Tuesday, 12 March 2019

KONTEKS PENELITIAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        KONTEKS PENELITIAN
Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah  terlepas dari peristiwa komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial maka sudah sepantasnya mereka hidup berkelompok serta berkomunikasi dengan cara yang disepakati antar setiap anggota kelompok manusia atau masyarakat, tentunya dari perbedaan pola pikir dan lingkungan mereka  memiliki cara yang  berbeda antara satu  kelompok, suku dan bangsa  dengan yang  lainnya, serta dari lingkungan bermasyarakat itulah muncul budaya yang tanpa sadar mereka ciptakan berdasarkan gaya hidup, adat istiadat dan kebiasaan mereka yang juga berbeda. Berkembangnya ilmu pengetahuan mereka mulai mengungkapkan pengalaman serta ide mereka lewat karya sastra. Antara manusia dan sastra memiliki hubungan yang sangat erat sekali sehingga  dapat ditarik garis lurus bahwa bagi sastra masyarakat merupakan faktor penting sedangkan masyarakat adalah objek vital bagi ilmu sosial yang akan saling  mempengaruhi karena satra muncul berdasarkan budaya dan budaya adalah objek awal dari sebuah karya sastra yang lebih populer dengan antropologi sastra.
Sastra sendiri merupakan keindahan bahasa dan  kata kata dikenal dengan seni bahasa sedangkan  Karya sastra sendiri adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kehidupan yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan maka dar itu karya sastra sering dijadikan dokumen sosial budaya seperti halnya sejarah kemerdekaan suatu negara yang dipaparkan dalam bentuk buku cerita yang disebut fiksi historis (historical fiction). Jakop Sumarjo dalam bukunya yang berjudul ‘Apresiasi kesusastraan’ mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuah usaha untuk merekam isi jiwa sastrawannya. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain yang berbentuk tulisan atau dokumen. https://wahidasputra.wordpress.com/2016/03/29/manusia-dan-santra/ diakses pada 25 Agustus 2018 jam19:10.
Kata karya sastra berasal dari bahasa sangsekerta yang memiliki arti “tulisan”. Kata tersebut memiliki awalan “su” yang bermakna baik atau indah sehingga menjadi nsusastra , artinya menjadi tulisan yang baik atau tulisan yang indah. Dikehidupan sehari-hari akan jarang sekali kita mendengar kata susastra atau bahkan mungkin sudah tidak lagi terdengar akan tetapi kini sudah berganti menjadi sastra saja atau karya sastra sedang orang yang menghasilkan karya sastra akan disebut sastrawan. karya satra adalah objek manusiawi, factor kemanusiaan, atau fakta cultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia. meskipun demilikian, karya itu mempunyai eksistensi yang khas yang membedakannya dari fakta kemanusiaan lainnya seperti sistem sosial  dan ekonomi dan yang menyamakannya  dengan system seni rupa, seni suara, dan sebagainya (Zuhri 2001:23)  Seorang sastrawan sendiri membuat suatu karya seni atau sesuatu yang indah yang hasilnya mampu memberikan kebahagiaan bagi dirinya atau penikmatnya, berbicara tentang jenis jenisnya  karya sastra digolongkan menjadi beberapa bagian  yaitu puisi, prosa dan drama.
Puisi yang peneliti pilih dalam penelitian ini adalah puisi karya sastrawan senior dari Pulau Garam yakni pulau Madura, D Zawawi Imron beliau tidak hanya dikenal sebagai sastrawan saja melainkan juga sejarawan yang hingga saat ini masih giat dalam melestarikan budaya Madura. Pada tanggal 9 Desember 2018 beliau menerima penghargaan sebagai budayawan dari presiden Jokowi Dodo. Budaya Madura yang beragam hingga tak ayal jika dalam tulisan tulisannya  beliau membubuinya dengan tradisi atau budaya di daeranya seperti halnya dalam Puisi Celurit emas yang mana celurit merupakan simbol perlawanan orang Madura dari ketertindasan. Celurit merupakan senjata tradisional yang hingga kini masih dipakai oleh orang Madura hingga menurut penulis puisi inilah yang tepat untuk dikaji melalui unsur unsur antropologi sastra melalui pemaparan penulisnya yang epik yang menguak sisi lain dari kehidupan orang Madura lewat puisi. Istilah Celurit Emas mengingatkan penulisnya pada saat gencar-gencarnya operasi senjata tajam Era Soeharto, Benny Moerdani, dan Soedomo selaku pangkokamtib. Puisi ini pun bersama puisi lain yang tergabung dalam buku bertajuk yang sama  telah diterbitkan  pula dalam bahasa Belanda oleh penerbit Uitgeverij Doune Rotterdam denganjudul Goden Sikkel.
Penulis menemukan beberapa penelitian yang serupa dengan antropologi sastra,  penelitian tersebut berjudul  “Kajian Antropologi Sastra Dalam Novel 99 Cahaya Dilangit Eropa Karya Hanum Salsabila Dan Rangga Almahendra”. Kajian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji tentang anropologi sastra  yang meliputi sistem kemasyarakatan. Antropologi sastra yang membahas system kemasyarakatan pada novel 99 Cahaya Di Langit Eropa meliputi masalah hubungan kemasyarakatan dan religi yang berlatar Dieropa. Penulis mengungkapkan fakta- fakta kebudayaan islam yang terselubung, dikemas dan dikaji dalam faham antropologi sastra.
Penelitian ini juga terkesan tabu karena membahas tentang kearifan lokal dan budaya di daerah Madura yang kita ketahui secara realita lewat puisi. Membaca hasil karya dari D Zawawi Imron sama halnya dengan membaca alam dan budaya bangsa Indonesia khususnya budaya orang Madura yang selalu menjadi sumber inspirasi bagi D zawawi Imron.
Suku Madura sendiri adalah salah satu suku yang ada di Indonesia yang berdiam di pulau Madura dan beberapa kota sekitarnya seperti Situbondo, Banyuwangi sampai Kalimantan. Orang Madura sendiri menyebar diberbagai kota di Nusantara dan bahkan luar negeri seperti Malaisya, Brunai Darussalam, Singapura dan Arab Saudi untuk merantau dan menyambung kehidupan. Mereka sendiri  dikenal dengan sikapnya yang ceplas ceplos, bersuara lantang dan gigih dalam bekerja, mereka juga disiplin dan pantang menyerah, selain itu orang Madura dikenal dengan sikap kasar dan suka sering ‘carok’. Carok sendiri adalah aksi orang Madura untuk membela diri dan harga diri mereka karena bagi mereka lebih baik putih tulang dibandingkan putih mata yang maksudnya adalah lebih baik mati bersimbah darah dibandingkan dihina dan dipermalukan. Orang Madura kerapkali menggunakan celurit sebagai senjata andalan ketika berkelahi atau carok namun dibalik itu semua orang Madura adalah suku yang hangat dan ramah serta saling melindungi sesamanya.
Harapan dari D’Zawawi Imron melalui ditulisnya sajak tersebut agar masyarakat madura bisa mengubah sikap dan menjawab tantangan zaman modern dengan sikap damai dan ilmu pengetahuan berdasarkan hal-hal yang telah dipaprkan penulis menjadi tertarik melakukan penelitian dengan judul “Antropologi Sastra dalam kumpulan puisi “Celurit Emas” karya D’ Zawawi Imron”.
                Dalam penelitian ini peneliti belum menemukan penelitian yang mengkaji budaya lokal khusunya budaya Madura sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang budaya Madura melalui kumpulan puisi.
Penelitian ini juga terkesan tabu karena membahas tentang kearifan lokal dan budaya di daerah Madura yang kita ketahui secara realita lewat puisi. Membaca hasil karya dari D Zawawi Imron sama halnya dengan membaca alam dan budaya bangsa Indonesia khususnya budaya orang Madura yang selalu menjadi sumber inspirasi bagi D zawawi Imron.
1.2        FOKUS PENELITIAN
Konteks penelitian tentang “Antropologi Sastra Dalam Kumpulan Puisi Celurit Emas Karya D Zawawi Imron” terdapat beberapa unsur dalam antropologi sastra. Ada 5 unsur dalam antropologi sastra yang peneliti ketahui yaitu sistem kemasyarakatan, sistem bahasa, kesenian dan berbagai jenisnya, sistem pengetahuan, dan sistem religi. Dari kelima unsur tersebut peneliti hanya memfokuskan pada sistem kemasyarakatan yang ada dalam kumpulan puisi celurit emas karya D Zawawi Imron.     
Berdasarkan judul dan uraian latar belakang diatas maka peneliti dapat merumusakan masalah yang berbentuk kalimat tanya sebagai berikut:
Bagaimana budaya Madura dalam kehidupan bermasyarakat yang terdapat dalam kumpulan puisi celurit emas karya D’ Zawawi Imron”?

1.3     TUJUAN PENELITIAN
   1.3.1 Tujuan Umum
            Tujuan penelitian merupakan tujuan yang hendak dicapai dari penelitian yang hendak dilakukan. Isi tujuan ini harus sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan. Rumusan tujuan masalah penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. 
            Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatka dekripsi objektif tentang kajian antropologi dibidang sastra dalam puisi celurit emas karya D’zawawi Imron.
1.3.2   Tujuan Khusus
                  Tujuan khusus merupakan penjabaran dari tujuan umum, berikut adalah tujuan khusus dalam penelitian ini:
a.       Untuk mendeskripsikan budaya Madura dalam  bermasyarakat pada kumpulan puisi celurit emas karya D’zawawi Imron
1.4    MANFAAT PENELITIAN
Secara teoritis, dalam hubungannya dengan kajian antropologi sastra, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wawasan dalam bidang budaya .
Secara praktik, penelitian ini penting dan diharapkan bermanfaat bagi:
a.       Guru, sebagai tambahan bahan ajar khususnya pengajaran bahasa dan sastra indonesia dalam upaya meningkatkan keberhasilan tujuan yang efektif dan efesien
b.      Penikmat satra sebagai acuan untuk meningkatkan dan membantu  memahami antropologi sastra dalam ranah ini adalah puisi karya D’ Zawawi Imron sehingga bisa menambahkan kecintaan dan pengetahuan terhadap budaya Madura lewat karya sastranya.
c.       Pembaca, sebagai tambahan pengetahuan tentang antropologi sastra dalam buku kumpulan puisi celurit emas karya D’Zawawi Imron.
d.      Peneliti sendiri, yaitu dapat mengembangkan dan menerapkan wawasan keilmuan yang dimiliki.
1.5     BATASAN ISTILAH DALAM JUDUL
Untuk menghindari terjadinya salah tafsir atau salah presepsi terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam peelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah dalam judul sebagai berikut:
1)      Antropologi sastra: Antropologi sastra merupakan interdisiplin antara sastra dan antropologi dan antropologi sastra adalah analisis dan pemahaman terhadap karya sastra yang berkaitan dengan kebudayaan (Ratna 2011:81) salah satu gejala yang dapat menghubungkan antara antropologi dan sastra adalah masa lampau, citra nostalgis, citra primordial, dan tipe akertipe menurut pemahaman lain (Ratna 2011:81)
2)      Puisi Celurit Emas: Puisi celuri emas adalah salah satu diantara banyak puisi karya D’ Zawawi Imron yang mengisahkan tentang budaya masayarakat madura yang di uraikan melalui kata kata yang indah.