.10 dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan
bahwa varians data kedua kelas adalah homogen. Uji normalitas dan uji
homogenitas pada kedua kelompok menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi
normal dan homogen, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametris.
4.5.3
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat adanya perbedaan prestasi
belajar dilihat dari kemampuan kognitif siswa antara kelas dengan menggunakan
model pembelajaran probing promting dengan kelas dengan menggunakan
model active learning. Data yang akan diuji hipotesisnya adalah nilai
rata-rata tes awal siswa (pretest) untuk mengetahui bahwa ada atau
tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa ditinjau dari ranah kognitif sebelum
diberikan perlakuan dan hasil tes akhir siswa (posttest) untuk mengetahui bahwa ada atau tidaknya perbedaa
prestasi belajar siswa ditinjau dari ranah kognitif setelah diberikan perlakuan.
Uji hipotesis nilai rata-rata siswa dilakukan dengan menggunakan
uji-t untuk dua sampel bebas (independent sample t test), jika
hasilnya menunjukkan
>
ditolak dan
diterima dan apabila
<
maka
diterima dan
ditolak. Hasil pengujian dengan analisis uji-t
dua sampel bebas disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.11 Uji-t dua sampel bebas (independent sample t test)
Hasil
|
Kelas
|
n
|
Rata -rata
|
Varian
|
t-hitung
|
t-tabel
(dk=50) taraf signifikansi 5%
|
Kesimpulan
|
Pretest
|
Eksperimen
|
26
|
36,65
|
61,1154
|
0,126
|
2.008
|
Tidak Terdapat Perbedaan
|
Kontrol
|
26
|
36,46
|
59,5385
|
||||
Posttest
|
Eksperimen
|
26
|
82,54
|
51,53846
|
2,601
|
2.008
|
Terdapat Perbedaan
|
Kontrol
|
26
|
76,96
|
68,03846
|
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa data nilai
pretest
lebih kecil dari pada
, hal ini
menunjukkan bahwa prestasi belajar sebelum diberi perlakuan tidak berbeda
secara signifikan
ditolak
diterima.
Prestasi belajar kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran probing promting lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran dengan model active learning.
Berdasarkan uji-t diperoleh hasil
adalah 2,601 sedangkan besar
untuk taraf
0.05 adalah 2,008. Karena
>
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1
diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara model
pembelajaran probing promting terhadap prestasi belajar siswa pada ranah
kognitif dibandingkan dengan model active learning.
4.5.4
Uji N-gain
Data-data yang telah diperoleh sebelumnya, kemudian digunakan untuk
mengetahui besar peningkatan kemampuan
kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran dilakukan perhitungan
N-gain dari nilai pretest –posttest,
sehingga akan terlihat perbedaan pencapaian hasil belajar oleh siswa.
Peningkatan pencapaian prestasi belajar fisika siswa dari nilai rata-rata pretest, posttest dan N-gain pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen ditunjukan pada Tabel 4.12
Tabel
4.12 Uji N-gain
Kelas
|
Data
|
Kategori N-gain
|
|||
Rata-rata pretest
|
Rata-rata posttest
|
Rata-rata
N-gain
|
Persentase N-gain
|
||
Eksperimen
|
36,65
|
82,54
|
0,81
|
81 %
|
Tinggi
|
Kontrol
|
36,46
|
76,96
|
0,72
|
72 %
|
Tinggi
|
Dari Tabel 4.12 dapat dilihat hasil persentase normalisasi gain
pada kelas eksperimen dengan mengunakan model pembelajaran probing promting sebesar
81%, sedangkan dikelas kontrol yang menggunakan model active learning
sebasar 72%.
4.6
Pembahasan
Penelitian ini berjudul studi perbandingan antara model
pembelajaran probing promting dikelas eksperimen dan model active
learning dikelas kontrol terhadap keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment yang dilakukan di
SMA Negeri 5 Pamekasan dengan sampel kelas X MIPA 3 sebagai kelas eksperimen
dan kelas X MIPA 4 sebagai kelas
kontrol. Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran yang telah terlaksana sesuai
dengan RPP pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 3.67 termasuk kategori
baik. tetapi terdapat beberapa tahapan yang masih kurang maksimal, seperti
kegiatan tanya jawab yang bersifat probing maupun bersifat promting
pada kegiatan inti. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa masih merasa malu
untuk menjawab, terdapat pula beberapa siswa yang cukup lama dalam menjawab
pertanyaan sehingga harus diberikan pertanyaan yang bersifat menuntun terlebih
dahulu agar pertanyaan sebelumnya dapat terjawab, sehingga selain tidak semua
siswa mendapatkan pertanyaan, pengelolaan waktu juga menjadi kurang baik.
Sedangkan pada kelas kontrol, hasil pengamatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan sesuai dengan RPP memperoleh nilai rata-rata sebesar 3.65
dan termasuk kategori baik. Beberapa tahapan yang kurang maksimal dalam kelas
kontrol seperti pada tahap kegiatan inti. Hal ini yang disebabkan karena siswa
yang cukup lama dalam berdiskusi dengan kelompok masing-masing untuk menjawab
kartu pernyataan yang telah diberikan, juga pada waktu salah satu perwakilan
kelompok maju kedepan untuk membacakan hasil mereka, jawaban peserta lain
bervariasi yang kemudian timbul diskusi antar kelompok yang berakib\at cukup
memakan waktu.
Keaktifan siswa dikelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki
perbedaan, baik dalam kegiatan menyimak penjelasan dari guru, diskusi sesama
kelompok, dan juga pada saat menjawab pertanyaan baik pertanyaan yang diajukan
oleh guru pada kelas eksperimen maupun pertanyaan yang terdapat dilembar
pernyataan pada kelas kontrol. Rata-rata keaktifan dari ketiga aspek tersebut
pada kelas eksperimen 75,11 dan 64,76.
Sebelum melakukan penelitian, kemampuan awal kedua kelas baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol perlu diketahui apakah sama atau tidak. Oleh
karena itu peneliti memberikan soal pretest
sebelum diberikan perlakuan. Untuk nilai rata-rata kemampuan awal kelas
eksperimen diketahui nilai pretest
sebesar 36,65 dengan standar deviasi 7,67, sedangkan kelas kontrol 36,46dengan
standar deviasi sebesar 7,57. Dari
hasil analisis uji normalitas data pretest
kelas eksperimen diperoleh
= 10,47 dan kelas kontrol diperoleh
= 9,92,
sedangkan
= 11.1, hal ini
menunjukkan bahwa
<
data pretest
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Dengan uji homogenitas, diperoleh
sebesar 1,03,
sedangkan
untuk 5% adalah 1,93 sehingga
<
, yang berarti
bahwa kedua kelompok memiliki varians data yang sama. Berdasarkan uraian diatas, kedua sampel mempunyai data yang homogen dan
berdistribusi normal.
Tahap selanjutnya, kelas eksperimen mendapat perlakuan model pembelajaran
probing promting. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan model probing
promting yaitu pada tahap awal adalah penyampaian tujuan dan memotivasi
siswa, kemudian menyampaikan informasi yang dikemas dengan menampilkan slide
yang berkaitan dengan materi energi mekanik. Dengan data nilai prettest
siswa, guru membentuk kelompok secara heterogen menjadi 6 kelompok dengan
jumlah siswa tiap kelompok ada yang 4 sampai 5 siswa. Kemudian guru membagikan
lembar diskusi siswa untuk mereka diskusikan. Selanjutnya guru membimbing
kelompok bekerja dan belajar yang dikemas dengan kegiatan tanya jawab yang
bersifat probing dan promting yang secara acak guru menunjuk
siswa secara bergantian. karena waktu sudah tidak memungkinkan untuk
melakukan evaluasi berupa posttest maka guru hanya mengevaluasi siswa
secara lisan dan tes dilakukan pada pertemuan selanjutnya. Guru mengumumkan
kelompok yang terbaik.
Pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan model active
learning. Tahapan pelaksanaan pembelajaran hampir sama dengan kelas
eksperimen, hanya saja pada kegiatan inti tahapan setelah siswa dibentuk
kelompok, setiap kelompok diberikan kartu pernyataan yang harus dipilih apakah
pernyataan tersebut benar atau salah yang harus disertai dengan alasan mengapa
memilih benar ataupun salah. Kemudian guru menunjuk perwakilan satu kelompok
untuk membacakan hasilnya didepan kelas, sementara kelompok lain menanggapinya
jika terdapat jawaban yang berbeda atau memiliki alasan lain.
Tes diberikan pada kedua kelas dengan soal yang sama seperti tes
sebelum diberikan perlakuan yakni soal pilihan ganda sebanyak 14 soal. Berdasarkan
tes (posttest) yang telah dilakukan
diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen adalah 82,54 dengan standar
deviasi sebesar 7,04, sedangkan nilai rata-rata untuk kelas kontrol adalah 78,96
dengan standar deviasi sebesar 8,09. Dari data yang telah diperoleh dilakukan analisis
uji normalitas yang kemudian diperoleh
= 8,34 dan kelas kontrol diperoleh
= 10.44
sedangkan
= 11.1 ini
menunjukkan bahwa diperoleh
<
baik data posttest
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Dengan uji homogenitas, diperoleh
<
, yang berarti
bahwa kedua kelompok memiliki varians data yang sama.
Kemudian dilakukan uji-t untuk dua sampel bebas (independent
sample t test) yang diperoleh hasil
= 2,601
sedangkan besar
untuk taraf
0.05 adalah 2,008. Karena
>
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1
diterima yang berarti terdapat perbedaan antara model pembelajaran probing
promting terhadap prestasi belajar siswa pada ranah kognitif dibandingkan
dengan model active learning. Nilai pretest dan posttest
siswa hanya memiliki perbedaan sebesar 0,593. Perbedaan tersebut tidak terlalu besar karena
dilihat dari hasil pretest dan posttest siswa antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol tidak terlalu jauh berbeda.
Hasil ini selaras dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru antara kelas yang menggunakan model probing promting dengan kelas yang menggunakan model active
learning, seperti pada kegiatan diskusi. Pada kegiatan diskusi siswa
dikelas eksperimen diberikan lembar kerja diskusi untuk didiskusikan dengan
teman sekelompoknya, kemudian siswa satu persatu diberikan pertanyaan yang
bersifat probing promting secara acak untuk melatih daya ingat,
pemahaman, dan penalaran siswa tentang materi yang dipelajari. Sedangkan pada
kelas kontrol setelah siswa diberikan lembar pernyataan, setelah itu salah satu
perwakilan kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas, jika terdapat
perbedaan pendapat antar kelompok maka dilanjutkan dengan berdiskusi dengan
guru sebagai fasilitator. Disamping itu, dengan menerapkan model pembelajaran probing
promting dapat melatih siswa untuk lebih percara diri dalam mengemukakan
pendapatnya sesui dengan materi. Hasil analisis ini diperkuat dari
hasil penelitian Jatmiko (2017) bahwa model pembelajaran probing promting lebih
berpengaruh positif terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan model
pembelajaran SQ4R. Selain karena pelaksanaannya yang berlangsung dengan baik,
penggunaan model pembelajaran probing promtng dapat membuat siswa
menjadi lebih antusias dalam proses pembelajaran, serta membuat siswa ikut aktif
dalam proses diskusi.
Kemudian dilakukan uji normalisasi gain yang kemudian diperoleh
hasil hasil persentase pada kelas eksperimen dengan mengunakan model
pembelajaran probing promting sebesar 81%, sedangkan dikelas kontrol
yang menggunakan model active learning sebasar 72%. Dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar siswa dalam ranah kognitif dengan menggunakan model pembelajaran probing promting lebih baik dibandingkan
dengan menggunakan model active learning. Hasil ini sesuai dengan
tingkat antusias dari siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dari pada di kelas
kontrol yang mengakibatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi menjadi
meningkat, sehingga menyebabkan nilai posttest siswa juga meningkat.