Monday, 18 March 2019

MAKALAH PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK



MAKALAH
PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
Dosen Pengampu: Muliatul Maghfiroh, M. Pd.I




















Disusun oleh kelompok 3 PIAUD/B:
1.      Sofiyatuz Zahroh                    (20170701062062)
2.      Khoirotun Nisa’                      (20170701062028)



JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
MADURA
2018-2019KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak” dapat kami selesaikan. Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada MULIATUL MAGHFIROH, M.PD.I selaku dosen Desain Program Parenting yang telah berkenan mengizinkan pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada kedua orang tua dan teman-teman kami yang telah memberikan doa, dorongan, serta bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Demikian, makalah ini kami hadirkan dengan segala kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini, sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.



Pamekasan, 18 Maret 2019                


Penulis                                    


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pola Asuh........................................................................... 2
B. Pengertian Perkembangan..................................................................... 5
C. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan..................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 14
B. Saran.................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 16BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar merupakan sebuah pedoman yang harus dipahami oleh pendidik umtuk mempermudah dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tidak dapat dipungkiri adanya lingkungan yang kompleks seperti pendidik, peserta didik, sarana, media, suasana, lingkungan, dan banyak hal yang dapat mempengaruhi proses belajar menggajar tersebut. Banyak ditemukan teori belajar yang memicu pada perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran. Diantara teori-teori tersebut ialah teori humanisme dan teori konstruktivisme, dimana pada teori ini proses belajar mengajar tergantung kepada cara natural manusia dalam belajar atau dengan potensi diri dalam diri mereka dan bagaimana mereka mengorganisasikan pengalaman mereka.
Pendidik diharapkan mampu menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif, yang memungkinkan peserta didik untuk bisa mengembangkan seluruh kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya, baik dari segi kemampuan intelegensi (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Oleh karenanya, dalam rangka memenuhi tugas, kelompok kami menyusun makalah Teori Belajar Humanisme dan Konstruktivisme. Yang kami tulis berdasarkan keinginan untuk menyampaikan apa yang kami mengerti dan merasa terbantu apabila ada hal yang belum kami mengerti tentang hal terkait.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Pengertian Teori Humanisme?
2.      Apa saja prinsip-prinsip yang ada pada teori humanisme?
3.      Bagaimanakah Pengertian Teori Konstruktivisme?
4.      Metode apakah yang digunakan dalam pendekatan teori Konstruktivisme?
C.  Tujuan Pembahasan
1.      Agar dapat mengerti dengan pengertian dari teori Humanisme.
2.      Mengenal apa saja yang menjajdi prinsip dalam Teori Humanisme.
3.      Agar dapat mengerti dengan pengertian dari Teori Konstruktivisme.
4.      Mengetahui metode metode apakah yang harus dikenali dalam Teori Konstuktivisme

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori Humanisme
Humanisme berasal dari kata humanistik, humanistik dapat diartikan sebagai “orientasi teoritis yang menekankan kualitas manusia yang unik khususnya terkait dengan free will (kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan  dirinya”.[1] Manusia sudah memiliki potensi secara natural pada dirinya untuk mengembangkan dirinya, jadi peran pendidik adalah mensupport apa saja yang sesuai dengan potensi para pesertaa didik agar mencapai perkembangan yang signifikan.
Psikologi pendidikan selalu memiliki dua prinsip dalam proses pembelajaran di sekolah. Pertama, memfokuskan pada peran pendidikan dalam meningkatakan keterampilan dan pengetahuan siswa. Gerakan yang berdasarkan prinsip ini disebut dengan pengajaran langsung (direct instruction). Kedua, lebih memfokuskan pada hasil efektif , belajar dan bagaimana belajar meningkatkan kreativitas dan potensi manusia. Inilah yang disebut dengan gerakan pendidikan humanistik.[2] dalam pendidikan pembelajaran menggunakan teori belajar humanistik maka yang menjadi poin pentingnya adalah pengembangan tingkat kreasi, imajinasi, intuisi serta fantasi yang dimiliki setiap peserta didik, dimana semua itu merupakan potensi mereka. Teori humanistik ini merupakan penilaian terhadap spektrum perilaku manusia yang sangat luas jangkauannya.
B. Prinsip-Prinsip Belajar Humanistik
a.       Manusia memliki belajar alami
b.      Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relavansi dengan maksud tertentu
c.       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
d.      Bila ancaman dalam proses belajar itu kecil maka yang diperoleh akan lebih mudah
e.       Terdapat pengalaman yang diperoleh ketika ancaman itu rendah
f.       Jika siswa yang melakukan maka pelajaran akan bermakna dalam mereka memperolehnya
g.      Belajar akan lancar apabila siswa turut dilibatkan
h.      Jika siswa dilibatkan seutuhnya maka hasilnya akan lebih dalam
i.        Menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa agar mereka bisa mawas diri.[3]
Penekanan yang ada pada teori ini adalah melalui proses pembelajaran dimana penyusunan materi dan penyajiannya harus sesuai dengan perasaan dan perhatian dari para siswa. Membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Begitulah prinsip dari teori pembelajaran humanistik.
      C.  Pengertrian Teori Konstruktivisme
Salah satu prinsip psikologi belajar, bahwa guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa. Akan tetapi, siswa juga harus aktif membangun pengetahuan dalam pemikiran mereka sendiri. Kontruktivisme memberi pemahaman bahwa hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya.
Borich dan Tambari (1997 dalam Royer, 2007) mendefinisikan konstruktivisme sebagai sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sedikit demi sedikit makna terhadap apa yang dipelajarinya dengan membangun hubungan secara internal atau berkaitan antara ide-ide dengan fakta-fakta yang diajarkan. [4] Teori ini juga merumuskan bahwa perkembangan perserta didik berkembang sesuai dengan usianya, hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jean Pieget.
D.  Konsep belajar konstruktivisme
Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Menurut piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing-masing mempunyai sebuah makna yang berbeda-beda. Setiap pengalam baru akan dihubungkan dengan kontak-kontak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia (Nurhadi,2004). Pada saat manusia belajar, menurut piaget, sebenarnya telah terjadi dua prosesdalam diriny, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi.
Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Sebuah informasi baru yang didapatnya dengan menyesuaikan informasi tersebut dengan stuktur pengetahuan yang dimilikinya, sehingga manusia dapat mengasimilasikan atau mengakomodasikan informasi atau pengetahuan tersebut.
Proses adaptasi adalah proses yang berisi dua kegiatan. Pertama, menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang di terima oleh manusia atau disebut dengan asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan baru, sehingga akan terjadi keseimbangan (equilibrium). Dalam proses adaptasi ini, piaget mengemukakan empat konsep dasar (Nurhadi, 2004), yaitu skemata , asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.
Pertama, skemata. Manusia selalu berusaha diri dengan lingkungannya. Hal itu mengakibatkan adanya sejumlah struktur psikologis yang berbeda bentuknya pada setiap fase atau tingkatan perkembangan tingkah laku dan kegiatan berpikir manusia. Dengan demikian, pikiran harus memiliki suatu struktur yaitu skema yang berfungsi melakukan adaptasi dengan lingkungan dan menata lingkungan itu secara intelektual.
Secara sederhana skemata dapat dipandang sebagai kumpulan konsep atau kategori yang digunakan individu ketika ia berinteraksi dengan lingkungan. Artinya, ketika kecil seorang anak hanya memiliki skematanya berangsur-angsur bertamabah banyak, luas, beraneka ragam. Dan kompleks. Piaget mengatakan bahwa skemata orang dewasa berkembang mulai dari skemata anak melalui proses adaptasi sampai pada penataan dengan organisasi.
Kedua, asimilasi. Asimilasi   meerupakan proses kognitif dan penyerapan pengalaman baru ketika seseorang mamadukan stimulus atau persepsi kedalam skemata atau prilaku yang sudah ada.
Asimilasi pada dasarnya tidak mengubah skemata, tetapi memengaruhi atau memungkinkan pertumbuhan skemata. Dengan demikian, asimilasi adalah proses kognitif individu dalam usahanya mengadaptasikan diri dengan lingkungannya.
Ketiga, akomodasi. Uraian diatas menyimpulkan bahwa pada akhirnya dalam struktur mental anak itu terbentuklah skemata ‘ayam’. Maksudnya, mungkin pada skemata ‘’ayam’ semula masih tercakup ‘itik’ atau ‘angsa’ tetapi dengan adanya alam baru ini, maka konsep tentang ‘’ayam’ menjadi lebih teliti, tepat atau mantap.
Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengalamn baru. Kognitif tersebut menghasilakn terbentuknya skemata baru dan berubahnya skemata lama. Jadi pada hakikatnya akomodasi menyebabkan terjadinya perubahan atau pengembangan skemata. Sebelum terjadi akomodasi, ketika anak menerima stimulus yang baru, struktur mentalnya menjadi goyah atau disebut tidak stabil. Begitulah proses asimilasi dan akomodasi terjadinya terus- menerus dan menjadikan skemata manusia berkembang bersama dengan waktu dan bertambahnya pengalam.
Keempat, keseimbangan (equilibrium). Dalam prose adaptasi terhadap lingkungan, individu berusaha untuk mencapai struktur mental atau skemata yang stabil. Stabil dalam artian adanya keseimbangan antara proses asimilasi dan proses akomodasi.
Dengan adanya keseimbangan ini, maka efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkembang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Proses adaptasi juga dipengaruhi oleh faktor herediter dan lingkungan, sehongga hal ini memengaruhi kemampuan sesorang untuk melakukan proses asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Jelasnya, proses adaptasi adalah keseimbangan anatara proses-proses asimilasi dan akomodasi. Apabila individu melalui proses asimilasinya tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, terjadinya ketidakseimbangan.
Proses adaptasi manusia dalam menghadapi pengetahuan baru juga ditentukan oleh fase perkembangan kognitifnya. Jean Piaget membagi fase perkembangan manusia ke dalam empat fase perkembangan (usia 0-18/24 bulan),2) periode preoperational (usia 2-7 tahun, 3) periode operasional konkret (usia 7-11 tahun), 4) periode operational formal (lebih dari 11 tahun).
Konsep yang dijadikan dasar dalam teori pembelajaran konstuktivisme sendiri adalah pengorganisasian pengalaman siswa, maka diperlukan proses akomodasi dan asimilasi yang telah disebutkan.
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Humanistik dapat diartikan sebagai “orientasi teoritis yang menekankan kualitas manusia yang unik khususnya terkait dengan free will (kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan  dirinya”.
2.      proses pembelajaran dimana penyusunan materi dan penyajiannya harus sesuai dengan perasaan dan perhatian dari para siswa. Membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Begitulah prinsip dari teori pembelajaran humanistik.
3.      Kontruktivisme memberi pemahaman bahwa hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya.
4.      Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak.
Proses adaptasi adalah proses yang berisi dua kegiatan. Pertama, menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang di terima oleh manusia atau disebut dengan asimilasi. Dalam proses adaptasi ini, piaget mengemukakan empat konsep dasar (Nurhadi, 2004), yaitu skemata , asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.
a.       Pertama, skemata. Manusia selalu berusaha diri dengan lingkungannya.
b.      Kedua, asimilasi. Asimilasi   meerupakan proses kognitif dan penyerapan pengalaman baru ketika seseorang mamadukan stimulus atau persepsi kedalam skemata atau prilaku yang sudah ada.
c.       Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengalamn baru.
d.      Keempat, keseimbangan (equilibrium). Dalam prose adaptasi terhadap lingkungan, individu berusaha untuk mencapai struktur mental atau skemata yang stabil.




















DAFTAR PUSTAKA
[1]Baharuddin & Wahyuni. Esa Nur, teori belajar & pembelajaran. Yogyakarta, AR-RUZZ MEDIA, 2015.

SolichinM. Muchlis, Psikologi Belajar. Surabaya, Pena Salsabila, 2017.

Yusuf. Syamsu, & Nurihsan. Juntika, Teori Kepribadian. Bandung, PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011.




[1]Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011). hlm.141
[2] Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar& Pembelajaran(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2015). hlm.195
[3]M. Muchlis Solichin, Psikologi Belajar (Surabaya: Pena Salsabila, 2017), hlm. 52
[4]Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, teori belajar & pembelajaran (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2015),hlm. 163-1641