BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1. Model Pembelajaran Probing-Promting
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Probing-Prompting
Menurut arti katanya, probing adalah penyelidikan dan
pemeriksaan, sementara prompting adalah mendorong atau menuntun. Penyelidikan
dan pemeriksaan bertujuan untuk memperoleh sejumlah informasi yang telah ada
pada diri siswa agar dapat digunakan untuk memahami pemahaman atau konsep baru.
Pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan
tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Suherman:
2008). Sedangkan menurut Suyitno (2009) probing promting merupakan
pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan. Proses tanya
jawab dalam model pembelajaran ini dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak
sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak
bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam
proses tanya jawab.
Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran probing promting adalah suatu model pembelajaran dengan
cara guru memberikan serangkaian pertanyaan secara acak berdasarkan indikator
yang dimaksudkan untuk menggali dan menuntun gagasan sehingga dapat mengaitkan
pengalam dan pengetahuannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Pembelajaran Probing Prompting sangat erat kaitannya dengan
pertanyaan. Pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembelajaran ini disebut
probing question. Probing question adalah pertanyaan yang bersifat
menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa yang bermaksud untuk
mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat
serta beralasan Suherman (2001). Probing question dapat memberikan
motivasi kepada siswa untuk lebih memahami secara mendalam suatu masalah hingga
mencapai suatu jawaban yang dituju. Proses pencarian dan penemuan jawaban atas
masalah tersebut peserta didik berusaha menghubungkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang akan dijawabnya.
Model pembelajaran ini menggunakan tanya jawab yang dilakukan
dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus
ikut berpartisipasi aktif, sehingga siswa tidak dapat menghindar dari proses
pembelajaran, karena setiap saat siswa dapat dilibatkan dalam proses tanya
jawab. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran probing prompting,
akan terjadi suasana tegang di dalam kelas namun, suasana tegang demikian bisa
dikurangi dengan guru memberi serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah
ramah, suara menyejukkan, dan nada yang lembut. Pembelajaran harus disertai dengan
canda, senyum dan tertawa sehingga menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria.
Perlu diingat bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah
ciri siswa sedang belajar dan telah berpartisipasi.
Priatna (dalam Della, 2016) menyimpulkan bahwa proses probing
dapat
mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh tantangan, membutuhkan
konsentrasi dan keaktifan sehingga aktivitas komunikasi cukup tinggi. Selanjutnya,
perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang dipelajari cenderung lebih terjaga
karena siswa selalu mempersiapkan jawaban sebab mereka harus siap jika
tiba-tiba ditunjuk oleh guru. Terdapat dua aktivitas siswa yang saling
berhubungan dalam pembelajaran probing prompting, yaitu aktivitas siswa
yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun
pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan
sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran
tingkat tinggi Suherman (2001).
2.1.2 Langkah-Langkah Model
Pembelajaran Probing-Prompting
Terdapat lima langkah dalam model pembelajaran probing-promting.
Menurut Miftahul Huda (2013), langkah-langkah pembelajaran
probing-prompting adalah sebagai beriku:
Tabel
2.1. Langkah-langkah model
pembelajaran probing-promting
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
|
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan memotivasi siswa.
|
Fase 2 : Menghadapkan siswa pada situasi baru.
|
- Guru menghadapkan siswa
pada situasi baru, misalkan dengan menampilkan gambar, rumus, atau situasi
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan
belajar mengajar.
|
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Fase
3: Mengorganisasikan kelompok
|
- Guru membentuk kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang
|
Fase
4 :
Membimbing
diskusi dengan pertanyaan yang bersifat probing -promting
|
- Guru mengajukan pertanyaan
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus atau indikator kepada siswa (Guru
menunggu beberapa saat agar siswa merumuskan jawaban)
- Guru menunjuk salah satu siswa
mewakili kelompok untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
- Jika jawabannya tepat,
maka guru meminta tanggapan kepada siswa dari kelompok lain tentang jawaban
tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang
sedang berlangsung. Namun, jika jawabannya kurang tepat, tidak tepat, atau
diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya
merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban. Kemudian guru memberikan
pertanyaan yang menuntun siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi,
hingga siswa dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau
indikator
|
Fase 5 : Evaluasi
|
- Guru mengajukan pertanyaan
akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa indikator tersebut
benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa
-
Guru
mengajak siswa menyimpulkan secara materi yang telah dipelajari.
|
2.1.3 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Probing-Promting
Kelebihan
dan kekurangan model pembelajaran probing-promting
(Damayanti, 2016) adalah sebagai berikut:
1. Keunggulan menggunakan model probing
prompting:
Ø Mendorong siswa aktif berfikir.
Ø Memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali.
Ø Perbedaan pendapat
antara siswa dapat
dikompromikan atau diarahkan
kepada suatu diskusi.
Ø Pertanyaan dapat
menarik dan memusatkan
perhatian siswa, sekalipun ketika
itu siswa sedang
ribut, yang mengantuk
kembali tegar.
Ø Sebagai cara meninjau kembali bahan ajar
yang lampau.
Ø Mengembangkan keberanian
dan ketrampilan siswa
dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
2. Kelemahan dalam
menggunakan model pembelajaran probing promting adalah sebagai berikut:
Ø Siswa
merasa takut apabila
guru kurang dapat
mendorong siswa untuk berani,
dengan menciptakan suasana yang tidak tegang.
Ø Waktu sering banyak terbuang apabila
siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
Ø Dalam
jumlah siswa yang
banyak, tidak mungkin
cukup waktu untuk memberikan
pertanyaan kepada setiap siswa.
2.2. Model Active Learning
2.2.1
Pengertian Model Active Learning
Istilah active berarti gesit, giat dan bersemangat,
sedangkan learning artinya mempelajari. Learning diartikan
pengetahuan perbuatan belajar
mengandung arti dalam
diri seseorang. Menurut Silberman (2007), belajar aktif
merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung,
dan secara pribadi
menarik hati. Selain
itu belajar aktif juga
meliputi berbagai cara
untuk membuat peserta
didik aktif sejak
awal pembelajaran melalui aktivitas
yang menyenangkan. Active
learning merupakan salah satu cara atau strategi pembelajaran yang menuntut
keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu
mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga
semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active
learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau anak didik
agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Belajar aktif membantu siswa untuk
mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan
mendiskusikanya dengan teman yang lain, yang paling penting peserta didik perlu
melakukan dan memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba
keterampilan-keterampilan, dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada
pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang harus mereka capai.
Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik
aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan
dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Dalam
jurnal Active Learning Handbook dikatakan, “Active Learning is a
process where in students are actively engaged in building understanding
of facts, ideas, and skills through the completion of instructor
directed tasks andactivities” (Daniel dan Jahna, 2009). Artinya,belajar
aktif merupakan proses dimana siswa secara aktif terlibat dalam membangun
pemahaman fakta, ide, dan keterampilan melalui penyelesaian instruktur
diarahkan tugas dan kegiatan. Dari berbagai pengertian yang telah dijelaskan diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran aktif (active learning)
sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum.
Pembelajaran aktif menepatkan siswa sebagai student center (berpusat
pada siswa) didalam kegiatan pembelajaran yang mengembangkan cara-cara belajar
mandiri, mengembangkan bakat, berpikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal
melakukan aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu
yang singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Ketika peserta didik belajar dengan aktif berarti
mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Mereka secara aktif menggunakan
otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan
atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan
yang ada dalam kehidupan nyata.
2.2.2 Prinsip-Prinsip Active Learning
Untuk menjadikan suasana belajar aktif, maka
pembelajaran harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis serta
mengetahui prinsip-prinsipnya. Prisip-prinsip belajar aktif antara lain:
1. Stimulus belajar
Yang dimaksud dengan stimulus belajar adalah segala hal di luar individu
itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Pesan yang diterima siswa
dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut
dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik dan lain-lain. Stimulus
hendaknya disampaikan dengan upaya membantu agar siswa menerima pesan dengan
mudah.
2. Perhatian dan motivasi
Perhatian adalah pemusatan
tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek. Sedangkan yang dimaksud dengan
motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Perhatian dan motivasi
akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, untuk memotivasi dan
memberikan perhatian pada kegiatan belajar, guru dapat melakukan
berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan pembelajaran yang
menyenangkan.
3. Respon yang dipelajari
Belajar adalah proses
belajar yang aktif, sehingga apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan
belajar sebagai respon siswa terhadap stimulus guru, maka tidak mungkin siswa
dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki.
Keterlibatan atau respon
siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian,
proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi
kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi,
melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain.
4. Penguatan
Setiap tingkah laku yang
diikuti oleh kepuasan terhadap bebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan
untuk diulang kembali. Sumber penguat
belajar untuk pemuasan kebutuhan yang berasal dari luar adalah nilai, pengakuan
prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, pemberian hadiah dan lain-lain.
5. Asosiasi
Secara sederhana, berfikir asosiatif adalah berfikir dengan cara
mengasosiasikan sesuai dengan lainnya. Berfikir asosiatif itu merupakan proses
pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respon. Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan
yang bermakna, berorientasi kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, pemberian
contoh yang jelas, pemberian latihan yang jelas, pemberian latihan yang
teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan. Di sini siswa dihadapkan pada situasi baru yang dapat menuntut
pemecahan masalah melalui informasi yang telah dimilikinya.
2.2.3
Langkah-Langkah Model Active Learning
Pembelajaran aktif (Active Learning)
dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh
anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang
memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu, pembelajaran aktif (Active Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Menurut Machmudah (2008) langkah-langkah model
pembelajaran aktif (Active Learning) sebagai berikut:
Tabel 2.2. Langkah-langkah model pembelajaran Active Learning
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
|
-
Dalam fase ini, guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa.
|
Fase 2: Menyajikan
informasi
|
-
Guru menyampaikan penjelasan secara umum kepada
siswa.
|
Fase 3: Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok
|
-
Guru membagi siswa yang
beranggotakan 4-5 siswa.
-
Guru
membagikan kartu berisi informasi
|
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Fase 4 : Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
- Dalam fase ini guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
|
Fase 5: Evaluasi
|
-
Dalam
fase ini guru meminta siswa mempresentasikan
hasil diskusi.
-
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan
memberikan soal dan penjelasan
|
Fase 6 : Memberikan penghargaan
|
-
Guru memberikan penghargaan bagi
kelompok yang terbaik.
|
2.2.4 Kelebihan dan
Kelemahan Active Learning
Active learning sebagai model dalam pembelajaran
mempunyai kelebihan sebagai berikut:
1.
Peserta didik lebih termotivasi
Model pembelajaran active learning dapat memungkinkan terjadinya pembelajaran yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan merupakan faktor
motivasi untuk peserta didik. Lebih mudah menyampaikan materi ketika
peserta didik menikmatinya. Dengan melakukan hal yang sedikit berbeda, peserta didik akan
lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
2. Pertisipasi oleh seluruh kelompok belajar
Peserta didik
merupakan bagian dari rencana pembelajaran. Informasi tidak diberikan pada peserta didik,
tetapi peserta didik mencarinya. Beberapa kegiatan membutuhkan kekuatan,
kecerdasan, dan membutuhkan peserta didik untuk menjadi bagiannya. Semua
mempunyai tempat dan berkontribusi berdasarkan karakteristik masing-masing.
3. Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya
Peraturan dan
bahasa boleh diubah menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Dengan membuat
perubahan, kita dapat melakukan kegiatan yang relevan dengan berbagai usia kelompok yang bervariasi
dengan mengeksplorasi konsep yang sama.
4. Reseptif meningkat
Dengan menggunakan
active learning sebagai model dalam pembelajaran di mana prinsip-prinsip dan
penerapan dari prinsip-prinsip diekspresikan oleh peserta didik, informasi menjadi
lebih mudah untuk diterima dan diterapk
5. Pendapat induktif distimulasi
Jawaban atas pertanyaan
tidak diberikan tetapi dieksplorasi. Pertanyaan dan jawaban muncul dari peserta didik selama
kegiatan pembelajaran.
6. Partisipan mengungkapkan proses berpikir mereka
Sementara kegiatan
diskusi berlangsung, pendidik dapat mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
Dengan demikian pendidik dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang harus diberikan
sesuai dengan kebutuhan.
7. Memberi kesempatan untuk mengambil resiko dan memperbaiki kesalahan
Peserta didik
merasa bebas untuk berpartisipasi dan belajar melalui keterlibatan mereka
karena mereka tahu bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan simulasi. Mengambil resiko
merupakan hal yang sulit dalam masyarakat yang mengidolakan pemenang. Dengan
memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi tanpa tekanan untuk
menjadi pemenang, kita telah memberi kebebasan untuk mencoba tanpa merasa malu
untuk melakukan kesalahan.
Sedangkan kelemahan-kelemahan dalam penerapan model pembelajaran active learning adalah:
1.
Keterbatasan waktu
Waktu yang disediakan untuk pembelajaran
sudah ditentukan sebelumnya, sehingga untuk kegiatan pembelajaran yang memakan
waktu lama akan terputus menjadi dua atau lebih pertemuan.
2.
Kemungkinan bertambahnya waktu untuk persiapan
Waktu yang digunakan untuk persiapan
kegiatan akan bertambah, baik waktu untuk merancang kegiatan maupun untuk
mempersiapkan agar peserta didik siap untuk melakukan kegiatan.
3.
Ukuran kelas yang besar
Kelas yang mempunyai jumlah peserta didik yang relatif banyak akan
mempersulit terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan active learning.
Kegiatan diskusi tidak akan dapat memperoleh hasil yang optimal.
4.
Keterbatasan materi, peralatan dan sumber daya
Keterbatasan
materi, peralatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran, serta
sumberdaya akan menghambat kelancaran penerapan active learning dalam pembelajaran.
2.3. Perbandingan Model Pembelajaran Probing
Promting Dan Model Active Learning
Model
Pembelajaran Probing Promting dan model active learning memiliki
beberapa perbedaan yang mendasar, baik dari segi definisi, langkah
pembelajaran, kegiatan diskusi, kelebihan, dan kelemahan. Perbedaan-perbedaan
tersebut dapat dilihat dari tabel perbandingan model pembelajaran probing
promting dan model active learning di bawah ini.
Tabel
2.3 Perbandingan Model Pembelajaran Probing
Promting Dan Model Active Learning
Segi
|
Model
Pembelajaran Probing Promting
|
Model
Active Learning
|
Definisi
|
suatu model pembelajaran dengan cara guru memberikan serangkaian
pertanyaan secara acak berdasarkan indikator yang dimaksudkan untuk menggali
dan menuntun gagasan siswa sehingga dapat mengaitkan pengalam dan
pengetahuannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
|
model yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada
aktivitas, keaktifan, dan partisipasi penuh dari setiap siswa selama proses
belajar berlangsung sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dengan
baik.
|
Segi
|
Model
Pembelajaran Probing Promting
|
Model
Active Learning
|
Langkah
pembela jaran
|
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
2. Menyajikan informasi
3. Mengorganisasikan kelompok
4. Membimbing kelompok bekerja dan
belajar secara probing promting
5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan
|
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
2. Menyajikan informasi
3. Mengorganisasikan kelompok
4. Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan
|
Kelebi han
|
Ø Mendorong siswa aktif berfikir
Ø Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa
Ø Memberi kesempatan siswa bertanya hal
yang kurang jelas
Ø Perbedaan pendapat antar siswa dapat
di arhkan dalam bentuk diskusi
Ø Dapat digunakan sebagai cara mengingat
kembali materi yang pernah dipelajari
Ø Melatih keberanian dan keterampilan siswa menjawab dan mengemukakan pendapat.
|
Ø Peserta didik
lebih termotivasi
Ø Melatih siswa untuk mengambil resiko
dan memperbaiki kesalahan
Ø Pertisipasi oleh
seluruh kelompok belajar
Ø Kegiatan
bersifat fleksibel dan ada relevansinya
Ø Reseptif meningkat
Ø Pendapat
induktif distimulasi
Ø Partisipan
mengungkapkan proses berpikir mereka
|
Segi
|
Model
Pembelajaran Probing Promting
|
Model
Active Learning
|
Kelema han
|
Ø Siswa
merasa takut apabila
guru kurang dapat
mendorong siswa untuk berani,
dengan menciptakan suasana yang tidak tegang.
Ø Tidak
mudah membuat pertanyaan
yang sesuai dengan
tingkat berfikir dan mudah dipahami siswa.
Ø Waktu sering banyak terbuang apabila
siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
Ø Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap siswa
|
Ø
Keterbatasan
waktu
Ø
Membutuhkan
waktu untuk persiapan
Ø
Jumlah
siswa yang cukup banyak, kegiatan diskusi kurang dapat memperoleh hasil yang
optimal
Ø
Keterbatasan
materi, peralatan, dan sumber daya.
|
2.4. Keaktifan Belajar
Keaktifan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kegiatan,
sedangkan belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada diri individu
menuju arah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi dan
latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
individu dalam proses belajar yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih
baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu
maupun individu dengan lingkungan disekitarnya.
Menurut Wiratmoyo (2005), Keaktifan belajar diartikan sebagai suatu kegiatan yang
menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun kepribadian
yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan dan
berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat
interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku siswa
berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut.
Keaktifan belajar adalah aktifitas fisik maupun mental. Selama
kegiatan belajar mengajar kedua aktifitas tersebut harus terkait, sehingga
menghasilkan aktifitas belajar yang optimal. Terdapat beberapa macam aktifitas
belajar yang dilakukan oleh siswa disekolah antara lain (Wiratmoyo, 2005):
1. Visual activities, seperti: membaca,
memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi orang lain.
2. Oral activities, seperti: mengatakan, merumuskan, bertanya, memberi sran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi interupsi.
3. Listening Activities, seperti : mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, pidato.
4. Writing Activities, seperti : menulis : ceritera, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin.
5. Drawing Activities, seperti : membuat : grafik, peta, diagram
6. Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi model,
mereparasi
7. Mental Activities, seperti : menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa,
melihat hubungan, mengambil keputusan
8. Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, berani, gembira.
2.5. Prestasi Belajar
Prestasi
berarti hasil yang telah dicapai. Belajar berarti pencapaian pengetahuan atau
keterampilan atau perubahan perilaku yang terjadi
pada diri individu menuju arah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat
adanya interaksi dan latihan. Menurut Suryabrata ( dalam Rosida dan Suprihatin, 2011)
Prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai seseorang dalam belajar.
Prestasi belajar dalam bentuk nilai diperoleh melalui hasil pengukuran
proses belajar. Prestasi belajar adalah
suatu hasil yang diperoleh siswa dalam usaha belajar yang dilakukannya dan merupakan produk dari suatu proses yang
dilakukan individu adalah kegiatan belajar.
Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh siswa berupa penguasaan pengetahuan atau
keterampilan setelah menerima pembelajaran sehingga terdapat perubahan pad diri
siswa kearah yang lebih baik. Prestasi belajar siswa biasanya dinyatakan dalam
bentuk nilai atau indeks prestasi yang diperoleh dari hasil pengukuran prestasi
belajar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
sebagai berikut (Sari, 2009):
1. Faktor-Faktor Internal
Meliputi fisiologis dan faktor psikologis. Contoh faktor
fisiologis adalah kebutuhan nutrisi, kesehatan dan fungsi panca indra. Di
antara panca indra yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.
Sedangkan faktor psikologis mempengaruhi kualitas perolehan pembelajaran siswa,
misalnya tingkat kecerdasan, sikap, minat, bakat, dan motivasi siswa.
2. Faktor-Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi prestasi belajar meliputi:
a. Faktor lingkungan sosial
seperti masyarakat, teman-teman kelas, guru dan para staf administrasi.
b. Faktor lingkungan non sosial
seperti gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar dan waktu belajar yang
digunakan siswa.
c. Faktor pendekatan belajar
sebagai strategi dalam efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.
2.6. Materi Energi Mekanik
Energi mekanik merupakan gabungan dari energi kinetik dan
potensial dari suatu benda. Secara matematis dapat dirumuskan
EM=Ep+Ek
EM = m.g.h + ½ m v2
EM = m.g.h + ½ m v2
dengan :
m=massa benda (kg)
g=percepatan grafitasi(m/s^2)
h=ketinggian (m)
v=kecepatan benda (m/s)
g=percepatan grafitasi(m/s^2)
h=ketinggian (m)
v=kecepatan benda (m/s)
Sebelumnya
telah dibahas bahwa energi mekanik merupakan gabungan energi potensial dan
energi kinetik. Lalu apa itu hukum
kekekalan energi? Atau bisa disebut sebagai hukum kekekalan energi mekanik.
Mari kita bahas secara kuantitatif.
Sebagai
contoh, mari kita perhatikan gerak jatuh bebas sebuah benda yang mula-mula
berada pada ketinggian tertentu di atas
tanah. Tanah kita tetapkan sebagai titik acuan. Lalu bagaimana besar
energi potensial dan energi kinetik masing-masing selama bergerak? Dan
bagaimana energi mekanik benda yang jatuh bebas.
Perhatikan
gambar berikut!
A
V1
B
V2 h1
C h
Dari
persamaan energi kinetik dan energi potensial yang sebelumnya telah dipelajari,
bagaimana energi mekanik yang dimiliki oleh benda yang jatuh bebas seperti pada
gambar A dan B.
Besarnya usaha
yang dilakukan benda jatuh bebas adalah...
WAB =
F . S
WAB =
W. S
WAB = m.g. (h1-h2)
WAB =
mg h1- mg h2.....................(1)
Menggunakan
rumus usaha dan energi kinetik,
WAB =
∆Ek
WAB =
EkB- EkA
WAB =
½ mv22 – ½ mv21.......................(2)
Dari persamaan
(1) dan (2) didapat,
mg h1-
mg h2 = ½ mv22 – ½ mv21
mg h1
+ ½ mv21 = mg h2 + ½ mv22
EP1 +
EP1 = EP2 + EK2
Em1 =
Em2
Ternyata
besarnya energi mekanik di A sama dengan di B, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa besarnya energi mekanik pada sepanjang lintasan adalah tetap
(kekal). Konsep ini dikenal dengan konsep energi mekanik, yang berbunyi besar
energi mekanik dari benda yang berada dalam medan gravitasi adalah tetap.
Air terjun yang berada
pada ketinggian tertentu senantiasa mengalirkan air dengan massa tertentu
setiap menit. Kita ketahui bahwa massa air yang beradapada suatu ketinggian
memiliki energi potensial gravitasi. Ketika massa air turun ke bawah energi
potensialnya berkurang karena sebagian berubah menjadi energi kinetik. Ini
sesuai dengan hukum kekekalan energi mekanik, makin ke bawah energi kinetik
makin besar. Di bagian dasar air terjun hampir seluruh energi potensial di
puncak telah berubah menjadi energi kinetik. Energi kinetik air yang cukup
besar mengenai sudu-sudu turbin yang seporos dengan poros generator. Sebagai
akibatnya generator berputar dan
menghasilkan energi listrik sebagai energi keluaran.