Tuesday 2 October 2018

Pengertian Pengembangan Kurikulum Secara Umum




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untun mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan jawaban atas sjumlah tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan. Pengembangan kurikulum dilakukan atas sejumlah komponen pada pendidikan, diantaranya pada pembelajaran yang merupakan implementasi dari kurikulum. Hasil dari proses ini adalah adanya perubahan pada guru dan siswa, serta komponen lain nya. Pandangan tentang kurikulum dikenal dalam dimensi kurikulum yang membedakan peran dan fungsinya. Oleh karna itu perlu di pahami mengenai seluk beluk kurikulum.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian Pengembangan Kurikulum Secara Umum?
2.      Bagaimana Pengembangan Kurikulum Tingkat Dasar?
3.      Bagaimana Pengembangan Kurikulum Tingkat Menengah Pertama?
4.      Bagaimana Pengembangan Kurikulum Tingkat Menengah Atas?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk Mengetahui Pengembangan Kurikulum Secara Umum
2.      Untuk Mengatahui Bagaimana Pengembangan Kurikulum Tingkat Dasar
3.      Untuk Mengetahui Bagaimana Pengembangan Kurikulum Tingkat Menengah Pertama
4.      Untuk Mengetahui Bagaimana Pengembangan Kurikulum Tingkah Menengah Atas.

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Pengertian Pengembangan Kurikulum Secara Umum

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum. Menurut Unruh & Unruh (Oemar Hamalik, 2006) mengemukakan definisi pengembangan kurikulum yakni: Curriculum Development: problems, proces, and progress is aimed at contenporary circumtarces and future projections (Pengembangan Kurikulum: masalah, proses, dan kemajuan ditujukan untuk situasi sekarang dan proyeksi masa depan). Berdasarkan pengertian tersebut, pengmbangan kurikulum tidak hanya merupakan suatu hal yang terjadi begitu saja namun perkembangan kurikulum harus mampu mengatisipasi permasalahan yang terjadi sekarang ataupun yang akan terjadi pada masa depan. Selain itu pengembangan kurikulum yang terjadi harus mempersiapkan berbagai contoh dan alternatif umtuk tindakan yang merupakan inspirasi dari bebapa ide dan penyesuaian-penyesuaian lain yang dianggap penting.[1]
Audrey Nicholls & Howard Nicholls (Oemar Hamalik, 2006) merumuskan kembali secara lebih jelas bahwa pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah: the planning of learning opportunities intended to bring about certain desred in pupils, and assesment ot the extent to wich these changes heve teken plece.[2]
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksutkan untuk membawa peserta didik ke  arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri peserta didik dengan adanya hubungan yang telah direncanakan dan dikontrol antara peserta didik, pendidik, bahan peralatan, dan lingkungan dimana belajar diharapkan terjadi.
Penegembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembangan kurikulum ( curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurukulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengertian kurikulum yang semakin luas membuat para pelaksana kurikulum memberikan batasan sendiri terhadap kurikulum.
 Namun berbedaan pengertian tersebut tidak menjadi masalah yang besar terhadap pencapaian tujuan pendidikan, apabila pengembangan kurikulum didasarkan  pada landasan dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Hal ini dimaksutkan agar pengembangan yang dilaksanakan susuai dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional. perwujudan prinsip, aspek dan konsep kurikulum terletak pada guru. Sehingga guru memiliki tanggung jawab terhadap tercapainya tujuan kurikulum itu sendiri. Oleh sebab itu, seorang pelaksana kurikulum perlu mengetahui dan melaksakan beberapa landasan dan prinsip-prinsip menjadi pedoman dalam pengembangan kurikulum. Namun hal ini sering diabaikan oleh para pelaksana kurikulum, sehingga pencapaian tujuan pendidikan tidak optimal.[3] 

2.      Pengembangan Kurikulum Tingkat Dasar

Perkembangan kurikulum SD di Indonesia
Pembaharuan kurikulum SD dapat dipahami lebih baik apabila konteks historis dari pembaharuan itu diketahui. Pembaharuan atau inovasi kurikulum dimaksudkan adalah cara baru dan kreatif dalam seleksi, penggunaan sumber-sumber manusia dan organisasi dan material yang diharapkan akan meningktkan hasil-hasil yang berkenaan dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Lebih lanjut, Nasution (1982:156), menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum pada hakikatnya sangat kompleks karena banyaknya faktor yang terlibat didalamnya. Tiap kurikulum didasarkan atas asas-asas tertentu, yakni :
a.       Asas filosois, yang pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikannya.
b.      Asas sosiologis yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, perkembangan IPTEk.
c.       Asas organisasi yang memberikan dasar-dasar, dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun, dan bagaimana luas dan dan urutannya.
d.      Asas psikologis yang memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anaak dalam berbagai aspek.
Perkembangan kurikulum menyangkut banyak faktor, misalnya mempertimbangkan isudan kepada isu mengenai kurikulum , siapa yang terlibat, bagaimana proses, tujuan, kepada siapa kurikulum itu ditujukan. Faktor inilah yang menjadi pertimbangan untuk menyempurnakan atau mengubah kuriulum dari waktu ke waktu.[4]
Adapun perkembngan kurikulum yang diberlakukan di Indonesia meliputi beberapa fase, yaitu :
1.      Kurikulum SD sebelum tahun 1968
Sebelum orang-orang Eropa masuk ke Indonesia pendidikan yang didirikan oleh lembaga-lembaga pendidikan sebenarnya sudah ada dan materi pelajaran yang diajarkan lebih berorientasi dibanding pengembangan agama, setelah agama islam masuk ke Indonesia maka didirikanlah dari lembaga-lembaga keagamaan yakni, pesantren-pesantren yang memberikan pelajaran-pelajaran tentang keislaman yang lebih teratur dan mendalam.
Pada awal abad ke-20 muncul era revolusi yang menggolongkan tiga kelas yakni : ELS(Eropesche Lagere School) untuk orang Eropa, Tionghoa dan Indonesia, HCS (Hollands Inlandshe School) untuk rakyat bumipetra kalangan atas.






2.      Kurikulum SD tahun 1968
Pada tahun ini terjadi peristiwa G-30-SPKI yang menandai masa berakhirnya orde lama. Peristiwa ini berpengaruh pada tatanan politik, ekonomi, sosial, dan budaya termasuk alam pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka isi pendidikan diarahkan untuk :
a.       Mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan memperkuat keyakinan agama.
b.      Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan.
c.        Mempertimbangkan fisik yang kuat dan sehat.
Penerbitan kurikulum ini dari tingkat kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi dan terbagi dalam tiga kelompok besar dalam kurikulum SD 1968 yaitu : kelompok pembinaan jiwa pancasila, kelompok pembinaan pengetahuan dasar, dan kelompok pembinaan kecakapan khusus.
3.      Kurikulum SD tahun 1975
Pada kurikulum ini dikenal dengan tonggak pembarua yang lebih nyata dan lebih mantap pada sistem pendidikan nasional. Perubahan kurikulum ini dimaksudkan untuk mencapai keselarasan antar kurikulum dan kebijakan baru dibidang pendidikan, berikut :
a.       Memiliki sifat dasar yang lebih baik.
b.      Memiliki jasmani dan rohani.
c.       Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, bekarja di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan asas-asas pendidikan seumur hidup.
Kurikulum SD tahun 1975 menganut pendekatan yang berorientasi kepada tujuan, pendekatan integratif, pendekatan sistem dan pendekatan ekosistem.
4.      Kurikulum SD tahun 1984
Pengembangan kurikulum 1984 berorientasi pada landasan teori, yaitu : pendekatan proses belajar mengajar yang diarahkan agar murid memiliki kemampuan untuk memproses perolehannya. Kurikulum ini mengacu kepada tiga aspek perkembangan murid, yaitu : ranah kognitif yang berisi kemampuan berfikir, ranah efektif yang mengungkapkan pengembangan sikap dan ranah psikomotor yang berisi kemampuan bertindak.
Kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam kurikulum sekolah dasar meliputi kegiatan intrakulikuler, kokurikuler, dan ekstrakulikuler.
Pada GBHN 1983 dinyatakan bahwa  pendidikan berdasarkan pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, kecerdasaan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Tujuan pendidikan nasional menjadi acuhan dari tujuan pendidikan sekolah pada kurikulum 1984, yakni :
a.       Mendidik murid agar menjadi manusia seutuhnya berdasarkan pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri dan ikut bertanggung jawab trhadap pembangunan bangsa.
b.      Memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi.
c.       Memberikan kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya.
5.      Kurikulum SD tahun 1994
Didalam kurikulum SD tahun 1994 menggunakan sistem catur wulan yang membagi waktu belajar satu tahun ajaran menjadi tiga bagian waktu. Isi kurikulum SD tahun 1994, sesuai dengan UU no.2/1989 dan PP no.28/1990, sekurang-kurangnya memuat bahan kajian tentang pendidikan pancasila, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis, matematika, pengantar sains dan teknologi, ilmu bumi, ilmu sejarah umum, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar serta bahasa Inggris. Kajian tersebut juga merupakan mata pelajaran satu persatu yang mencerminkan kepribadian pada individu masing-masing.
6.      Kurikulum SD tahun 2004 (KBK)
Di kurikulum berbasis kompetensi (KBK), sebenarnya tidak jauh berbeda dari kurikulum 1994, perbedaannya hanya cara murid belajar dikelas. Dalam kurikulum 1994 dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangnkan kurikulum ini dicantumkan dengan sistem semester.
Pada kurikulum sebelumnya murida hanya menerima pembelajaran isi materi dari guru saja, dalam kurikulum 2004 ini, para siswa dituntut aktif mengembangkan keterampilan dan menerapkan IPTEK tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meskipun sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi (bersaing). Jadi guru disini, hanya bertindak sebagai fasilitator. Dalam kegiatan dikelas siswa bukan lagi sebagai objek, namun subjek sekaligus objek dalam pembelajaran. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya. 
7.      Kurikulum SD tahun 2006 (KTSP)
 Kurikulum tingkat kesatuan pendidikan (KTSP) atau kurikulum tahun 2006 adalah sebuah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan dari masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. Secara Yuridis Undang-Undang  Nomor 20 tahun 2003 dan peratuan pemerintah RI nomor 19 tahun 2005tentang standar pendidikan Nasional, KTSP sangatlah mengacu pada standar isi dan standar kelulusan (SKL), untuk pendidikan menengah diterbitkan melalui Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS). Pada prinsipnya, KTSP sangatlah bagian yang tidak bisa terpisahkan dari SI, namun perkembangan tersebut diserahkan oleh kepala sekolah itu sendiri.[5]

3.      Pengembangan Kurikulum Tingkat Menengah Pertama

SMP merupakan lembaga pendidikan formal sesudah SD dan merupakan persiapan bagi sekolah menengah atas (SMA). Perkembangan kurikulum SMP di Indonesia mengalami masa yang meliputi :
A.    Masa Penjajahan Belanda
Pada pemerintahan Belanda, Kurikulum Sekolah Menengah Pertama yang formal sudah ada kesesuaiannya dengan masa sekarang.
a)      Periode Sebelum Tahun 1900
Sekolah Menengah Pertama didirikan tahun 1960 oleh Gymnasium. Lamanya belajar 3 tahun, siswa-siswanya hanya orang-orang Barat/golongan Ningrat. Hal ini didasarkan atas kebutuhan pegawai-pegawai yang terdidik. Adapun mata pelajaran (vakken) yang diajarkan pada Gymnasium, yakni :
1)      Bahasa Belanda (Nederlande Taal)
2)      Bahasa Inggris (Engelsce Taal)
3)      Ilmu Hitung (Kekenkunde en)
4)      Aljabar (Algebra)
5)      Ilmu Ukur (Meetkunde)
6)      Ilmu Alam/kimia (Naturkunde/Schiedkunde)
7)      Ilmu Hayat (Biologie)
8)      Ilmu Bumi (Arsdrykskunde)
9)      Sejarah (Geschiedenis/Staatkunde)
10)  Tata Buku (Boekhouden)
Kurikulum  Sekolah Menengah sebelum tahun 1990, mata pelajaran atau vak yang diberikan berdasarkan kebutuhan akan pegawai Negeri (Onderdeming).
b)     Periode 1900 - 1914
Situasi politik akhir abad ke-19 mengalami perubahan, karena adanya revolusi sosial, industri, dan sebagainya. Karena semakin berpengaruhnya pandangan aliran Humanisme. Hal ini berlaku bagi negara Belanda, sehingga timbul paham yang disebut Politis etnis (erschuld). Aliran ini menuntut agar pemerintahan jajahan memerhatikan rakyat jajahannya, sehingga dibukalah sekolah-sekolah untuk penduduk pribumi (BumiPutera) agar mendapat pekerjaan yang agak tinggi.   
c)      Periode 1914 - 1935
Dengan meluasnya paham Humanitas dikalangan orang Belanda, akhirnya pemerintah didesak untuk memperluas pendidikan bagi kaum pribumi. Maka didirikanlah sekolah MULO, lama belajarnya ditambah `1 tahun. Dalam memahami pelajaran, ditambah bahasa Melayu dan mulai dimasukkan di kurikulum untuk melakukan sekolah lanjutan.

d)     Periode 1935 – 1945
Karena keterbatasan pendidikan yang bersifat skill pada sekolah MULO, pemerintah Belanda mengubah struktur organisasi MULO dengan mrengembangkan Bahasa Indonesia (yang dulunya bahasa Melayu) pada kelas tiga, untuk memenuhi tuntutan masyarakat.
B.     Masa Penjajahan Jepang
Pada masa penjajahan jepang, kurikulum yang di terapkan bertujuaan agar rakyat dapat membantu pertahanan jepang. Karena itu, vak yang di ajarkan pada masa pemerintahan Belanda di ubah sesuai dengan keinginan bangsa jepang . Hal itu di mulai dari perubahan bahasa, dari bahasa belanda di ubah menjadi bahasa jepang, mata pelajaran ilmu pasti, ilmu lam, ilmu hayat di jadikan pengetahuan dasar, seperti yang di berikan di MULO, yaitu pada bagian ilmu pasti alam. Mata pelajaran ilmu bumi, sejarah, tatanegara yang dahulunya terpusat pada Belanda sekarang terpusat pada Belanda sekarang  berubah terpusat pada Jepang ( Asia Timur Raya).
Mata pelajaran Gymnasium/ pendidikan jasmani di berikan tiap hari sebelum masuk sekolah, sedangkan sekolah dasar kemiliteran di berikan pada murid-murid sekolah. Musik nyanyian Belanda di ganti menjadi musik nyanyian Jepang Asia Jaya dan di ajarkan di sekolah Gayo,serta di laksanakan pula semacam SAPTA USAHA UTAMA, dimana murid diharuskan menanami halaman sekolah dan rumahnya dengan tanam-tanaman yang berguna, seperti jeruk, dan sebagainya. Jadi, kurikulum pada masa penjajahan Jepang banyak mengalami perubahan.

C.    Masa Republik Indonesia

1.      Masa 1945-1950
Seperti yang telah dijelaskan, isi kurikulum pendiddikan masa penjajahan Belanda berorientasikan kepada tujuan untuk mempersiapkan tenaga pegawai yang diperlukan oleh pemerintah Belanda, dan pada masa penjajahan jepang isi kurikulumnya bertujuan untuk membantu kelancaran dan pertahanan jepang selama mereka berada di Indonesia. Sedangkan pada masa Indonesia merdeka, yang diawali dengan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, telah menimbulkan hidup baru dalam segala bidang, termasuk dalam bidang pendidikan. Dengan fenomena tersebut, perubahan sistem pendidikan pun sangat diperlukan bahkan sangat mendesak. Sebagai pedoman bagi rakyat, pemerintah menggunakan Rencana Usaha Pendidikan dan Pengajaran yang telah disiapkan pada saat-saat terakhir pendudukan Jepang. Kemudian, Ki Hajar Dewantara, Menteri PP dan K, mengeluarkan instruksi umum yang memerintahkan kepada semua kepala sekolah dan guru-guru, yakni:
·         Pengibaran sang saka merah putih dihalaman sekolah pada setiap harinya;
·         Menyanyikan lagu Indonesia Raya,sebagai lagu kebangsaan;
·         Menurunkan bendera jepang dan menghilangkan Kimigayo;
·         Menghapuskan Bahasa jepang dan semua ucapan yang berasal dari balatentara jepang;
·         Memberikan semangat kebangsaan kepada anak didik atau murid
Kemudian,atas usul BPKNIP,tertanggal 19 Desember 1945, Menteri O&K membentuk panitia penyelidikan dan pengajaran. Panitia melalukan perombakan Sekolah menengah pertama ala Jepang menjadi sekolah Menengah pertama ala jepang menjadi sekolah Menengah pertama ala Pribumi,lamanya 3 (tiga tahun), dengan kategori-kategori:
v  Bagian A : Bahasa dan pengetahuan sosial
v  Bagian B : Ilmu pasti dan pengetahuan.
Sekolah ini diperuntukkan bagi semua anak Indonesia. Meskipun telah terjadi perombakan, tetapi isi kurikulumnya sebagian masih ada yang merupakan kelanjutan dari MULO, milik belanda. Agar lebih jelasnya, tabel 1 diharapkan dapat mambantu. Uraiannya: kelas II,7 jam perharinya (Senin sampai Kamis),3 jam (jum’at), dan 6 jam untuk hari Sabtu. Untuk kelas III dan II adalah 3×7 jam, 2×6 jam, dan 5 jam pada hari jum’at. Tapi jam pelajaran lamanya 45 menit, istirahat 2×5 menit. Ilmu pasti, Berhitung, Ilmu Hayat, Ilmu alam merupakan kurikulum lanjutan dari MULO.
2.      Masa 1950-1962
Meskipun sebelumnya indonesia telah memiliki SMP,yakni pada masa1945-1950,sebagai revisi dari MULO,namun belum semua anak Indonesia dapat mengenyamnya,karena pada waktu itu belum semua wilayah Indonesia telah dikuasai pemerintah RI.
Setelah mengungsi ke Australia,belanda ingin menjajah Indonesia lagi dengan mendirikan NICA. Pemerintah RI yang legal mengalami pemindahan dari jakarta ke yogyakarta, sementara itu pihak belanda terus melancarkan Aksi Militer I dan II (1947,1948). Akhirnya,negara Imdonesia mengalami perpecahan dengan berbagai daerah kantong. Setelah terjadi KMB (Konfrensi Meja Bundar) dan tergabung dalam RIS, negara-negara bagian pun muncul sebagai follow-up dari daerah-daerah kantong sebelumnya, misalnya: Negara bagian Pasundan, Jawa Timur, Sumatera Timur, dan lain-lain.
Aplikasi dalam bidang pendidikan pun mengalami berbagai perbedaan antara satu negara bagian dengan negara bagian lainnya. Bagi Republik Indonesia, tetap masih berlaku sistem pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi di luar RI kembali kepada MULO (dulu). Di negara Pasundan, SMP lamanya 4 tahun, di negara Sumatera Timur IMS lamanya juga 4 tahun.
Dengan terbentuknya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada tanggal 17 Agustus 1950, struktur dan sistem pendidikan harus diseragamkan, dan sebagai pedomannya adalah SMP di Yogyakarta (milik RI) dan akan diberlakukan pada semua SMP ditanah air, yang namanya diubah menjadi SMP Otomatis dengan kurikulum SMP RI (Yogyakarta).

 

D.    Kurikulum Sekolah menengah atas (SMA)

Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia sejak masa penjajahan dan pasca kemerdekaan dapat dikatagorikan sebagai berikut:
1.      Kurikulum SMA pada masa Belanda
Sekolah Menengah Atas (SMA) pada zaman Belanda adalah AMS (Algemene Midelbare Schppl). Sekolah ini berdiri pada tahun 1919, setelah mendirikan Sekolah Menengah Pertama, seperti MULO (Meer uifgebried Onder Wijs) pada tahun 1914, Gymana sium villent 3 tahun (1897), dan HBS (1875) dengan lama pendidikan 3 tahun kemudian berubah menjadi 5 tahun.
AMS mempunyai tujuan:
- Memberi kesempatan kepada pemuda indonesia (tamatan MULO untuk meneruskan pelajaran)
- Sebagai jembatan untuk meneruskan ke perguruan tinggi
- Mendidik anak didik untuk menjadi pegawai-pegawai Kolonial Belanda dan mempertahankan kekuasaannya
- Lamanya pendidikan AMS adalah 3 tahun,yang terbagi menjadi: bagian A dan bagian B
- Bagian A: Ilmu pengetahuan kebudayaan, yakni kesusastraanTimur (AI), Kesusastraan Klasik Barat (AII)
- Bagian B: Ilmu pengetehuan Kealaman
            Mata pelajaran pokok AMS bagian AI (kesusastraan Timur) adalah bahasa jawa , Bahasa Melayu, Sejarah Indonesia (ditinjau dari kepentingan Belanda) danilmu bangsa-bangsa. Mata pelajaran AMS II (Kesusastraan Klasik Barart) adalah Bahasa latin.Sedangkan,mata peljaran pokok AMS B adalah Ilmu pasti dan Ilmu Alam. Lulusan jenis sekolah AMS ini dapat melanjutkan ke perguruan ting i (PT). Namun hanya memungkinkan dari kalangan anak pegawai pemerintah kolonial.[6]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan jawaban atas sjumlah tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan. Pengembangan kurikulum dilakukan atas sejumlah komponen pada pendidikan, diantaranya pada pembelajaran yang merupakan implementasi dari kurikulum. Hasil dari proses ini adalah adanya perubahan pada guru dan siswa, serta komponen lain nya. Pandangan tentang kurikulum dikenal dalam dimensi kurikulum yang membedakan peran dan fungsinya. Oleh karna itu perlu di pahami mengenai seluk beluk kurikulum.

B.     Saran
Setelah mengetahui penjelasan perkembangan kurikulum diatas, bisa dilihat perbedaan dari sebelum era kemerdekaan dan sampai pada kemerdekaan saat ini.















DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990.
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005
Download.portugalgaruda.org.article.
Blogspot.com
https//anzdoc.com.




[1] Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990). hlm. 35.
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005). hlm. 135.
[3] M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 86-87.
[4] Download.portugalgaruda.org.article.22:24/28
[5] Blogspot.com, 23:41/30/09/2018
[6] https//anzdoc.com,20:15/1/10/2018