KELOMPOK
2
1)
Rifaldy Taufikurrahman NIM. 20170701071092
2)
Fathor Rahman NIM. 20170701071027
3)
Nurul Fajariyah NIM.
20170701072082
KARAKTERISTIK DAN
PERBEDAAN INDIVIDU
A.
Individu dan Karakteristiknya
1.
Pengertian Individu
Istilah individu berasal dari kata “individera” yang berarti suatu
kesatuan organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa
dipisahkan. Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang
atau perseorangan (Echols,1975: 519). Setiap orang, apakah ia seorang anak atau
orang dewasa, dan apakah ia berada dialam suatu kelompok atau seorang diri, ia
disebut individu. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang
perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan
dengan orang perseorangan.
Dalam rentang kehidupan manusia sejak adanya konsepsi kehidupan,
manusia merupakan kesatuan psikofisis (jasmani dan rohani) yang khas (unik) dan
akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini telah jelas bahwa
seorang individu tidak dilahirkan dengan perlengkapan yang sudah sempurna.
Dengan sendirinya pola-pola seperti berjalan, berbicara, merasakan, berfikir,
atau pembentukan pengalaman harus dipelajari.
2.
Karakteristik Individu
Secara etimologis,
istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic,
yang artinya mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari
sesuatu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat
pada diri seorang individu.
Setiap individu
memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang
menyangkut faktor biologis, maupun faktor sosial-psikologis. Pada masa lalu ada
sebuah keyakinan kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan
lingkungan, keduanya mempengaruhi kepribadian dengan terpisah dengan caranya
masing-masing. Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang difikirkan dan
dikerjakan oleh seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak,remaja
atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada diantara
faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Natur dan nurture
merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional
pada setiap tingkat perkembangan.
Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis
cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan
sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang bayi yang baru lahir
merupakan hasil dari dua garis keluraga, yaitu garis keluarga ayah dan garis
keluarga ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru,
maka secara kesinambungan dipengaruhi oleh faktor keturunan (heredity)
dan faktor lingkungan.
Faktor bawaan
kelahiran merupakan faktor keturunan yang ada sejak lahir baik yang menyangkut
biologis maupun sosial psikologis. Sedangkan faktor yang dipengaruhi lingkungan
adalah faktor yang banyak dipengaruhi dengan keadaan masyarakat sekitar ataupun
faktor-faktor eksternal lainnya.
Kedua faktor ini
memeberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu. Meski
mungkin ada salah satu faktor yang lebih dominan, namun tetap kedua faktor
tersebut berpengaruh dan pada gilirannya ternyata faktor-faktor itulah yang
menyebabkan perbedaan antar individu, karena meski individu memiliki kesamaan
dalam pola pertumbuhan dan kembangannya namun warisan manusia secara biologis
dan sosial tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.
B.
Perbedaan Individu
Dari bahasa bermacam-macam aspek perkembangan individu, dikenal ada
dua fakta yang menonjol, yaitu:
1.
Semua
manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya
2.
Di
dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara
biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.
Perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan
bukan kualitatif.
Sertiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan
apakan ia berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut
individu. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan
atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang
perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan
sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan
Individu.
1.
Bidang-Bidang Perbedaan
Garry 1963 (oxendine, 1984: 317) mengkategorikan perbedaan individu
kedalam bidang-bidang berikut:
·
Perbedaan
fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan,
dan kemampuan bertindak.
·
Perbedaan
sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, fan suku.
·
Perbedaan
kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
·
Perbedaan
kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Perbedaan fisik
bukan saja terbatas pada ciri yang dapat diamati dengan pancaindra kita,
seperti tinggi badan, warna kulit, jenis kelamin, nada suara, dan bau keringat,
akan tetapi juga ciri lain yang hanya dapat diketahui setelah diperoleh
informasi atau diadakan pengukuran usia, berat badan, kecepatan lari, golongan darah,
pendengaran, penglihatan, dan semacamnya merupakan ciri-ciri yang tidak dapat
diamati perbedaannya dengan pengindraan.
Dalam
kehidupannya, setiap manusia berhubungan dengan manusia lain dan lingkungan di
luar dirinya. Tiap manusia berhubungan dengan manusia lain, dengan sesamanya;
manusia bersosialisasi, dan terjadilah perbedaaan status sosial dan ekonomi
manusia. Manusia juga berhubungan dengan Sang Pencipta atau dengan Tuhannya,
maka manusia beragama. Di Indonesia ada
suku Jawa, Sunda, Irian, Madura, dan sebagainya. Lingkungan, agaman, keluarga,
keturunan, kelompok suku dan semacamnya itu merupakan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya perbedaan individu.
Secara kodrati,
manusia memiliki potensi dasar yang secara sosial membedakan manusia dengan
hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar
yang dimilikinya itu tidaklah sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena
itusikap, minat, kemampuan berpikir, watak, perilakunya, dan hasil belajarnya
berbeda-beda antara manusia satu dengan lainnya.
a.
Perbedaan Kognitif
Menurut Bloom, proses belajar baik di sekolah maupun di luar
sekolah menghasilkan 3 pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy
Bloom, yaitu kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik. Kemampuan kognitif
merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar.
Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor
pembawaan dan pengaruh lingkungan.
Intelegensi (kecerdasan) sangat mempengaruhi kemampuan kognitif
seseorang. Dikatakan bahwa antara kecerdasan dan nilai kemampuan kognitif
berkorelasi tinggi dan positif, semakin tinggi nilai kecerdasan seseorang
semakin tinggi pula kemampuan kognitifnya.
b.
Perbedaan Individual dalam Kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting
dalam kehidupannya. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda, kemampuan
berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam
bentuk ungkapan kata dan kalimat yang
penuh makna, logis, dan sistematis. Kemampuan berbahasa tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan.Faktor-faktor lain
yang juga penting antara lain adalah faktor fisik, terutama organ berbicara.
c.
Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan
untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh saraf pusat
untuk melakukan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut terjadi karena kerja saraf
yang sistematis. Alat indra menerima rangsangan, rangsangan tersebut diteruskan
melalui saraf sensoris ke saraf pusat (otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh
saraf motorik untuk memberikan reaksi dalam bentuk gerakan-gerakan atau
kegiatan.
Kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan
tingkat kemampuan berpikir. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan
berpikir setiap orang berbeda-beda pula.
d.
Perbedaan dalam Latar Belakang
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat manapun, perbedaan latar
belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat
prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran,
pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki anak dirumah mempengaruhi kemauan
untuk berprestasi dalam situasi belajar yang disajikan.
e.
Perbedaan dalam Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan
tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan
pemupukan secara tepat. Sebaliknya, bakat tidak dapat berkembang sama sekali,
manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang, dalam arti
tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
C.
Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu
tertentu.[1]
Pertumbuhan juga
dapat diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh
atau jasmaniah) yang herediter dalam bentuk aktif secara berkesinambungan.[2] Hereditas merupakan
totalitas karakteristik yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala
potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.[3]
Pertumbuhan juga
diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan fisik yang
bersifat kuantitatif seperti ukuran berat dan tinggi badan, dan lain-lain.
Sedangkan Perkembangan adalah proses perubahan-perubahan
aspek psikologis dan aspek social.[4]
Setiap individu pada hakikatnya kan mengalami pertumbuhan fisik dan
perkembangan non fisik yang meliputi aspek-aspek intelek, emosi sosial, bahasa,
bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap. Berikut ini akan diuraikan
pokok-pokok pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek tersebut.
1.
Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih besar
dan lebih panjang dan prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir hingga ia
dewasa.
a) Pertumbuhan sebelum
lahir
Awal mula kehidupan dan pertumbuhan
manusia itu dimulai saat adanya konsepsi,
yang kemudian membentuk suatu sel kehidupan yang disebut embrio. Embrio
manusia tyang berumur satu bualan ukurannya sekitar satu setengah sentimeter.
Pada umur dua bulan berukuran dua setengah sentimeter dan disebut janin atau
fetus. Satu bulan kemudian janin atau fetus tersebut telah berbentuk bayi dalam
ukuran kecil.
Masa sebelum lahir merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
paling kompleks, karena pada masa itu merupakan awal terbentuknya organ-organ
tubuh dan tersusunnya jaringan saraf yang membentuk sistem yang lengkap.
Pertumbuhan dan perkembangan janin diakhiri saat kelahiran. Kelahiran pada
dasarnya merupakan pertanda kematangan biologis dan jaringan saraf
masing-masing komponen biologis telah mampu berfungsi secara mandiri.
b) Pertumbuhan setelah
lahir
Pertumbuhan fisik
manusia setelah lahir merupakan kelanjutan pertumbuhan sebelum lahir. Proses
pertumbuhan fisik manusia berlangsung sampai masa dewasa. Bagian fisik seseorang individu sejak
lahir akan terus mengalami perubahan karena pertumbuhan, sehinnga masing-masing
komponen tubuh akan mencapai tingkat kematangan untuk menjalankan fungsinya.
Jaringan saraf otak atau saraf sentral
akan tumbuh dengan cepat karena saraf pusat itu menjadi sentral dalam
menjalankan fungsi jaringan saraf diseluruh tubuh manusia.
Pertumbuhan fisik manusia berbeda dengan
pertumbuhan hewan, sejak anak hewan dilahirkan, dengan waktu yang relatif tidal
lama ia segera dapat berjalan mengikuti induknya untuk mencari makan. Tetapi
tidak demikian halnya bagi manusia. Pertumbuhan dan perkembangan fungsi bilogis manusia memiliki pola dan
keteraturan . banyak ahli psikologi menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dan
perkembangan kemampuan fisik anak memiliki pola yang sama dan menunjukkan
keteraturan. Dari lahir seorang bayi hanya mampu menggerrakkan tangannya secara
reflektuf kearah kepalanya. Setelah berumur satu bulan mulai mampu berguling,
seterusnya pada umur dua bulan mulai telungkup, merangkak pada umur tiga bulan ,
duduk dengan bantuan hingga duduk sendiri dan seterusnya hingga ia mampu
berjalan pada umur 15 bulan.
Pertumbuhan fisik anak dapat dibagi dalam 4 periode utama, dua
periode ditandai dengan pertumbuhan yang cepat yaitu pada periode pralahir dan
6 bulan setelah dilahirkan serta pada periode saat anak mulai memasuki tahap
remaja, saat ia mulai berusia 8-12 tahun hingga 15-16 tahun pertumbuhan
fisiknya akan cepat dan biasanya masa ini disebut ledakan pertumbuhan pubertas.
Dua periode lagi ditandai dengan pertumbuhan yang lamban yaitu pada saat akhir
tahun pertama kehidupan pasca lahir dan periode saat seorang remaja memasuki
tahap dewasa. Tinggi badan yang sudah dicapai pada masa remaja hingga dewasa
akan tetap hingga tua, tetapi berat tubuh masih dapat berubah-ubah.
2. Perkembangan
Intelektual
Perkembangan
kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak berkembang dan
berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagi kemampuan anak untuk
berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah. Kemampuan berpikir anak berkembang Dari tingkat yang sederhana dan
konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
Menurut Piaget, masa
kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7-12
tahun). Piaget menemukan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat
perkembangan kognitif anak, diantaranya:
1) Anak adalah
pembelajar yang aktif
Anak tidak hanya
mngobservasi dan mengingat apa yang mereka lihat dan dengar secara pasif,
tetapi mereka secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan
secara aktif berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman dan
kesadarannya tentang realitas tentang
dunia yang mereka hadapi.
2) Anak mengorganisasi
apa yang mereka pelajari dari pengalamannya
Anak-anak tidak hanya
mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang terpisah
terjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun
suatupandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.
3) Anak menyesuaikan
diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi
Asimilasi terjadi
ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah
ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan kedalam suatu skema. Akomodasi
terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak
menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
4) Proses equilibrasi
menunjukkan adanya peningkatan kea rah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih
kompleks.
Melalui proses
asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi seseorang berkembang dari stau tahap
ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium,
yakni keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya di
lingkungan.[5]
3. Perkembangan
Bahasa
Fungsi pokok bahasa
adalah sebagai alat komunikasi atau sarana pergaulan dengan sesama. Setiap
orang senantiasa berkomunikasi dengan
orang-orang disekitarnya. Sejak bayi, manusia telah berkomunikasi dengan orang
lain. Yaitu ibu dan ayahnya. Manangis
disaat kelahirannya, merupakan cara bayi berkomunikasi dengan dunia sekitarnya.
Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai
tanda, gerak, dan suara, untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain.
Dengan demikian, dalam berbahasa ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak
penyampai isi pikiran dan pihak yang menerima isi pikiran. Dalam percakapan
atau berdialog, pihak-pihak itu saling berganti fungsinya, antara penerima dan
penyampai isi pesan.
Bicara adalah bahasa suara, bahasa lisan. Dalam perkembangan awal
berbahasa lisan, bayi menyampaikan isi pikiran atau persaannya dengan tangis
atau dengan ocehan. Ia menangis atau mungkin menjerit jika tidak senang atau
sakit dan mengoceh atau meraba jika sedang senang. Ocehan-ocehan itu semakin
lama semakin jelas, dan bayi itu mampu menirukan bunyi-bunyi yang didengarnya. Disaat itu sebaiknya ibu
mengucapkan kata-kata sederhana yang mudah ditirukan sang bayi agar akhirnya
setelah bayi semakin besar semakin banyak kata yang dapat dikuasai dan
diucapkan.
Perkembangan lebih lanjut,
seorang bayi (anak) yang telah berusia 6-9 bulan, mulai berkomuniksi dengan
satu kata atau dua kata. Dengan demikian seterusnya anak mulai mampu menyusun
kalimat untuk menyatakan maksud atu keinginannya.[6]
4. Emosi
Emosi atau perasaan merupakan salah satu potensi kejiwaan yang khas
dimiliki oleh manusia. Emosi merupakan perasaan yang mengandung unsur senang atau tidak senang
(like or dislike). Keinginan untuk segera memenuhi kebutuhan, terutama
kebutuhan primer merupakan hal yang wajar bagi setiap individu.jika kebutuhan
itu tidak segera terpenuhi maka ia akan merasa kecewa. Sebaliknya jika
kebutuhan itu dapat terpenuhi dengan baik ia akan merasa senang dan puas.
Emosi merupakan perasaan yang disertai oleh perubahan atau perilaku
fisik misalnya, perasaan marah ditunjukkan oleh reaksi teriakan dengan suara
keras.orang yang berbahagia akan melonjak-lonjak sambil tertawa lebar dan
sebagainya.
Pada seorang anak kemampuan mengontrol emosi diperoleh melalui
peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan kemampuan orang tua
atau guru dalam dalam mengendalikan emosi sangatlah berpengruh. Apabila anak
dikembangkan dilingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka
perkembangan emosi anak cenderung stabil atau sehat. Akan tetapi jika kebiasaan
orang tua dalam mengekpresikan emosinya kurang sehat, kurang stabil dan kurang
kontrol seperti mudah marah-marah, mudah mengeluh kecewa dan pesimis dalam
menghadapi masalah maka, perkembangan emosi anak akan cenderung kurang stabil
atau kurang sehat.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku
individu, dalam hal ini termasuk pula prilaku belajar (learning). Emosi
positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu (curyosity)
yang tinggi akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap
aktifitas belajar seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif
berdiskusi, mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, dan disiplin dalam belajar.
Sebaliknya, apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang
negatif, seperti perasaan yang tidak senang,kecewa tidak bergairah, maka proses
belajar tersebut akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat
memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan
mengalami kegagalan dalam belajarnya.
5. Sosial
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya,setiap individu tidak
dapat berdiri sendiri, tetapi memerlukan bantuan dari orang lain. Bayi yang
baru lahir tidak dapat mempertahan kan kehidupannya tanpa bantuan dari orang
tuanya. Sejalan dengan pertumbuhan badannya,bayi yang telah menjadi anak dan
seterusnya menjadi dewasa, akan mengenal lingkungan yang lebih luas. Perkenalan
dengan orang lain dimulai dengan mengenal ibunya, kemudian ayahnya dan
saudara-saudaranya,akhirnya ia mengenal orang lain di luar lingkungan
keluarganya. Selanjutnya orang yang dikenalnya semakin banyak dan semakin
heterogen.
Pada umumnya, setiap anak akan lebih tertarik kepada teman sebaya
yang sama jenis kelaminnya. Anak-anak itu kemudian akan membentuk kelompok
sebaya sebagai dunianya. Selanjutnya manusia akan akan mengenal kehidupan
bersama, berkeluarga, bermasyarakat, atau berkehidupan sosial. Dalam
perkembangannya ia mengetahui bahwa kehidupan manusia itu tidak seorang diri,
harus saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi dan sebagainya
6. Bakat
Khusus
Bakat merupakan
kemampuan tertentu atau khusus yang dimiliki oleh seorang individu yang hanya
dengan rangsangan atau sedikit latihan, kemampuan itu dapat berkembang dengan
baik. Atas dasar bakat yang dimilikinya maka seorang individu akan mampu
menunjukkan kelebihan dalam bertindak dan menguasai serta memecahkan masalah
dibandingkan dengan orang lain.
Seorang yang mempunyai bakat
akan cepat diamati, sebab kemampuan yang dimiliki akan berkembang dengan pesat
dan menonjol. Bakat khusus merupakan salah satu kemampuan untuk bidang tertentu
seperti bidang seni, olahraga, atau ketrampilan.
7. Sikap,
Nilai, dan Moral
Bloom (woolfolk dan
nicolich, 1984:390) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari proses belajar
dikelompokkan menjadi tiga sasaran, yaitu penguasaan pengetahuan pengetahuan
(kognitif), penguasaan nilai dan sikap (afektif), dan penguasaan psikomotorik.
Masa bayi belum mempersoalkan masalah moral, karena dalam kehidupan bayi belum
dikenal hierarki nilai, sedangkan pada anak-anak telah terjadi perkembangan
moral yang relatif rendah (terbatas). Anak belum menguasai nilai-nilai abstrak
yng berkaitan dengan benar, salah, baik dan buruk. Hal ini dikarenakan oleh
pengaruh perkembangan intelek yang masih terbatas. Anak belum mengetahui
manfaat suatu ketentuan atau peraturan dan belum memiliki dorongan untuk
mengerti peraturan-peraturan dalam kehidupan.
Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan psikisnya, anak mulai
dikenalkan terhadap nilai-nilai, ditunjukkan hal-hal yang boleh dan tidak
boleh, yang harus dilakukan dan yang dilarang. Pada awalnya pengenalan
nilai dan perilau serta tindakan itu
masih bersifat paksaan dan anak belum tahu maknanya. Namun sejalan dengan
perkembangan intelek nya berangsur-angsur anak mulai mengikuti berbagai
ketentuan yang berlaku didalam keluarga dan semakin lama semakin luas sampai
dengan ketentuan yang berlaku didalam masyarakat dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Agung dan Sunarto. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta. 2008.
Sugandhi, Nani
M, dan Syamsu Yusuf. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2011.
.
Hartono,
Agung dan Sunarto. Perkembangan
Peserta Didik. vol.2. Jakarta: Rineka Cipta. 2013.
[1]
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), hlm. 35.
[2] Ibid.
35.
[3] Syamsu
Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm. 21.
[4]
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), hlm. 18.
[5]
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm 98-101.
[6]
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), hlm. 27-28.