Sunday 16 September 2018

KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN INDIVIDU


KELOMPOK 2
1)    Rifaldy Taufikurrahman                  NIM. 20170701071092
2)    Fathor Rahman                              NIM. 20170701071027
3)    Nurul Fajariyah                                 NIM. 20170701072082



KARAKTERISTIK DAN
PERBEDAAN INDIVIDU

A.   Individu dan Karakteristiknya
1.     Pengertian Individu
Istilah individu berasal dari kata  “individera” yang berarti suatu kesatuan organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan. Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau perseorangan (Echols,1975: 519). Setiap orang, apakah ia seorang anak atau orang dewasa, dan apakah ia berada dialam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan.
Dalam rentang kehidupan manusia sejak adanya konsepsi kehidupan, manusia merupakan kesatuan psikofisis (jasmani dan rohani) yang khas (unik) dan akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini telah jelas bahwa seorang individu tidak dilahirkan dengan perlengkapan yang sudah sempurna. Dengan sendirinya pola-pola seperti berjalan, berbicara, merasakan, berfikir, atau pembentukan pengalaman harus dipelajari.


2.      Karakteristik Individu
Secara etimologis, istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu  adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada diri seorang individu.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis, maupun faktor sosial-psikologis. Pada masa lalu ada sebuah keyakinan kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan, keduanya mempengaruhi kepribadian dengan terpisah dengan caranya masing-masing. Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang difikirkan dan dikerjakan oleh seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak,remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada diantara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
            Natur dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan.  Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
            Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluraga, yaitu garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara kesinambungan dipengaruhi oleh faktor keturunan (heredity) dan faktor lingkungan.
Faktor bawaan kelahiran merupakan faktor keturunan yang ada sejak lahir baik yang menyangkut biologis maupun sosial psikologis. Sedangkan faktor yang dipengaruhi lingkungan adalah faktor yang banyak dipengaruhi dengan keadaan masyarakat sekitar ataupun faktor-faktor eksternal lainnya.

  Kedua faktor ini memeberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu. Meski mungkin ada salah satu faktor yang lebih dominan, namun tetap kedua faktor tersebut berpengaruh dan pada gilirannya ternyata faktor-faktor itulah yang menyebabkan perbedaan antar individu, karena meski individu memiliki kesamaan dalam pola pertumbuhan dan kembangannya namun warisan manusia secara biologis dan sosial tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.
          
B.   Perbedaan Individu
Dari bahasa bermacam-macam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu:
1.      Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya
2.         Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif.

Sertiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakan ia berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan Individu.

1.       Bidang-Bidang Perbedaan
Garry 1963 (oxendine, 1984: 317) mengkategorikan perbedaan individu kedalam bidang-bidang berikut:
·         Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
·         Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, fan suku.
·         Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
·         Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Perbedaan fisik bukan saja terbatas pada ciri yang dapat diamati dengan pancaindra kita, seperti tinggi badan, warna kulit, jenis kelamin, nada suara, dan bau keringat, akan tetapi juga ciri lain yang hanya dapat diketahui setelah diperoleh informasi atau diadakan pengukuran usia, berat badan, kecepatan lari, golongan darah, pendengaran, penglihatan, dan semacamnya merupakan ciri-ciri yang tidak dapat diamati perbedaannya dengan pengindraan.
Dalam kehidupannya, setiap manusia berhubungan dengan manusia lain dan lingkungan di luar dirinya. Tiap manusia berhubungan dengan manusia lain, dengan sesamanya; manusia bersosialisasi, dan terjadilah perbedaaan status sosial dan ekonomi manusia. Manusia juga berhubungan dengan Sang Pencipta atau dengan Tuhannya, maka manusia beragama.  Di Indonesia ada suku Jawa, Sunda, Irian, Madura, dan sebagainya. Lingkungan, agaman, keluarga, keturunan, kelompok suku dan semacamnya itu merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perbedaan individu.
Secara kodrati, manusia memiliki potensi dasar yang secara sosial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar yang dimilikinya itu tidaklah sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itusikap, minat, kemampuan berpikir, watak, perilakunya, dan hasil belajarnya berbeda-beda antara manusia satu dengan lainnya.
a.      Perbedaan Kognitif
Menurut Bloom, proses belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah menghasilkan 3 pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy Bloom, yaitu kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan.
Intelegensi (kecerdasan) sangat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang. Dikatakan bahwa antara kecerdasan dan nilai kemampuan kognitif berkorelasi tinggi dan positif, semakin tinggi nilai kecerdasan seseorang semakin tinggi pula kemampuan kognitifnya.
b.      Perbedaan Individual dalam Kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupannya. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda, kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang  penuh makna, logis, dan sistematis. Kemampuan berbahasa tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan.Faktor-faktor lain yang juga penting antara lain adalah faktor fisik, terutama organ berbicara.
c.       Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut terjadi karena kerja saraf yang sistematis. Alat indra menerima rangsangan, rangsangan tersebut diteruskan melalui saraf sensoris ke saraf pusat (otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh saraf motorik untuk memberikan reaksi dalam bentuk gerakan-gerakan atau kegiatan.
Kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berpikir. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan berpikir setiap orang berbeda-beda pula.
d.      Perbedaan dalam Latar Belakang
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat manapun, perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran, pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki anak dirumah mempengaruhi kemauan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang disajikan.
e.       Perbedaan dalam Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat. Sebaliknya, bakat tidak dapat berkembang sama sekali, manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.

C.   Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu.[1]
Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau jasmaniah) yang herediter dalam bentuk aktif secara berkesinambungan.[2] Hereditas merupakan totalitas karakteristik yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.[3]
Pertumbuhan juga diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan fisik yang bersifat kuantitatif seperti ukuran berat dan tinggi badan, dan lain-lain.
Sedangkan Perkembangan adalah proses perubahan-perubahan aspek psikologis dan aspek social.[4]
Setiap individu pada hakikatnya kan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan non fisik yang meliputi aspek-aspek intelek, emosi sosial, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap. Berikut ini akan diuraikan pokok-pokok pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek tersebut.
1.      Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih besar dan lebih panjang dan prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir hingga ia dewasa.
a)      Pertumbuhan sebelum lahir
Awal mula kehidupan dan pertumbuhan manusia itu dimulai saat adanya konsepsi,  yang kemudian membentuk suatu sel kehidupan yang disebut embrio. Embrio manusia tyang berumur satu bualan ukurannya sekitar satu setengah sentimeter. Pada umur dua bulan berukuran dua setengah sentimeter dan disebut janin atau fetus. Satu bulan kemudian janin atau fetus tersebut telah berbentuk bayi dalam ukuran kecil.
Masa sebelum lahir merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling kompleks, karena pada masa itu merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf yang membentuk sistem yang lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan janin diakhiri saat kelahiran. Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda kematangan biologis dan jaringan saraf masing-masing komponen biologis telah mampu berfungsi secara mandiri.
b)      Pertumbuhan setelah lahir
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan kelanjutan pertumbuhan sebelum lahir. Proses pertumbuhan fisik manusia berlangsung sampai masa dewasa.     Bagian fisik seseorang individu sejak lahir akan terus mengalami perubahan karena pertumbuhan, sehinnga masing-masing komponen tubuh akan mencapai tingkat kematangan untuk menjalankan fungsinya. Jaringan  saraf otak atau saraf sentral akan tumbuh dengan cepat karena saraf pusat itu menjadi sentral dalam menjalankan fungsi jaringan saraf diseluruh tubuh manusia.
Pertumbuhan fisik manusia berbeda dengan pertumbuhan hewan, sejak anak hewan dilahirkan, dengan waktu yang relatif tidal lama ia segera dapat berjalan mengikuti induknya untuk mencari makan. Tetapi tidak demikian halnya bagi manusia. Pertumbuhan dan perkembangan  fungsi bilogis manusia memiliki pola dan keteraturan . banyak ahli psikologi menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dan perkembangan kemampuan fisik anak memiliki pola yang sama dan menunjukkan keteraturan. Dari lahir seorang bayi hanya mampu menggerrakkan tangannya secara reflektuf kearah kepalanya. Setelah berumur satu bulan mulai mampu berguling, seterusnya pada umur dua bulan mulai telungkup, merangkak pada umur tiga bulan , duduk dengan bantuan hingga duduk sendiri dan seterusnya hingga ia mampu berjalan pada umur 15 bulan.
Pertumbuhan fisik anak dapat dibagi dalam 4 periode utama, dua periode ditandai dengan pertumbuhan yang cepat yaitu pada periode pralahir dan 6 bulan setelah dilahirkan serta pada periode saat anak mulai memasuki tahap remaja, saat ia mulai berusia 8-12 tahun hingga 15-16 tahun pertumbuhan fisiknya akan cepat dan biasanya masa ini disebut ledakan pertumbuhan pubertas. Dua periode lagi ditandai dengan pertumbuhan yang lamban yaitu pada saat akhir tahun pertama kehidupan pasca lahir dan periode saat seorang remaja memasuki tahap dewasa. Tinggi badan yang sudah dicapai pada masa remaja hingga dewasa akan tetap hingga tua, tetapi berat tubuh masih dapat berubah-ubah.

2.      Perkembangan Intelektual
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagi kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir anak berkembang Dari tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, diantaranya:
1)      Anak adalah pembelajar yang aktif
Anak tidak hanya mngobservasi dan mengingat apa yang mereka lihat dan dengar secara pasif, tetapi mereka secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas  tentang dunia yang mereka hadapi.
2)      Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya
Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang terpisah terjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatupandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.
3)      Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi
Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan kedalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
4)      Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan kea rah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih kompleks.
Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi seseorang berkembang dari stau tahap ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.[5]
3.      Perkembangan Bahasa
Fungsi pokok bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau sarana pergaulan dengan sesama. Setiap orang senantiasa  berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Sejak bayi, manusia telah berkomunikasi dengan orang lain. Yaitu ibu dan ayahnya.  Manangis disaat kelahirannya, merupakan cara bayi berkomunikasi dengan dunia sekitarnya.
Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara, untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Dengan demikian, dalam berbahasa ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak penyampai isi pikiran dan pihak yang menerima isi pikiran. Dalam percakapan atau berdialog, pihak-pihak itu saling berganti fungsinya, antara penerima dan penyampai isi pesan.
Bicara adalah bahasa suara, bahasa lisan. Dalam perkembangan awal berbahasa lisan, bayi menyampaikan isi pikiran atau persaannya dengan tangis atau dengan ocehan. Ia menangis atau mungkin menjerit jika tidak senang atau sakit dan mengoceh atau meraba jika sedang senang. Ocehan-ocehan itu semakin lama semakin jelas, dan bayi itu mampu menirukan bunyi-bunyi  yang didengarnya. Disaat itu sebaiknya ibu mengucapkan kata-kata sederhana yang mudah ditirukan sang bayi agar akhirnya setelah bayi semakin besar semakin banyak kata yang dapat dikuasai dan diucapkan.
Perkembangan  lebih lanjut, seorang bayi (anak) yang telah berusia 6-9 bulan, mulai berkomuniksi dengan satu kata atau dua kata. Dengan demikian seterusnya anak mulai mampu menyusun kalimat untuk menyatakan maksud atu keinginannya.[6]
4.      Emosi
Emosi atau perasaan merupakan salah satu potensi kejiwaan yang khas dimiliki oleh manusia. Emosi merupakan perasaan yang  mengandung unsur senang atau tidak senang (like or dislike). Keinginan untuk segera memenuhi kebutuhan, terutama kebutuhan primer merupakan hal yang wajar bagi setiap individu.jika kebutuhan itu tidak segera terpenuhi maka ia akan merasa kecewa. Sebaliknya jika kebutuhan itu dapat terpenuhi dengan baik ia akan merasa senang dan puas.
Emosi merupakan perasaan yang disertai oleh perubahan atau perilaku fisik misalnya, perasaan marah ditunjukkan oleh reaksi teriakan dengan suara keras.orang yang berbahagia akan melonjak-lonjak sambil tertawa lebar dan sebagainya.
Pada seorang anak kemampuan mengontrol emosi diperoleh melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan kemampuan orang tua atau guru dalam dalam mengendalikan emosi sangatlah berpengruh. Apabila anak dikembangkan dilingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil atau sehat. Akan tetapi jika kebiasaan orang tua dalam mengekpresikan emosinya kurang sehat, kurang stabil dan kurang kontrol seperti mudah marah-marah, mudah mengeluh kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah maka, perkembangan emosi anak akan cenderung kurang stabil atau kurang sehat.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula prilaku belajar (learning). Emosi positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu (curyosity) yang tinggi akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktifitas belajar seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif berdiskusi, mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, dan disiplin dalam belajar.
Sebaliknya, apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang negatif, seperti perasaan yang tidak senang,kecewa tidak bergairah, maka proses belajar tersebut akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
5.      Sosial
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya,setiap individu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi memerlukan bantuan dari orang lain. Bayi yang baru lahir tidak dapat mempertahan kan kehidupannya tanpa bantuan dari orang tuanya. Sejalan dengan pertumbuhan badannya,bayi yang telah menjadi anak dan seterusnya menjadi dewasa, akan mengenal lingkungan yang lebih luas. Perkenalan dengan orang lain dimulai dengan mengenal ibunya, kemudian ayahnya dan saudara-saudaranya,akhirnya ia mengenal orang lain di luar lingkungan keluarganya. Selanjutnya orang yang dikenalnya semakin banyak dan semakin heterogen.
Pada umumnya, setiap anak akan lebih tertarik kepada teman sebaya yang sama jenis kelaminnya. Anak-anak itu kemudian akan membentuk kelompok sebaya sebagai dunianya. Selanjutnya manusia akan akan mengenal kehidupan bersama, berkeluarga, bermasyarakat, atau berkehidupan sosial. Dalam perkembangannya ia mengetahui bahwa kehidupan manusia itu tidak seorang diri, harus saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi dan sebagainya
6.      Bakat Khusus
Bakat merupakan kemampuan tertentu atau khusus yang dimiliki oleh seorang individu yang hanya dengan rangsangan atau sedikit latihan, kemampuan itu dapat berkembang dengan baik. Atas dasar bakat yang dimilikinya maka seorang individu akan mampu menunjukkan kelebihan dalam bertindak dan menguasai serta memecahkan masalah dibandingkan dengan orang lain.
 Seorang yang mempunyai bakat akan cepat diamati, sebab kemampuan yang dimiliki akan berkembang dengan pesat dan menonjol. Bakat khusus merupakan salah satu kemampuan untuk bidang tertentu seperti bidang seni, olahraga, atau ketrampilan.
7.      Sikap, Nilai, dan Moral
Bloom (woolfolk dan nicolich, 1984:390) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari proses belajar dikelompokkan menjadi tiga sasaran, yaitu penguasaan pengetahuan pengetahuan (kognitif), penguasaan nilai dan sikap (afektif), dan penguasaan psikomotorik. Masa bayi belum mempersoalkan masalah moral, karena dalam kehidupan bayi belum dikenal hierarki nilai, sedangkan pada anak-anak telah terjadi perkembangan moral yang relatif rendah (terbatas). Anak belum menguasai nilai-nilai abstrak yng berkaitan dengan benar, salah, baik dan buruk. Hal ini dikarenakan oleh pengaruh perkembangan intelek yang masih terbatas. Anak belum mengetahui manfaat suatu ketentuan atau peraturan dan belum memiliki dorongan untuk mengerti peraturan-peraturan dalam kehidupan.
Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan psikisnya, anak mulai dikenalkan terhadap nilai-nilai, ditunjukkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh, yang harus dilakukan dan yang dilarang. Pada awalnya pengenalan nilai  dan perilau serta tindakan itu masih bersifat paksaan dan anak belum tahu maknanya. Namun sejalan dengan perkembangan intelek nya berangsur-angsur anak mulai mengikuti berbagai ketentuan yang berlaku didalam keluarga dan semakin lama semakin luas sampai dengan ketentuan yang berlaku didalam masyarakat dan negara.

DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Agung dan Sunarto. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.

Sugandhi, Nani M, dan Syamsu Yusuf. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011.
.
Hartono, Agung dan Sunarto.  Perkembangan Peserta Didik. vol.2. Jakarta: Rineka Cipta. 2013.



[1] Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 35.
[2] Ibid. 35.
[3] Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 21.
[4] Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 18.
[5] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm 98-101.
[6] Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 27-28.