BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
KONTEKS PENELITIAN
Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak
pernah terlepas dari peristiwa
komunikasi. Manusia adalah makhluk
sosial maka sudah sepantasnya mereka hidup berkelompok serta berkomunikasi
dengan cara yang disepakati antar setiap anggota kelompok manusia atau
masyarakat, tentunya dari perbedaan pola pikir dan lingkungan mereka memiliki cara yang berbeda antara satu kelompok, suku dan bangsa dengan yang
lainnya, serta dari lingkungan bermasyarakat itulah muncul budaya yang
tanpa sadar mereka ciptakan berdasarkan gaya hidup, adat istiadat dan kebiasaan mereka yang
juga berbeda. Berkembangnya ilmu pengetahuan
mereka mulai mengungkapkan pengalaman serta ide mereka lewat karya sastra. Antara manusia dan
sastra memiliki hubungan yang sangat erat sekali sehingga dapat ditarik garis lurus bahwa bagi sastra
masyarakat merupakan faktor penting sedangkan masyarakat adalah objek vital
bagi ilmu sosial yang akan saling
mempengaruhi karena satra muncul berdasarkan budaya dan budaya adalah
objek awal dari sebuah karya sastra yang lebih populer dengan antropologi
sastra.
Sastra
sendiri merupakan keindahan bahasa dan
kata kata dikenal dengan seni bahasa sedangkan Karya sastra sendiri adalah ungkapan pribadi
manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide semangat, keyakinan,
dalam suatu bentuk gambaran kehidupan yang dapat membangkitkan pesona dengan
alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan maka dar itu karya sastra
sering dijadikan dokumen sosial budaya seperti halnya sejarah kemerdekaan suatu
negara yang dipaparkan dalam bentuk buku cerita yang disebut fiksi historis
(historical fiction). Jakop Sumarjo dalam bukunya yang berjudul ‘Apresiasi
kesusastraan’ mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuah usaha untuk
merekam isi jiwa sastrawannya. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang
akan disampaikan kepada orang lain yang berbentuk tulisan atau dokumen. https://wahidasputra.wordpress.com/2016/03/29/manusia-dan-santra/ diakses pada 25 Agustus 2018 jam19:10.
Kata karya
sastra berasal dari bahasa sangsekerta yang memiliki arti “tulisan”. Kata
tersebut memiliki awalan “su” yang bermakna baik atau indah sehingga menjadi nsusastra
, artinya menjadi tulisan yang baik atau tulisan yang indah. Dikehidupan sehari-hari akan jarang sekali
kita mendengar kata susastra atau bahkan mungkin sudah tidak lagi terdengar
akan tetapi kini sudah berganti menjadi sastra saja atau karya sastra sedang
orang yang menghasilkan karya sastra akan disebut sastrawan. karya satra
adalah objek manusiawi, factor kemanusiaan, atau fakta cultural, sebab
merupakan hasil ciptaan manusia. meskipun demilikian, karya itu mempunyai
eksistensi yang khas yang membedakannya dari fakta kemanusiaan lainnya seperti
sistem sosial dan ekonomi dan yang
menyamakannya dengan system seni rupa,
seni suara, dan sebagainya (Zuhri 2001:23) Seorang sastrawan sendiri membuat
suatu karya seni atau sesuatu yang indah yang hasilnya mampu memberikan
kebahagiaan bagi dirinya atau penikmatnya, berbicara tentang jenis
jenisnya karya sastra digolongkan
menjadi beberapa bagian yaitu puisi,
prosa dan drama.
Puisi yang
peneliti pilih dalam penelitian ini adalah puisi karya sastrawan senior dari Pulau
Garam yakni pulau Madura, D Zawawi Imron beliau tidak hanya dikenal sebagai
sastrawan saja melainkan juga sejarawan yang hingga saat ini masih giat dalam
melestarikan budaya Madura. Pada tanggal 9 Desember 2018 beliau menerima
penghargaan sebagai budayawan dari presiden Jokowi Dodo. Budaya Madura yang beragam hingga tak ayal jika dalam
tulisan tulisannya beliau membubuinya
dengan tradisi atau budaya di daeranya seperti halnya dalam Puisi Celurit emas
yang mana celurit merupakan simbol perlawanan orang Madura dari ketertindasan. Celurit merupakan senjata
tradisional yang hingga kini masih dipakai oleh orang Madura hingga menurut
penulis puisi inilah yang tepat untuk dikaji melalui unsur unsur antropologi sastra melalui pemaparan penulisnya
yang epik yang menguak sisi lain dari kehidupan orang Madura lewat puisi. Istilah Celurit Emas mengingatkan
penulisnya pada saat gencar-gencarnya operasi senjata tajam Era Soeharto, Benny
Moerdani, dan Soedomo selaku pangkokamtib. Puisi ini pun bersama puisi lain
yang tergabung dalam buku bertajuk yang sama
telah diterbitkan pula dalam
bahasa Belanda oleh penerbit Uitgeverij Doune Rotterdam denganjudul Goden
Sikkel.
Penulis menemukan beberapa
penelitian yang serupa dengan antropologi sastra, penelitian tersebut berjudul “Kajian Antropologi Sastra Dalam Novel 99
Cahaya Dilangit Eropa Karya Hanum Salsabila Dan Rangga Almahendra”. Kajian
tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji
tentang anropologi sastra yang meliputi
sistem kemasyarakatan. Antropologi sastra yang membahas system kemasyarakatan
pada novel 99 Cahaya Di Langit Eropa meliputi masalah hubungan kemasyarakatan
dan religi yang berlatar Dieropa. Penulis mengungkapkan fakta- fakta kebudayaan
islam yang terselubung, dikemas dan dikaji dalam faham antropologi sastra.
Penelitian ini juga
terkesan tabu karena membahas tentang kearifan lokal dan budaya di daerah
Madura yang kita ketahui secara realita lewat puisi. Membaca hasil karya dari D Zawawi Imron
sama halnya dengan membaca alam dan budaya bangsa Indonesia khususnya budaya
orang Madura yang selalu menjadi sumber inspirasi bagi D zawawi Imron.
Suku Madura sendiri adalah salah satu suku yang ada di
Indonesia yang berdiam di pulau Madura dan beberapa kota sekitarnya seperti
Situbondo, Banyuwangi sampai Kalimantan. Orang Madura sendiri menyebar
diberbagai kota di Nusantara dan bahkan luar negeri seperti Malaisya, Brunai
Darussalam, Singapura dan Arab Saudi untuk merantau dan menyambung kehidupan.
Mereka sendiri dikenal dengan sikapnya
yang ceplas ceplos, bersuara lantang dan gigih dalam bekerja, mereka juga
disiplin dan pantang menyerah, selain itu orang Madura dikenal dengan sikap
kasar dan suka sering ‘carok’. Carok sendiri adalah aksi orang Madura untuk
membela diri dan harga diri mereka karena bagi mereka lebih baik putih tulang
dibandingkan putih mata yang maksudnya adalah lebih baik mati bersimbah darah
dibandingkan dihina dan dipermalukan. Orang Madura kerapkali menggunakan
celurit sebagai senjata andalan ketika berkelahi atau carok namun dibalik itu
semua orang Madura adalah suku yang hangat dan ramah serta saling melindungi
sesamanya.
Harapan
dari D’Zawawi Imron melalui ditulisnya
sajak tersebut agar masyarakat
madura bisa mengubah sikap dan menjawab tantangan zaman modern dengan sikap
damai dan ilmu pengetahuan berdasarkan hal-hal yang telah dipaprkan penulis menjadi tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Antropologi Sastra dalam kumpulan puisi “Celurit
Emas” karya D’ Zawawi Imron”.
Dalam penelitian ini peneliti
belum menemukan penelitian yang mengkaji budaya lokal khusunya budaya Madura
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang budaya Madura
melalui kumpulan puisi.
Penelitian ini juga
terkesan tabu karena membahas tentang kearifan lokal dan budaya di daerah
Madura yang kita ketahui secara realita lewat puisi. Membaca hasil karya dari D Zawawi
Imron sama halnya dengan membaca alam dan budaya bangsa Indonesia khususnya
budaya orang Madura yang selalu menjadi sumber inspirasi bagi D zawawi Imron.
1.2
FOKUS PENELITIAN
Konteks
penelitian tentang “Antropologi Sastra Dalam Kumpulan Puisi Celurit Emas Karya
D Zawawi Imron” terdapat beberapa unsur dalam antropologi sastra. Ada 5 unsur
dalam antropologi sastra yang peneliti ketahui yaitu sistem kemasyarakatan,
sistem bahasa, kesenian dan berbagai jenisnya, sistem pengetahuan, dan sistem
religi. Dari kelima unsur tersebut peneliti hanya memfokuskan pada sistem
kemasyarakatan yang ada dalam kumpulan puisi celurit emas karya D Zawawi
Imron.
Berdasarkan
judul dan uraian latar belakang diatas maka peneliti dapat merumusakan masalah
yang berbentuk kalimat tanya sebagai berikut:
Bagaimana budaya Madura dalam kehidupan
bermasyarakat yang terdapat dalam kumpulan puisi celurit emas karya D’ Zawawi Imron”?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan penelitian merupakan tujuan
yang hendak dicapai dari penelitian yang hendak dilakukan. Isi tujuan ini harus
sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan. Rumusan tujuan masalah penelitian
dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan.
Penelitian ini secara umum bertujuan
untuk mendapatka dekripsi objektif tentang kajian antropologi dibidang sastra
dalam puisi celurit emas karya D’zawawi Imron.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran
dari tujuan umum, berikut adalah tujuan khusus dalam penelitian ini:
a.
Untuk
mendeskripsikan budaya Madura dalam
bermasyarakat pada kumpulan puisi celurit emas karya D’zawawi Imron
1.4 MANFAAT
PENELITIAN
Secara teoritis, dalam hubungannya dengan kajian
antropologi sastra, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wawasan dalam
bidang budaya .
Secara
praktik, penelitian ini penting dan diharapkan bermanfaat bagi:
a.
Guru, sebagai
tambahan bahan ajar khususnya pengajaran bahasa dan sastra indonesia dalam
upaya meningkatkan keberhasilan tujuan yang efektif dan efesien
b.
Penikmat satra
sebagai acuan untuk meningkatkan dan membantu
memahami antropologi sastra dalam ranah ini adalah puisi karya D’ Zawawi
Imron sehingga bisa menambahkan kecintaan dan pengetahuan terhadap budaya
Madura lewat karya sastranya.
c.
Pembaca, sebagai
tambahan pengetahuan tentang antropologi sastra dalam buku kumpulan puisi
celurit emas karya D’Zawawi Imron.
d.
Peneliti
sendiri, yaitu dapat mengembangkan dan menerapkan wawasan keilmuan yang
dimiliki.
1.5
BATASAN
ISTILAH DALAM JUDUL
Untuk
menghindari terjadinya salah tafsir atau salah presepsi terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam peelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan
istilah dalam judul sebagai berikut:
1) Antropologi
sastra: Antropologi sastra merupakan interdisiplin antara sastra dan
antropologi dan antropologi sastra adalah analisis dan pemahaman terhadap karya
sastra yang berkaitan dengan kebudayaan (Ratna 2011:81) salah satu gejala yang
dapat menghubungkan antara antropologi dan sastra adalah masa lampau, citra
nostalgis, citra primordial, dan tipe akertipe menurut pemahaman lain (Ratna
2011:81)
2) Puisi
Celurit Emas: Puisi celuri emas adalah salah satu diantara banyak puisi karya
D’ Zawawi Imron yang mengisahkan tentang budaya masayarakat madura yang di
uraikan melalui kata kata yang indah.