Wednesday, 20 March 2019

Apa yang dimaksud manajemen mutu pendidik?


BAB I
Pendahuluan
A.    Latar belakang
Istilah manajemen mutu dalam pendidikan sering disebut sebagai Total Quality Manajement (TQM). Aplikasi konsep manajemen mutu- TQM dalam pendidikan ditegaskan oleh Sallis yaitu Total Quality Management adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus-menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelangganya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa manajemen mutu-TQM menekankan padadua konsep utama. Pertama, sebagai suatu filosofi dari perbaikan terus menerus (continous improvement) dan kedua, berhubungan dengan alatalat dan teknik seperti "brainstorming " dan "force field analysis" (analisiskekuatan lapangan), yang digunakan untuk perbaikan kualitas dalam tindakan manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan pelanggan.
Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah hanyalah merupakan wadah. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga pada tahap imbal jasa, merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah, karena itu sekolah yang bermutu mensyaratkan adanya tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud manajemen mutu pendidik?
2.      Apa yang dimaksud dengan tenaga kependidikan madrasah ?
C.    Tujuan
1. untuk mengetahui manajemen mutu pendididik
2. untuk mengetahui tenaga kependidikan madrasah









Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Manajemen Mutu Pendidikan
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing” pengelolaan, sedangkan pelaksananya disebut dengan manager atau pengelola.
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistemik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu profesi, manajer dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik.[1]
Stoner dikutip James A.F., menjelaskan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Terry menjelaskan “manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.[2]
Harold menjelaskan bahwa management knowledge is organized around the basic functions of managers planning, organizing, staffing, leading and controlling.4(Pengetahuan manajemen adalah pengetahuan terorganisir di sekitar fungsi dasar perencanaan para manajer, pengaturan, susunan kepegawaian, terkemuka dan mengendalikan)
            Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu bukanlah benda yang magis atau sesuatu yang rumit. Mutu didasarkan pada akal sehat. [3]
            Mutu adalah kemampuan (ability) yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa (services) yang dapat memenuhi kebutuhan atau harapan, kepuasan (satisfaction) pelanggan (customers) yang dalam pendidikan dikelompokkan menjadi dua, yaitu internal customers dan ekternal. Internal customers yaitu siswa atau mahasiswa sebagai pembelajar (liarners)dan ekternal customers yaitu masyarakat dan dunia industry. Mutu tidak berdiri sendiri, artinya banyak faktor untuk mencapainya dan untuk memelihara mutu. Dalam kaitan ini peran dan fungsi sistem penjaminan mutu sangat dibutuhkan. [4]
            Saat membicarakan perbaikan mutu pendidikan, sering kali yang dibicarakan adalah perbaikan peringkat kenaikan kelas atau nilai raport. Dalam sekolah yang bertipe seperti itu, tanggung jawab perbaikan mutu pendidikan lebih banyak pada guru. Secara umum para guru terfokus hanya pada aspek pendidikan seorang siswa: membantu siswa belajar dan mendapatkan pengetahuan. Bila mutu dimulai sebagai proyekterisolasi disekolah atau ruang kelas, dan hal tersebut hampir mempengaruhi keseluruhan mutu pendidikan.
Istilah manajemen mutu dalam pendidikan sering disebut sebagai Total Quality Manajement (TQM). Aplikasi konsep manajemen mutu- TQM dalam pendidikan ditegaskan oleh Sallis yaitu Total Quality Management adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus-menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelangganya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa manajemen mutu-TQM menekankan padadua konsep utama. Pertama, sebagai suatu filosofi dari perbaikan terus menerus (continous improvement) dan kedua, berhubungan dengan alatalat dan teknik seperti "brainstorming " dan "force field analysis" (analisiskekuatan lapangan), yang digunakan untuk perbaikan kualitas dalam tindakan manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan pelanggan.
Mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan sebaliknya. Hal tersebut berarti mutu dalam pendidikan merupakan sesuatu hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan.
Mutu merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang makin keras.14
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen mutu adalah suatu proses atau kerangka kerja dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya dalam mencapai gambaran atau karateristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.
2. Ruang Lingkup Manajemen Mutu Pendidikan
Manajemen mutu pendidikan tidak lepas dari tiga model yaitu: input, proses dan output. Dalam usaha peningkatan mutu dengan menggunakan model ini, ada beberapa kriteria dan karakteristik sekolah yang harus dipenuhi sebagai berikut:
a. Input Pendidikan
Input pendidikan meliputi aspek sebagai berikut:
1) Memiliki Kebijakan Mutu
Lembaga pendidikan secara eksplisit menyatakan kebijakannya tentang mutu yang diharapkan. Dengan demikian gerak nadi semua komponen lembaga tertuju pada peningakatan mutu sehingga semua pihak menyadari akan pentingnya mutu.
Kesadaran akan pentingnya mutu yang tertanam pada semua gerak komponen sekolah akan memberikan dorongan kuat pada upayaupaya atau usaha-usaha peningkatan mutu.
2) Sumber Daya Tersedia dan Siap
Sumber daya merupakan input penting yang diperlukan untuk berlangsung proses pendidikan di sekolah. Tanpa sumber daya yang memadai, proses pendidikan di sekolah tidak akan berlangsung secara memadai, yang pada gilirannya mengakibatkan sasaran sekolah tidak akan tercapai.
Sumber daya dapat dibagi menjadi dua,sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan dan lain sebagainya) dengan penegasan bahwa
sumber daya selebihnya tidak akan mempunyai arti apapun bagi perwujudan sasaran sekolah tanpa adanya campur tangan sumber daya manusia.
3) Memiliki Harapan Prestasi Tinggi
Sekolah mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki komitmen dan motivasi yang kuat untuk
meningkatkan mutu sekolah secara optimal.
Demikian juga denganguru dan peserta didik, harus memiliki kehendak kuat untuk berprestasi sesuai dengan tugasnya.
4) Fokus Pada Pelanggan (Khususnya Peserta Didik)
Pelanggan, terutama peserta didik, harus merupakan focus dari semua kegiatan sekolah. Artinya, semua input dan proses yang dikerahkkan di sekolah, tertuju utamanya untuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik. Konsekuensi logis dari ini semua adalah bahwa penyiapan input dan proses belajar mengajar harus benarbenar mewujudkan sosok utuh mutu dan kepuasan yang diharapkan dari peserta didik. Syafaruddin membuat kategorisasi pelanggan dunia pendidikan menjadi dua bagian, yaitu pelanggan dalam (internal customer) yang terdiri dari: pegawai, pelajar dan orang tua pelajar. Sementara yang termasuk pelanggan luar (exsternal
customer) adalah: perguruan tinggi, dunia bisnis, militer dan masyarakat luas pada umumnya.16
5) Input Manajemen
Sekolah memiliki input manajemen yang memadai untuk menjalankan roda sekolah. Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya secara efektif. Input manajemen yang dimaksud adalah: tugas yang jelas, rencana yang rinci, dan sistematis, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolah untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efesien untuk menyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.
b. Proses dalam Pendidikan
1) Efektifitas Proses belajar Mengajar Tinggi
Sekolah memiliki efektifitas proses balajar mengajar (PBM) yang tinggi. Proses belajar mengajar yang menjadikan peserta didik sebagai faktor utama pendidikan. Dalam hal ini guru harus menjadikan peserta didik memiliki kecakapan untuk belajar dan memperoleh pengetahuan tentang cara belajar yang efektif (learning how to learn). Untuk itu guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang menyenangkan (joyful learning) sehingga peserta didik tidak merasa tertekan atau terpaksa ketika menghadapi pembelajaran di dalam kelas.[5]
2) Kepemimpinan yang Kuat
Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor utama dalam mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah dikatakan berkualitas apabila kepala sekolah dapat memberi pengaruh yang lebih baik dalam tindakan-tindakan kinerjanya. Sehingga warga sekolah dapat bekerja maksimal sesuai dengan program yang telah ditentukan.
Guru dan karyawan lainya, akan termotivasi melakukan perbaikan-perbaikan dalam kinerjanya, karena kinerja para anggota organisasi sekolah lahir dari ketrampilan dan kepemimpinan Kepala Sekolah.[6]
3) Pengelolaan yang Efektik Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah hanyalah merupakan wadah. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga pada tahap imbal jasa, merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah, karena itu sekolah yang bermutu mensyaratkan adanya tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya.
4) Sekolah Memiliki Budaya Mutu
Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku selalu didasari oleh profesionalisme. Budaya mutu memiliki elemen-elemen sebagai berikut:
(a) informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk mengadili atau mengontrol orang,
(b) kewenangan harus sebatas tanggung jawab,
(c) hasil harus diikuti rewards dan punishment,
(d) kolaborasi, sinergi, bukan kompetisi, harus merupakan basis atau kerja sama
(e) warga sekolah harus merasa aman terhadap pekerjaannya,
(f) atmosfir keadilan (fairnes) harus ditanamkan,
(g) imbal jasa harus sesuai dengan pekerjaannya, dan (h) warga sekolah merasa memiliki sekolah.
5) Sekolah Memiliki Team Work yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis
Output pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil individual. Karena itu, budaya kerjasama antar fungsi dalam sekolah, antar individu dalam sekolah, harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari dalam sekolah. Budaya kolaboratif antar fungsi yang harus selalu ditumbuhkembangkan hingga tercipta iklim
kebersamaan.
c. Output yang diharapkan.
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Ouput adalah kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi yang dihasilkan dari proses sekolah. Kinerja sekolah diukur dari kualitasnya, efektitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya.
3. Strategi Manajemen Mutu Pendidikan
Ada beberapa strategi dalam mengelola dan mengembangkan lembaga pendidikan Islam baik berupa pesantren, madrasah atau sekolah,yaitu: 8
a. Merumuskan visi, misi dan tujuan lembaga yang jelas, serta berusaha keras mewujudkannya melalui kegiatan riil sehari hari.
b. Membangun kepemimpinan yang benar-benar profesional (terlepas dari intervensi ideologi, politik, organisasi, dan mazhab dalam menempuh kebijakan lembaga).
c. Menyiapkan pendidik yang benar-benar berjiwa pendidik sehingga mengutamakan tugas-tugas pendidikan dan bertanggung jawab terhadap kesuksesan peserta didiknya.
d. Menyempurnakan strategi rekrutmen siswa secara proaktif dengan”menjemput” bahkan”mengejar bola”.
e. Berusaha keras untuk memberi kesadaran pada para siswa bahwa belajar merupakan kewajiban paling mendasar yang menentukan masa depan mereka.
f. Merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
g. Menggali strategi pembelajaran yang dapat mengakselerasi kemampuan siswa yang masih rendah menjadi lulusan yang kompetitif.
h. Menggali sumber-sumber keuangan nonkonvensional dan mengembangkannya secara produktif.
i. Membangun sarana dan prasarana yang memadai untuk kepentingan proses pembelajaran, terutama ruang kelas, perpustakaan, dan laboratarium.
Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka strategi peningkatan mutu dalam pendidikan meliputi: input, proses dan output. Input pendidikan adalah segala sesuatu karakteristik yang tersedia dari pondok pesantren karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses input sumber daya meliputi: sumber daya manusia (kiai, guru, karyawan, dan siswa) dan sumber daya selebihnya (peralatan, perlengkapan, dana, bahan dan sebagainya). Input perangkat lunak meliputi struktur pesantren atau sekolah, peraturan tata tertib, deskripsi tugas, rencana, program, dan sebagainya. Input berupa harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkatan kesiapan input. Maka tinggi
kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses atau perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya.[7]
Berdasarkan manajemen mutu di atas, bahwa dalam meningkatkan mutu pendidikan tidak lepas dari manajemen mutu pendidikan yang dikenal dalam pendidikan adalah Total Quality Management (TQM).
            B. Tenaga kependidikan Madrasah
Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah hanyalah merupakan wadah. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga pada tahap imbal jasa, merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah, karena itu sekolah yang bermutu mensyaratkan adanya tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya.
a.       Permasalahan khusus pendidik dan Tenaga kependidikan
-          Pendidik bukan berasal dari yang sesuai. Padahal, dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan pasal 28 ayat 2 dijelaskan bahwa pendidik harus sesuai dengan ijazah dan serifikat keahlian yang relevan dengan perundang-undangan yang berlaku.
-          Pendidik kurang menguasai dari 4 kompentensi yang harus dimiliki oleh pendidik maupun tenaga kependidikan yang kurang baik. Dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8 dijelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi yang diantaranya kompetensi dan diperjelas dalam pasal 10 ayat 1 yang berbunyi “kompetensi guru sebagai mana dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Selain itu, juga dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 Ayat 3 mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik.
-          Masih banyak pendidik yang belum memenuhi ketentuan sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun  2005 seperti pengajar ditingkat SD atau MI minimal berijazah S1 atau D4. Tetapi dalam kenyataan dimasyarakat masih terdapat pendidik yang belum berijazah D4 atau dengan kata lain masih D3.
-          Tenaga kependidikan biasanya masih berasal dari tenaga pendidik yang merangkap tugas menjadi tenaga kependidikan seperti guru merangkap menjadi tenaga admistrasi atau tenaga perpustakaan.[8]


















Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen mutu adalah suatu proses atau kerangka kerja dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya dalam mencapai gambaran atau karateristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.
Ruang Lingkup Manajemen Mutu Pendidikan meliputi, input pendidikan, proses pendidikan dan output pendidikan.
Tenaga kependidikan biasanya masih berasal dari tenaga pendidik yang merangkap tugas menjadi tenaga kependidikan seperti guru merangkap menjadi tenaga admistrasi atau tenaga perpustakaan.
B. Saran
            Penulisan makalah ini tentulah banyak sekali kekuranganya, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari kesempurnaan. Baik dari dosen mata kuliah maupun rekan-rekan mahasiswa.





Daftar Pustaka

Departemen Agama RI, Total Qoality Manajemen Di Madrasah, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembgaan Agama Islam, 2002
E. Mulyasa, Kurukulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung, Remaja Rodaskarya, 2002
George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen,  terj G.A Ticoalu. Cet Ketujuh, Jakarta: Bumi Aksara, 2000
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu,  Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009
Nanang Fatah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rodaskarya, 2012
Syafril, Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jl. Kebayunan, Kencana, 2017



[1] Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) hlm 1
[2] George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen,  terj G.A Ticoalu. Cet Ketujuh, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) hlm 1
[3] Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005) hlm 75
[4] Nanang Fatah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rodaskarya, 2012) hlm 2
[5] E. Mulyasa, Kurukulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung, Remaja Rodaskarya, 2002) hlm 149
[6] Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, ( Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006) hlm 66
[7] Departemen Agama RI, Total Qoality Manajemen Di Madrasah, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembgaan Agama Islam, 2002) hlm 3
[8] Syafril, Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jl. Kebayunan, Kencana, 2017) hlm 183-184