BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sejarah merupakan suatu
rujukan yang sangat penting untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik.
Berkaitan dengan itu kita bisa mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi pada
masa lalu, terutama bagi umat Islam. Perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad
Saw.. melalui berbagai macam cobaan dan tantangan yang dihadap untuk
menyebarkannya. Islam berkembang dengan pesat hampir semua lapisan masyarakat
dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan
titik tolak perubahan peradaban Islam kearah yang lebih maju.
Pada awal mula Nabi
Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT. yang isinya menyeru manusia untuk
beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar dari berbagai kalangan
Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan
lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang
demikian itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Mekah dilaksanakan secara
sembunyi-sembunyi, terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat
sedikit.
Keadaan ini berubah
ketika jumlah orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun
memerintah Nabi untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Bertambahnya
penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. membuat kemapanan spiritual yang sudah lama
mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah mereka berusaha
dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut. Dengan
cara diplomasi dan kekerasan mereka lakukan. Merasa terancan, Allah Swt.
memerintahkan Nabi Muhammad beserta kaum muslim lainnya untuk berhijrah ke kota
Madinah. Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
bentuk peradaban Islam pada Masa Rasulullah periode Mekah?
2. Bagaimana
bentuk peradaban Islam pada Masa Rasulullah periode Madinah?
C. Tujuan
Makalah
1. Untuk
mengetahui bentuk peradaban Islam pada Masa Rasulullah periode Mekah.
2. Untuk
mengetahui bentuk peradaban Islam pada Masa Rasulullah periode Madinah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Bentuk Peradaban Islam pada Masa Rasulullah
periode Mekah
Periode pertama dimulai
sejak Nabi Muhammad berada di Mekah yakni sejak ia menerima wahyu pertama sebagai pertanda diangkatnya Muhammad
sebagai nabi. Pada periode
pertama (Mekkah) Nabi hanya menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan
persoalan keimanan dan akhlak. Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat Arab
saat itu, yang jauh dari nilai-nilai religius dan nilai-nilai kemanusiaan. Dari
segi kepercayaan masyarakat Arab saat itu menganut agama pagan, sementara nilai
kemanusiaan sudah tidak ada artinya lagi, terutama nasib wanita dan kaum budak.[1]
Pokok pembinaan
pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendididkan tauhid, titik beratnya
adalah menanamkan nilai-nilai tauhid kedalam jiwa setiap individu muslim, agar
jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari[2]
Muhammad mulai menerima
wahyu dari Allah sebagai petunjuk dan instruksi untuk melaksanakan tugasnya,
sewaktu Beliau telah mencapai umur 40 tahun, yaitu pada tanggal 17 Ramadan
tahun 13 sebelum Hijrah (6 Agustus 610 M).[3]
Petunjuk dan instruksi tersebut berbunyi:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
"Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Yang menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah demi Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
(Q.S. Al-Alaq [96]: 1-5)[4]
Kemudian disusul dengan
wahyu yang berikutnya, yang berbunyi:
$pkr'¯»t ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ óOè% öÉRr'sù ÇËÈ y7/uur ÷Éi9s3sù ÇÌÈ y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ wur `ãYôJs? çÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ Îh/tÏ9ur ÷É9ô¹$$sù ÇÐÈ
Hai
orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan!. Dan
Tuhanmu agungkanlah!. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah(Q.S.
Al-Mudassir [74]: 1-7).[5]
Perintah dan petunjuk
tersebut pertama-tama tertuju kepada Muhammad SAW. tentang apa yang harus ia
lakukan, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap umatnya. Itulah petunjuk
awal kepada Nabi Muhammad SAW. agar Beliau memberikann peringatan kepada
umatnya. Kemudian bahan/materi diturunkan secara berangsur-angsur, sedikit demi
sedikit. Setiap kali menerima wahyu, segera ia sampaikan kepada umatnya,
diiringinya penjelasan-penjelasan dan contoh-contoh bagaimana pelaksanaannya.[6]
Karakteristik priode Mekah ini tercermin
dalam ayata-ayat al-Quran yang turun. Selama periode Mekah (13 tahun)
Al-Quran tak pernah sekalipun memberikan perintah untuk berperang. Ia hanya
memerintahkan umat Islam untuk bersabar, tekun dan suka memaafkan. Orang Islam
hanya diizinkan untuk berperang baru pada akhir priode ini agar mereka berhasil
hijrah ke madinah. Sehingga pada awal-awal priode ini wajar ketika umat islam
hanya defensif, memeprtahankan diri, dan sabar terhadap kekerasan masyarakat
Quraisy.[7]
Selama periode Mekkah ini Nabi Muhammad hanya berfungsi sebagai Rasul yang
mengajak masyarakat memeluk islam. Selama periode ini hanya beberapa orang saja
yang memeluk islam, itupun harus dikejar-kejar dan disakiti oleh orang-orang Quraisyi.
Diantara mereka yang memeluk Islam pertama kali adalah: Khadijah (istri
beliau), Ali b. Abi Thalib, Abu bakar, Zaid (bekas budak yang menjadi anak
angkat beliau), Ummu Aiman (pengasuh Nabi). Kemudian di ikuti dengan sahabat
yang lain seperti: Usman b. Affan, Zubair b. Awwam, Abbdurrahman b. Auf, Saad
b. Abi Waqaf dan Thallah b. Ubaidillah, mereka dibawa oleh Abu Bakar langsung
masuk Islam dihadapan Nabi.[8]
Pada masa permulaan turunnya al-Quran, sewaktu Nabi Muhhammad SAW.
mengajarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, para sahabat mempelajari al-Quran
di suatu rumah (rumah Arqam bin Abi al-Arqam). Mereka berkumpul
membaca al-Quran memahami kandungan setiap ayat yang diturunkan Allah dengan
jalan bermudarasah dan bertadarus. Setelah Umar bin Khattab memeluk Agama Islam
mereka dengan bebas membaca dan mepelajari al-Quran. Nabi Muhhammad SAW.
selalu menganjurkan kepada para sahabatnya supaya al-Quran dihafal dan selalu
dibaca, dan diwajibakan membacanya dari ayat-ayatnya dalam shalat, sehingga
kebiasaan membaca al-Quran tersebut merupakan bagian dari kehidupan mereka
sehari-hari, menggantikan kebiasaan mereka membaca syair-syair indah pada pada
masa sebelum Islam.[9]
Untuk menghibur nabi
yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra dan memikrajkan beliau pada tahun
ke-10 kenabian itu. Berita tentang Isra dan Mikraj ini menggemparkan
masyarakat Makkah. Bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk
mendustakan Nabi. Sedangkan, bagi orang yang beriman, ia merupakan ujian
keimanan.[10]
Penyiksaan orang-orang quraisyi terhadap kaum muslimin semakin
menjadi-jadi, sejak turunnya perintah agar Muhammad menyebarkan islam secara
terang-terangan, puncaknya terutama sejak dua pahlawan yang menjadi benteng
Muhammad meninggal dunia, mereka adalah Khadijah (istri Nabi) dan Abu Thalib
(pamannya). Namun demikian kaum muslimin dengan keteguhan iman dan penuh
kesabaran tak bergeming dengan apapun yang dilakukan orang-orang Quraisyi.
Hingga akhirnya mereka merasakan kebebasan ketika hijrah ke Madinah.[11]
Terdapat beberapa faktor mengapa
orang-orang kafir Quraisyi menolak ajaran Islam hingga mereka memusuhi islam:
1.
Secara politis, mereka tidak bisa membedakan antara
kenabian dan kekuasaan. Mereka menganggap dengan tunduknya kepada Muhammad dan
menerima ajarannya berarti tunduk pula kepada Bani Abdul Mutallib. Disinilah
tampak betapa Ashabiyah terhadap kelompok mereka sangat tinggi.
2.
Secara sosial, menganggap bahwa ajaran Muhammad sangat
bertentangan dengan realitas orang Arab. Ajaran Muhammad menyerukan persamaan
hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Keberatan ini terutama dari kelompok
bangsawan, sebab dimasyarakat Arab telah terjadi stratifikasi budak menjadi hal
biasa.
3.
Secara religius, apa yang dibawa Muhammad khususnya
tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di hari akhir, disamping
bertentangan dengan keyakinan mereka selama ini, juga telah menimbulkan
ketakutan luar biasa bagi mereka, akibat perilaku mereka yang tidak kenal
nilai-nilai kemanusiaan.
4.
Secara ideologis,
taklid terhadap nenek moyang sudah berurat berakar pada bangsa Arab.
5.
Secara ekonomis, mereka merasa dirugikan karena dalam ajaran Islam dikenalkan istilah halal
haram yang selama ini mereka tidak mengenalnya. Kebiasaan riba (rentenir) dan
mengkeruk keuntungan dari orang yang tak berdaya (kelompok hamba sahaya dan
mereka yang tidak berdaya secara ekonomi adalah menjadi kegemaran masyarakat
Arab.[12]
Dalam perjalanan
Nabi ke Yatsrib Nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba, sebuah desa
yang jaraknya sekitar 5 km
dari Yatsrib, nabi istirahat beberapa hari lamanya.
Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini nabi membangun
sebuah masjid. Inilah masjid pertama yang dibangun nabi, sebagai pusat
peribadatan. Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan nab, setelah
menyelesaikan segala urusan di Makkah.
Sementara itu, penduduk Yatsrib dan penduduk kota ini mengelu-elukan kedatangan
beliau dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi
nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun
Nabi (Kota Nabi) atau sering pula disebut Madinatul Munawwarah (Kota yang bercahaya. Karena dari sanalah
sinar Islam memancar keseluruh dunia. Dalam istilah sehari-hari, kota ini cukup
disebut Madinah saja.[13]
B.
Bentuk peradaban Islam pada Masa
Rasulullah periode Madinah
Selama 13 tahun
Rasuullah Muhammad SAW. Menghabiskan waktu di Mekkah, namun pengikutnya tidak
begitu banyak, akibat tekanan dari kelompok Quraisy, Hingga Beliau
memerintahkan pengikutnya untuk hijrah ke Madinah. Menjelang Hijrahnya Rasul ke
Madina terdapat kejadian penting yang tidak bisa dilupakan oleh umat Islam
sebagai awal pembentukan komonitas politik Islam. Peristiwa tersebut adalah
terjadinya baiah aqabah pertama dan kedua.[14]
Pada baiah
aqabah pertama terdapat 6 orang Madinah pada musim haji menghadap
Rasulullah dan menyatakan diri sebagai pemeluk Islam. Mereka menyatakan tunduk
pada kebenaran Allah dan Rasul-nya serta taat pada kebenran. Disamping itu
mereka menyatakan kesediaannya melindungi Beliau, melindungi wanita dan anak-anak.
Mereka menjamin Beliau dan meminta untuk menyatakan perang secara tegas. Satu
tahun kemudian datanglah orang Madinah (Yatsrib) membaiah kepada Rasul,
yang dalam sejarah islam sering disebut sebagai dengan baiah Aqabah kedua.
Isi baiah tersebut sebagaimana pada baiah pertama, termasuk ketaatan mereka
menerima standar moralitas baru yang merupakan dasar adanya masyarakat yang
mulia. Disamping itu pada baiah kedua ini semakain di pertegas tentang
kesiapan mereka membantu prdamian dan kesiapan berperang melawan musuh yang
lebih dahulu memerangi agama Islam dan pemerintahan yang akan dibentuk
kemudian.[15]
Sebelum hijrah
ke Madinah (nama sebelumya adalah Yasrib) telah banyak di antara penduduk kota
ini memeluk Islam. Penduduk Madinah pada mulanya terdiri dari suku-suku bangsa
Arab dan bangsa Yahudi, yang saling berhubungan dengan baik. Dari bangsa Yahudi
tersebut suku-suku bangsa Arab sedikit banyak mengenal Tuhan, agama Ibrahim dan
sebagainya. Sehingga setelah ajaran islam sampai kepada mereka, agak mudah
mereka menerimanya.[16]
Hijrah tersebut
memiliki makna filosofis yang mendalam yaitu sebagai sebuah strategi Rasul
dalam rangka menciptakan komonitas muslim yang mandiri dengan memiliki otoritas
politik yang independen.[17]
Suatu kenyataan bahwa hijrah Rasulallah beserta pengikutnya ke madinah, akibat
dari dua baiah tersebut. Sehingga dapat dikatan bahwa baiah tersebut
merupakan pondasi atau setidaknya embiro munculnya pemerintahan Islam.[18]
Hijrah dari mekkah
ke madinah tidak
hanya ingin menghindar
dari tekanan kaum Quraisy
akan tetapi ini
sebagian dari taktik
Rasulullah Saw untuk menyebarluaskan islam mengatur dan
menyusun kembali kekuatan dalam menghadapi tantangan-tantangan yang lebih
lanjut sehingga akhirnya nanti terbentuklah masyarakat baru.[19]
Setelah terjadinya hijrah yang di awali peristiwa baiah aqabah tersebut
berarti elemen essensial bagi masyarakat politik (negara) terpenuhi. Elemen
tersebut antara lain adalah:
pertama adanya
ikatan dengan suatu wilayah dalam hal ini adalah Madinah. Dengan diterimanya
Nabi oleh penduduk Madinah secara otomatis terdapat ikatan dengan wilayah
tersebut. Dengan tercapainya unsur wilayah mereka merasa aman dalam mengamalkan
ajaran islam, mereka dapat hidup secara damai, mempunyai otoritas dan mengawasi
serta mengembangkan sumber-sumber ekonomi sendiri. Serta menumbuhkan
kebersamaan bagi tiap individu untuk menumbuhkan solidaritas dan bekerjasama
untuk kebaikan. Elemen kedua masyarakat yang memiliki kesadaran sosial yakni
kerjasama antara perasan dan pikiran untuk mencapai tuntuk mencapai tujuan
umum. Mayarakat sosial dalam hal ini adalah masyarakat yang memiliki tanggung
jawab yang tinggi dan rasa memiliki terhadap keamanan dan kenyamanan wilayah
tersebut dari segala gangguan. Ketiga adalah institusi. Peristiwa hijrah
tersebut telah merubah setatus masyarakat muslim yang dulunya hanya kumpulan
masyarakat biasa menjadi masyarakat politik, yang memiliki otoritas politik.
Sebab hijrah itu diikuti dengan kesepakatan-kesepakatan antara Nabi dan
masyarakat Madinah.[20]
Pokok pembinaan
pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatan sebagai pendidikan sosial dan
politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu
pembinaan dibidang pendidikan sosial dan politik agar dijawai oleh ajaran,
merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.[21]
Periode kedua dakwah
Nabi Muhammad di Madinah, ajaran Islam banyak berkenaan dengan persoalan
kemasyarakatan. Hal ini berdasarkan wahyu yang turun kepada Nabi yang lebih
banyak menekankan pada pembentukan dan pembinaan kemasyarakatan. Oleh karena
itu kedudukan Nabi ketika di Madinah bukan hanya sebagai Rasul, melainkan juga
kepala Negara. Dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan yaitu kekuasaan
spiritual karena kapasitasnya sebagai Nabi dan kekuasaan duniawi dengan
kapasitasnya sebagai kepala Negara. Dengan demikian kedudukan Nabi sebagai
Rasul secara otomatis sebagai kepala negara.[22]
Proses pengangkatan
Nabi sebagai pimpinan
(kepala negara) ini berdasarkan
kesepakatan yang disebut
dalam perjanjian, bukan berdasarkan wahyu.
Dalam ilmu politik,
proses ini disebut kontraksosial. Implikasi
baiat adalah proteksi
dan kerjasama yang saling
menguntungkan. Sama halnya
masyarakat kesukuan menerapkan sebuah sistem
politik proteksi, suku
yang kuat dapat
diminta melindungi suku yang
lemah.[23]
Dampak perubahan
peradaban yang paling signifikan pada masa Rasulullah adalah perubahan tatanan
sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa amoral menuju moralitas yang
beradab. Dalam tulisan Ahmad
al-Husairy diuraikan bahwa peradaban pada masanabi dilandasi dengan asas-asas
yang diciptakan sendiri oleh Nabi Muhammad di bawah bimbingan wahyu. Di antara
dampak positifnya adalah dengan pembangunan masjid yang di kenal dengan masjid
Nabawi.[24]
Dengan terbentuknya
Negara Madinah, Islam semakin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu
membuat orang-orang Makkah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi risau. Kerisauan
ini akan mendorong orang-orang Quraisyi berbuat apasaja.untuk menghadapi
kemungkinan-kemungkinan gangguan dari musuh nabi, sebagai kepala pemerintah,
mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam diizinkan berperang
dengan dengan dua alasan :
1) Untuk
mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya dan
2) Menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan
dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalang-halanginya.[25]
Dalam sejarah Negara
Madinah ini memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya kaum Muslimin
mempertahankan diri dari serangan musuh. Nabi sendiri, diawal pemerintahannya,
mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan
calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan
Negara yang baru dibentuk.perjanjian damai dengan berbagai kabilah disekitar
Madinah juga diadakan dengan maksud memperkuat kedudukan Madinah.[26]
Adapun strategi yang di
lakukan rosulullah adalah sebagai berikut:
1.
Membangun masjid
Pembangunan masjid ini merupakan bagian dari
strategi dakwah pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk melebarkan
sayap Islam, karena masjid memiliki peranan penting dalam sejarah Islam. Di samping sebagai
tempat untuk beribadah, masjid juga merupakan madrasah yang menghasilkan
pemimpin Muslim yang berkompeten serta menjadi pembawa panji keislaman. Di sisi
lain, masjid juga menjadi tempat pemilihan khalifah, baiat, dan diskusi tentang
semua persoalan umat sekaligus menjadi pusat pemerintahan. Dari masjid pula
lahirlah para pasukan tangguh. Di masjid ini pula Nabi menyambut utusan para
suku dan delegasi para raja dan penguasa.[27]
Sebelum pembangunan masjid, unta yang dinaiki oleh
Nabi Muhammad SAW. berlutut dilokasi tersebut. Tempat tersebut merupakan
penjemuran kurma milik anak lelaki yatim dibawah pemeliharaan Asad ibnu
Zarrarah. Rasulullah berhasil membelinya dari mereka. Selanjutnya Rasulullah
memerintahkan membuat batu bata, lalu dimulailah pembangunannya. Dalam
pekerjaan ini Rasulullah SAW. sendiri langsung melibatkan diri untuk bekerja,
dan memberikan semangat pada kaum Muslimin yang bekerja. Arah kiblat
ditempatkan di sebelah kiri masjid yang menghadap ke arah Baitul-Maqdis.[28] Selesai masjid d bangun, maka disekitarnya
dibangun pula tempat-tempat tinggal sederhana, dan disesuaikan dengan
petunjuk-petunjuk Nabi Muhammad SAW.[29]
2.
Mempersaudarakan
anatara kaum Muhajirin dan kaum Anshar
Dalam melakasanakannya pendidikan ukhwah ini, Nabi
Muhammad SAW. bertitik tolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu.
Nabi Muhammad SAW. berusaha untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan yang
terpadu. Ikatan pertama yang menghubungkan antarhati mereka adalah iman kepada
Allah dan Rasulnya. Beliau menyakinkan kepada mereka bahwa Umat yang beriman
itu bersaudara, karenanya perbaikilah hubungan persaudaraan. Mereka di persatukan
karena Allah, artinya diikat oleh hubungan persaudaraan karena Allah tidak
dengan yang lainnya.[30]
3.
Memprakarsai
perjanjian piagam madinah
Untuk menjamin hak dan kewajiban setiap penduduk
Madinah, Rasulullah SAW. meprakarsai penyusunan piagam perjanjian yang disebut
piagam Madinah sebagai berikut:
3.1.Setiap
golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi, keagamaan,
dan politik.
3.2.Setiap
individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama.
3.3.Seluruh
penduduk Madinah yang terdiri dari kaum muslimin, yahudi, dan orang-orang Arab
yang belum masuk Islam sesama mereka hendaklah saling membantu dalam bidang
moral dan material
3.4.Rasulullah
SAW. adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan perselisihan
besar yang terjadi di Madinah harus di ajukan kepada Beliau untuk diadili
sebagaimana mestinya.
4.
Menggalang
kekuatan untuk memeprtahankan Agama
Meskipun
dakwah Islam banyak di lakukan dengan cara lemah lembut, ternyata masih
mendapat tantangan dan hambatan dari sebagian kelompok, bahkan kaum Yahudi
secara terang-terangan melanggar Piagam Madinah dan bersekutu dengan kaum
Quraisy. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. terpaksa memebela diri dan
mempertahankan Islam dengan meladeni mereka perang.[31]
Disamping
yang tercantum dalam piagam Madinah tersebut, Nabi melalui khotbah wada
(10H/631 M) menjelang wafat, beliau telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi
segala urusan Negara (Daflah Islamiyah).
Pesan itu meliputi :
1.
Persaudaraan
Islam, Persamaan derajat, dan permusyawaratan.
2.
Jaminan
kehormatan jiwa, harta dan kehormatan pribadi manusia.
3.
Kewajiban
memelihara dan menunaikan amanah.
4.
Keharusan
memberikan modal usaha dari pada noda riba.
5.
Penetapan hak
dan kewajiban timbal balik bagi suami istri.[32]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada 17
Ramadhan 611 M,
di Gua Hira
Malaikat Jibril muncul
di hadapan Nabi Muhammad
untuk menyampaikan wahyu
Allah SWT. Nabi
di perintahkan untuk
mnyeru manusia kepada satu
agama yaitu Islam.
Masa dakwah
Rasulullah terbagi menjadi
dua Fase yaitu Fase Makkah dan Madinah.
Pada Fase
Makkah kebijakan dakwa
Rasulullah adalah dengan
menonjolkan kepemimpinan
dengan menonjolkan aspek-aspek
keteladanannya. Dakwah yang
dilakukan oleh Nabi pada
Fase ini terbagi
menjadi dua yaitu
secara sembunyi-sembunyi dan
secara terang-terangan.
Pada Fase Madinah ada
beberapa bidang yang dikembangkan sebagai wujud dari upaya Nabi untuk
membentuk Negara Islam
diantaranya yaitu pembentukan
sistem sosial
kemasyarakatan, militer, politik,
dakwah, ekonomi, dan
sumber pendapatan Negara.
Pada fase ini Islam menjadi agama
yang sangat berkembang
dengan visi dan misi
yang satu yaitu menjadi negara
Islamiah dengan pedoman
Al-quran dan Sunnah Nabi. Dan Nabilah yang memperkenalkan pertama kali
konsep Negara Demokrasi yang sekarang banyak dianut oleh negara-negara modern Islam maupun non
Islam
B. Saran
Demikianlah
hasil makalah dari kelompok kami, tentu makalah ini tidak menutup kemungkinan ada beberapa kesalahan-kesalahan.
Oleh sebab itu, kami selaku penulis dari makalah ini mengharapkan adanya kritik
dan saran perbaikan dari makalah ini, khususnya kepada Dosen pengampu mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan atau
wawasan terutama mengenai Islam
pada Masa Rasulullah. Agar dapat dinilai sebagai ibadah oleh sang
pencipta segala makhluk.
DAFTAR
PUSTAKA
Agama RI, Kementerian. al-Quran dan
Terjemahannya. Bandung: CV Pernerbit Jumanatul Ali-Art (J-ART),
2004.
Al-Khudhari Bek, Muhammad.
Nurul yaqiin. Bandung:
Sinar Baru, 1989.
Hasanah,
Nor.
Sejarah
pradaban islam.
Pamekasan:
Stain pamekasan press, 2006.
Yatim,
Badri. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada, 2013.
Zuhairini,
Sejarah pendidikan islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.
Ali, Ummu Salamah, “Peradaban Islam
Madinah. KALIMAH, 2 (September
2017).
Hafiddin,
Hamim,
“Pendidikan Islam Pada Masa Rosulula”. Tarbiya,1
(2015).
Taufikurrahman,
“Pendidikan
Era Rasulullah Di Mekkah Dan Madinah. Al-Makrifat,
1 (April 2018).
Aysabdullah, Setrategi Dakwah Rosulullah di
Madinah, lengakp!, https://aisyabdullah.blogspot.com/2017/08/strategi-dakwah-rasulullah-di-madinah.html?m=1, diakses pada 07 Maret 2019.
[1] Nor Hasanah, Sejarah pradaban
islam,(pamekasan: Stain pamekasan press, 2006), hlm, 14-15
[2]
Hamim Hafiddin, Pendidikan
Islam Pada Masa Rosululah, Dalam Jurnal Tarbiya, vol. 1, No. 1
(2015), 24
[3]
Zuhairini, Sejarah pendidikan islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013),
hlm, 20.
[4] Kementrian Agama RI, al-Quran
dan Terjemahannya, (Bandung: CV Pernerbit Jumanatul Ali-Art (J-ART), 2004)
[6]
Zuhairini, Sejarah pendidikan islam, 21.
[9]
Zuhairini, Sejarah pendidikan islam, 29-30
[10]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2013), hal.24.
[13]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
25.
[16]
Zuhairini, Sejarah pendidikan islam, 32
[19] Taufikurrahman, Pendidikan Era Rasulullah Di Mekkah Dan
Madinah, Dalam Jurnal Al-Makrifat, vol. 3, No.1 (April
2018),71
[21]
Hamim Hafiddin, Pendidikan
Islam Pada Masa Rosululah, Dalam Jurnal Tarbiya, vol. 1, No. 1
(2015), 24.
[24] Ummu Salamah Ali, Peradaban
Islam Madinah, Dalam jurnal KALIMAH, Vol.. 15, No. 2(September
2017), 197.
[25]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,27.
[26]
Ibid.
[28]
Muhammad al-Khudhari Bek, Nurul yaqiin(Bandung: Sinar Baru, 1989),
hlm,117-118.
[29]
Zuhairini, Sejarah pendidikan islam, 34
[31]
Aysabdullah, Setrategi Dakwah
Rosulullah di Madinah, lengakp!, https://aisyabdullah.blogspot.com/2017/08/strategi-dakwah-rasulullah-di-madinah.html?m=1.Diakses
pada 07 Maret 2019.
[32]
Nor Hasanah, SejarahPeradaban Islam,
24.