Thursday 13 September 2018

Model Pembelajaran Probing-Promting




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.  Model Pembelajaran Probing-Promting
2.1.1   Pengertian Model Pembelajaran Probing-Prompting
Menurut arti katanya, probing adalah penyelidikan dan pemeriksaan, sementara prompting adalah mendorong atau menuntun. Penyelidikan dan pemeriksaan bertujuan untuk memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada diri siswa agar dapat digunakan untuk memahami pemahaman atau konsep baru. Pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi  proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Suherman: 2008). Sedangkan menurut Suyitno (2009) probing promting merupakan pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan. Proses tanya jawab dalam model pembelajaran ini dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran probing promting adalah suatu model pembelajaran dengan cara guru memberikan serangkaian pertanyaan secara acak berdasarkan indikator yang dimaksudkan untuk menggali dan menuntun gagasan sehingga dapat mengaitkan pengalam dan pengetahuannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Pembelajaran Probing Prompting sangat erat kaitannya dengan pertanyaan. Pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembelajaran ini disebut probing question. Probing question adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta beralasan Suherman (2001). Probing question dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih memahami secara mendalam suatu masalah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju. Proses pencarian dan penemuan jawaban atas masalah tersebut peserta didik berusaha menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang akan dijawabnya.
Model pembelajaran ini menggunakan tanya jawab yang dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus ikut berpartisipasi aktif, sehingga siswa tidak dapat menghindar dari proses pembelajaran, karena setiap saat siswa dapat dilibatkan dalam proses tanya jawab. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran probing prompting, akan terjadi suasana tegang di dalam kelas namun, suasana tegang demikian bisa dikurangi dengan guru memberi serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan nada yang lembut. Pembelajaran harus disertai dengan canda, senyum dan tertawa sehingga menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Perlu diingat bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah ciri siswa sedang belajar dan telah berpartisipasi.

Priatna (dalam Della, 2016) menyimpulkan bahwa proses probing dapat
mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh tantangan, membutuhkan konsentrasi dan keaktifan sehingga aktivitas komunikasi cukup tinggi. Selanjutnya, perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang dipelajari cenderung lebih terjaga karena siswa selalu mempersiapkan jawaban sebab mereka harus siap jika tiba-tiba ditunjuk oleh guru. Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran probing prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi Suherman (2001).

2.1.2   Langkah-Langkah Model Pembelajaran Probing-Prompting
Terdapat lima langkah dalam model pembelajaran probing-promting. Menurut Miftahul Huda (2013), langkah-langkah pembelajaran probing-prompting adalah sebagai beriku:
Tabel 2.1. Langkah-langkah model pembelajaran probing-promting
Fase
Kegiatan Guru
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
-   Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.
Fase 2 : Menghadapkan siswa pada situasi baru.
-   Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan menampilkan gambar, rumus, atau situasi lainnya yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
Fase
Kegiatan Guru
Fase 3: Mengorganisasikan kelompok
-   Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang
Fase 4 :
Membimbing diskusi dengan pertanyaan yang bersifat probing -promting
-   Guru mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus atau indikator kepada siswa (Guru menunggu beberapa saat agar siswa merumuskan jawaban)
-   Guru menunjuk salah satu siswa mewakili kelompok untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
-   Jika jawabannya tepat, maka guru meminta tanggapan kepada siswa dari kelompok lain tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun, jika jawabannya kurang tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban. Kemudian guru memberikan pertanyaan yang menuntun siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, hingga siswa dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator
Fase 5 : Evaluasi
-   Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa
-   Guru mengajak siswa menyimpulkan secara materi yang telah dipelajari.

2.1.3   Kelebihan Dan Kekurangan Model  Pembelajaran Probing-Promting
Kelebihan dan kekurangan model  pembelajaran probing-promting (Damayanti, 2016) adalah sebagai berikut:
1.    Keunggulan menggunakan model probing prompting:
Ø Mendorong siswa aktif berfikir.
Ø Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali.
Ø Perbedaan  pendapat  antara  siswa  dapat  dikompromikan  atau diarahkan kepada suatu diskusi.
Ø Pertanyaan  dapat  menarik  dan  memusatkan  perhatian  siswa, sekalipun  ketika  itu  siswa  sedang  ribut,  yang  mengantuk  kembali tegar.
Ø Sebagai cara meninjau kembali bahan ajar yang lampau.
Ø Mengembangkan  keberanian  dan  ketrampilan  siswa  dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
2.    Kelemahan  dalam  menggunakan  model  pembelajaran probing  promting adalah sebagai berikut:
Ø Siswa  merasa  takut  apabila  guru  kurang  dapat  mendorong  siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang.
Ø Waktu sering banyak terbuang apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
Ø Dalam  jumlah  siswa  yang  banyak,  tidak  mungkin  cukup  waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

2.2.  Model Active Learning
2.2.1   Pengertian Model Active Learning
Istilah active berarti gesit, giat dan bersemangat, sedangkan learning artinya mempelajari. Learning diartikan pengetahuan perbuatan  belajar mengandung  arti  dalam  diri  seseorang.  Menurut Silberman (2007), belajar  aktif  merupakan  langkah  cepat, menyenangkan,  mendukung,  dan  secara  pribadi  menarik  hati.  Selain  itu  belajar aktif  juga  meliputi  berbagai  cara  untuk  membuat  peserta  didik  aktif  sejak  awal pembelajaran  melalui  aktivitas  yang  menyenangkan. Active learning merupakan salah satu cara atau strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Belajar aktif membantu siswa untuk mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikanya dengan teman yang lain, yang paling penting peserta didik perlu melakukan dan memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang harus mereka capai.
Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Dalam jurnal Active Learning Handbook dikatakan, “Active Learning is a process where in students are actively engaged in building understanding of facts, ideas, and skills through the completion of instructor directed tasks andactivities” (Daniel dan Jahna, 2009). Artinya,belajar aktif merupakan proses dimana siswa secara aktif terlibat dalam membangun pemahaman fakta, ide, dan keterampilan melalui penyelesaian instruktur diarahkan tugas dan kegiatan. Dari berbagai pengertian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran aktif (active learning) sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Pembelajaran aktif menepatkan siswa sebagai student center (berpusat pada siswa) didalam kegiatan pembelajaran yang mengembangkan cara-cara belajar mandiri, mengembangkan bakat, berpikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melakukan aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Ketika peserta didik belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. 
2.2.2   Prinsip-Prinsip Active Learning
Untuk menjadikan suasana belajar aktif, maka pembelajaran harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis serta mengetahui prinsip-prinsipnya. Prisip-prinsip belajar aktif antara lain:
1.    Stimulus belajar
Yang dimaksud dengan stimulus belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik dan lain-lain. Stimulus hendaknya disampaikan dengan upaya membantu agar siswa menerima pesan dengan mudah.
2.    Perhatian dan motivasi
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Perhatian dan motivasi akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, untuk memotivasi dan memberikan perhatian pada kegiatan belajar, guru dapat melakukan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan pembelajaran yang menyenangkan.
3.     Respon yang dipelajari
Belajar adalah proses belajar yang aktif, sehingga apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respon siswa terhadap stimulus guru, maka tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki.
Keterlibatan atau respon siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain.
4.    Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap bebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali. Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan yang berasal dari luar adalah nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, pemberian hadiah dan lain-lain.
5.    Asosiasi
Secara sederhana, berfikir asosiatif adalah berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuai dengan lainnya. Berfikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respon. Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian latihan yang jelas, pemberian latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Di sini siswa dihadapkan pada situasi baru yang dapat menuntut pemecahan masalah melalui informasi yang telah dimilikinya.

2.2.3   Langkah-Langkah Model Active Learning
Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu, pembelajaran aktif (Active Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Menurut Machmudah (2008) langkah-langkah model pembelajaran aktif (Active Learning) sebagai berikut:
Tabel 2.2. Langkah-langkah model pembelajaran Active Learning
Fase
Kegiatan Guru
 Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
-        Dalam fase ini,  guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.
Fase 2: Menyajikan informasi
-        Guru menyampaikan penjelasan secara umum kepada siswa.
Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
-        Guru membagi siswa yang beranggotakan 4-5 siswa.
-        Guru membagikan kartu berisi informasi


Fase
Kegiatan Guru
Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
-       Dalam fase ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.


Fase 5: Evaluasi
-        Dalam fase ini guru meminta siswa  mempresentasikan hasil diskusi.
-        Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan memberikan soal dan penjelasan
Fase 6 : Memberikan penghargaan
-        Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang terbaik.

2.2.4 Kelebihan dan  Kelemahan Active Learning
Active learning sebagai model dalam pembelajaran mempunyai kelebihan  sebagai berikut:
1.    Peserta didik lebih termotivasi
Model pembelajaran active learning dapat memungkinkan terjadinya pembelajaran yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan merupakan faktor motivasi untuk peserta didik. Lebih mudah menyampaikan materi  ketika peserta didik menikmatinya. Dengan melakukan hal yang sedikit berbeda, peserta didik akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.

2.    Pertisipasi oleh seluruh kelompok belajar
Peserta didik merupakan bagian dari  rencana pembelajaran. Informasi tidak diberikan pada peserta didik, tetapi peserta didik mencarinya. Beberapa kegiatan membutuhkan kekuatan, kecerdasan, dan membutuhkan peserta didik untuk menjadi bagiannya. Semua mempunyai tempat dan berkontribusi berdasarkan karakteristik masing-masing.
3.    Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya
Peraturan dan bahasa boleh diubah menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Dengan membuat perubahan, kita dapat melakukan kegiatan yang relevan dengan berbagai  usia kelompok yang bervariasi dengan mengeksplorasi konsep yang sama.
4.    Reseptif meningkat
Dengan menggunakan active learning sebagai model dalam pembelajaran di mana prinsip-prinsip dan penerapan dari prinsip-prinsip diekspresikan oleh peserta didik, informasi menjadi lebih mudah untuk diterima dan diterapk
5.    Pendapat induktif distimulasi
Jawaban atas pertanyaan tidak diberikan tetapi dieksplorasi. Pertanyaan dan jawaban muncul dari peserta didik selama kegiatan pembelajaran.
6.    Partisipan mengungkapkan proses berpikir mereka
Sementara kegiatan diskusi berlangsung, pendidik dapat mengukur tingkat pemahaman peserta didik. Dengan demikian pendidik dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan.

7.    Memberi kesempatan untuk mengambil resiko dan memperbaiki kesalahan
Peserta didik merasa bebas untuk berpartisipasi dan belajar melalui keterlibatan mereka karena mereka tahu bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan simulasi. Mengambil resiko  merupakan hal yang sulit dalam masyarakat yang mengidolakan pemenang. Dengan memberikan kesempatan  pada siswa untuk berpartisipasi tanpa tekanan untuk menjadi pemenang, kita telah memberi kebebasan untuk mencoba tanpa merasa malu untuk melakukan kesalahan.
Sedangkan kelemahan-kelemahan dalam penerapan model pembelajaran  active learning adalah:
1.    Keterbatasan waktu
Waktu yang disediakan untuk pembelajaran sudah ditentukan sebelumnya, sehingga untuk kegiatan pembelajaran yang memakan waktu lama akan terputus menjadi dua atau lebih pertemuan.
2.    Kemungkinan bertambahnya waktu untuk persiapan
Waktu yang digunakan untuk persiapan kegiatan akan bertambah, baik waktu untuk merancang kegiatan maupun untuk mempersiapkan agar peserta didik siap untuk melakukan kegiatan.
3.    Ukuran kelas yang besar
Kelas yang mempunyai jumlah peserta didik yang relatif banyak akan mempersulit terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan active learning. Kegiatan diskusi tidak akan dapat memperoleh hasil yang optimal.

4.    Keterbatasan materi, peralatan dan sumber daya
Keterbatasan materi, peralatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran, serta sumberdaya akan menghambat kelancaran penerapan active learning dalam pembelajaran.

2.3.  Perbandingan Model Pembelajaran Probing Promting Dan Model Active Learning
Model Pembelajaran Probing Promting dan model active learning memiliki beberapa perbedaan yang mendasar, baik dari segi definisi, langkah pembelajaran, kegiatan diskusi, kelebihan, dan kelemahan. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel perbandingan model pembelajaran probing promting dan model active learning di bawah ini.
Tabel 2.3 Perbandingan Model Pembelajaran Probing Promting Dan Model Active Learning
Segi
Model Pembelajaran Probing Promting
Model Active Learning
Definisi
suatu model pembelajaran dengan cara guru memberikan serangkaian pertanyaan secara acak berdasarkan indikator yang dimaksudkan untuk menggali dan menuntun gagasan siswa sehingga dapat mengaitkan pengalam dan pengetahuannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
model yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada aktivitas, keaktifan, dan partisipasi penuh dari setiap siswa selama proses belajar berlangsung sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik.


Segi
Model Pembelajaran Probing Promting
Model Active Learning

Langkah pembela jaran
1.   Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2.   Menyajikan informasi
3.   Mengorganisasikan kelompok
4.   Membimbing kelompok bekerja dan belajar secara probing promting
5.   Evaluasi
6.   Memberikan penghargaan

1.    Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2.    Menyajikan informasi
3.    Mengorganisasikan kelompok
4.    Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5.   Evaluasi
6.   Memberikan penghargaan

Kelebi han
Ø Mendorong siswa aktif berfikir
Ø Pertanyaan dapat menarik  dan memusatkan perhatian siswa
Ø Memberi kesempatan siswa bertanya hal yang kurang jelas
Ø Perbedaan pendapat antar siswa dapat di arhkan dalam bentuk diskusi
Ø Dapat digunakan sebagai cara mengingat kembali materi yang pernah dipelajari
Ø Melatih keberanian dan  keterampilan  siswa menjawab dan mengemukakan pendapat.
Ø Peserta didik lebih termotivasi
Ø Melatih siswa untuk mengambil resiko dan memperbaiki kesalahan
Ø Pertisipasi oleh seluruh kelompok belajar
Ø Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya
Ø Reseptif meningkat
Ø Pendapat induktif distimulasi
Ø Partisipan mengungkapkan proses berpikir mereka






Segi
Model Pembelajaran Probing Promting
Model Active Learning
Kelema han
Ø Siswa  merasa  takut  apabila  guru  kurang  dapat  mendorong  siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang.
Ø Tidak  mudah  membuat  pertanyaan  yang  sesuai  dengan  tingkat berfikir dan mudah dipahami siswa.
Ø Waktu sering banyak terbuang apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
Ø Dalam jumlah siswa yang  banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa
Ø Keterbatasan waktu
Ø Membutuhkan waktu untuk persiapan
Ø Jumlah siswa yang cukup banyak, kegiatan diskusi kurang dapat memperoleh hasil yang optimal
Ø Keterbatasan materi, peralatan, dan sumber daya.

2.4.  Keaktifan Belajar
Keaktifan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kegiatan, sedangkan belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada diri individu menuju arah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam proses belajar yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu maupun individu dengan lingkungan disekitarnya.
Menurut Wiratmoyo (2005), Keaktifan belajar diartikan sebagai suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan dan berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku siswa berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut.
Keaktifan belajar adalah aktifitas fisik maupun mental. Selama kegiatan belajar mengajar kedua aktifitas tersebut harus terkait, sehingga menghasilkan aktifitas belajar yang optimal. Terdapat beberapa macam aktifitas belajar yang dilakukan oleh siswa disekolah antara lain (Wiratmoyo, 2005):
1.    Visual activities,  seperti: membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi orang lain.
2.    Oral activities, seperti: mengatakan, merumuskan, bertanya, memberi sran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi interupsi.
3.     Listening Activities, seperti : mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, pidato.
4.    Writing Activities, seperti : menulis : ceritera, karangan, laporan, tes, angket, menyalin.
5.    Drawing Activities, seperti : membuat : grafik, peta, diagram
6.    Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi

7.    Mental Activities, seperti : menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan
8.    Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, berani, gembira.

2.5.  Prestasi Belajar
Prestasi berarti hasil yang telah dicapai. Belajar berarti pencapaian pengetahuan atau keterampilan atau perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu menuju arah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi dan latihan. Menurut Suryabrata ( dalam Rosida dan Suprihatin, 2011) Prestasi  belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam belajar.  Prestasi belajar dalam bentuk nilai diperoleh melalui hasil pengukuran proses belajar. Prestasi belajar  adalah suatu hasil yang diperoleh siswa dalam usaha belajar yang dilakukannya  dan merupakan produk dari suatu proses yang dilakukan individu adalah kegiatan belajar.
Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa berupa penguasaan pengetahuan atau keterampilan setelah menerima pembelajaran sehingga terdapat perubahan pad diri siswa kearah yang lebih baik. Prestasi belajar siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau indeks prestasi yang diperoleh dari hasil pengukuran prestasi belajar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut (Sari, 2009):


1.    Faktor-Faktor Internal
Meliputi fisiologis dan faktor psikologis. Contoh faktor fisiologis adalah kebutuhan nutrisi, kesehatan dan fungsi panca indra. Di antara panca indra yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Sedangkan faktor psikologis mempengaruhi kualitas perolehan pembelajaran siswa, misalnya tingkat kecerdasan, sikap, minat, bakat, dan motivasi siswa.
2.    Faktor-Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi:
a.    Faktor lingkungan sosial seperti masyarakat, teman-teman kelas, guru dan para staf administrasi.
b.    Faktor lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar dan waktu belajar yang digunakan siswa.
c.    Faktor pendekatan belajar sebagai strategi dalam efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.

2.6.  Materi Energi Mekanik
Energi mekanik merupakan gabungan dari energi kinetik dan potensial dari suatu benda. Secara matematis dapat dirumuskan
EM=Ep+Ek
EM = m.g.h + ½ m v2
dengan :
m=massa benda (kg)
g=percepatan grafitasi(m/s^2)
h=ketinggian (m)
v=kecepatan benda (m/s)
Sebelumnya telah dibahas bahwa energi mekanik merupakan gabungan energi potensial dan energi kinetik.  Lalu apa itu hukum kekekalan energi? Atau bisa disebut sebagai hukum kekekalan energi mekanik. Mari kita bahas secara kuantitatif.
Sebagai contoh, mari kita perhatikan gerak jatuh bebas sebuah benda yang mula-mula berada pada ketinggian tertentu di atas  tanah. Tanah kita tetapkan sebagai titik acuan. Lalu bagaimana besar energi potensial dan energi kinetik masing-masing selama bergerak? Dan bagaimana energi mekanik benda yang jatuh bebas.
Perhatikan gambar berikut!
 

             A      
                       V1

             B       
                        V2        h1
              C                                h


Dari persamaan energi kinetik dan energi potensial yang sebelumnya telah dipelajari, bagaimana energi mekanik yang dimiliki oleh benda yang jatuh bebas seperti pada gambar A dan B.
Besarnya usaha yang dilakukan benda jatuh bebas adalah...
WAB = F . S
WAB = W. S
WAB  = m.g. (h1-h2)
WAB = mg h1- mg h2.....................(1)
Menggunakan rumus usaha dan energi kinetik,
WAB = ∆Ek
WAB = EkB- EkA
WAB = ½ mv22 – ½ mv21.......................(2)
Dari persamaan (1) dan (2) didapat,
mg h1- mg h2 = ½ mv22 – ½ mv21
mg h1 + ½ mv21 = mg h2 + ½ mv22
EP1 + EP1 = EP2 + EK2
Em1 = Em2
Ternyata besarnya energi mekanik di A sama dengan di B, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besarnya energi mekanik pada sepanjang lintasan adalah tetap (kekal). Konsep ini dikenal dengan konsep energi mekanik, yang berbunyi besar energi mekanik dari benda yang berada dalam medan gravitasi adalah tetap.
Air terjun yang berada pada ketinggian tertentu senantiasa mengalirkan air dengan massa tertentu setiap menit. Kita ketahui bahwa massa air yang beradapada suatu ketinggian memiliki energi potensial gravitasi. Ketika massa air turun ke bawah energi potensialnya berkurang karena sebagian berubah menjadi energi kinetik. Ini sesuai dengan hukum kekekalan energi mekanik, makin ke bawah energi kinetik makin besar. Di bagian dasar air terjun hampir seluruh energi potensial di puncak telah berubah menjadi energi kinetik. Energi kinetik air yang cukup besar mengenai sudu-sudu turbin yang seporos dengan poros generator. Sebagai akibatnya  generator berputar dan menghasilkan energi listrik sebagai energi keluaran.