MAKALAH
PENGARUH POLA ASUH TERHADAP
PERKEMBANGAN ANAK
Dosen Pengampu: Muliatul Maghfiroh,
M. Pd.I

Disusun oleh kelompok 3 PIAUD/B:
1.
Sofiyatuz
Zahroh (20170701062062)
2.
Khoirotun
Nisa’ (20170701062028)
JURUSAN
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI
MADURA
2018-2019KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha
Kuasa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Pengaruh
Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak” dapat kami selesaikan. Dalam pembuatan
makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada MULIATUL MAGHFIROH, M.PD.I selaku
dosen Desain Program Parenting yang telah berkenan mengizinkan pembuatan
makalah ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada kedua
orang tua dan teman-teman kami yang telah memberikan doa, dorongan, serta
bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Demikian, makalah ini kami hadirkan dengan segala kelebihan
dan kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini, sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan bagi pembaca.
Pamekasan, 18 Maret 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pola Asuh........................................................................... 2
B. Pengertian Perkembangan..................................................................... 5
C. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan..................................... 9
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 14
B. Saran.................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 16BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teori belajar
merupakan sebuah
pedoman yang harus dipahami
oleh pendidik umtuk mempermudah dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar tidak dapat dipungkiri adanya lingkungan yang
kompleks seperti pendidik, peserta didik, sarana, media, suasana, lingkungan,
dan banyak hal yang dapat mempengaruhi proses belajar menggajar tersebut.
Banyak ditemukan teori belajar yang memicu pada perubahan tingkah laku setelah
proses pembelajaran. Diantara teori-teori tersebut ialah teori humanisme dan
teori konstruktivisme, dimana pada teori ini proses belajar mengajar tergantung
kepada cara natural manusia dalam belajar atau dengan potensi diri dalam diri
mereka dan bagaimana mereka mengorganisasikan pengalaman mereka.
Pendidik
diharapkan mampu menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif, yang
memungkinkan peserta didik untuk bisa mengembangkan seluruh kemampuan atau
potensi yang ada dalam dirinya, baik dari segi kemampuan intelegensi (IQ),
emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Oleh karenanya, dalam rangka memenuhi
tugas, kelompok kami menyusun makalah Teori Belajar Humanisme dan
Konstruktivisme. Yang kami tulis berdasarkan keinginan untuk menyampaikan apa
yang kami mengerti dan merasa terbantu apabila ada hal yang belum kami mengerti
tentang hal terkait.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah Pengertian Teori Humanisme?
2.
Apa saja prinsip-prinsip yang ada pada teori humanisme?
3.
Bagaimanakah Pengertian Teori Konstruktivisme?
4.
Metode apakah yang digunakan dalam pendekatan teori
Konstruktivisme?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Agar dapat mengerti dengan pengertian dari teori Humanisme.
2.
Mengenal apa saja yang menjajdi prinsip dalam Teori Humanisme.
3.
Agar dapat mengerti dengan pengertian dari Teori Konstruktivisme.
4.
Mengetahui metode metode apakah yang harus dikenali dalam Teori
Konstuktivisme
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori Humanisme
Humanisme
berasal dari kata humanistik, humanistik dapat diartikan sebagai “orientasi
teoritis yang menekankan kualitas manusia yang unik khususnya terkait dengan free
will (kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan dirinya”.[1] Manusia sudah memiliki potensi secara
natural pada dirinya untuk mengembangkan dirinya, jadi peran pendidik adalah
mensupport apa saja yang sesuai dengan potensi para pesertaa didik agar
mencapai perkembangan yang signifikan.
Psikologi
pendidikan selalu memiliki dua prinsip dalam proses pembelajaran di sekolah.
Pertama, memfokuskan pada peran pendidikan dalam meningkatakan keterampilan dan
pengetahuan siswa. Gerakan yang berdasarkan prinsip ini disebut dengan pengajaran
langsung (direct instruction). Kedua, lebih memfokuskan pada hasil
efektif , belajar dan bagaimana belajar meningkatkan kreativitas dan potensi manusia. Inilah yang
disebut dengan gerakan pendidikan humanistik.[2] dalam
pendidikan pembelajaran menggunakan teori belajar humanistik maka yang menjadi
poin pentingnya adalah pengembangan tingkat kreasi, imajinasi, intuisi serta
fantasi yang dimiliki setiap peserta didik, dimana semua itu merupakan potensi
mereka. Teori humanistik ini merupakan penilaian terhadap spektrum perilaku
manusia yang sangat luas jangkauannya.
B. Prinsip-Prinsip Belajar Humanistik
a.
Manusia memliki belajar alami
b.
Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relavansi dengan maksud tertentu
c.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya
d.
Bila ancaman dalam proses belajar itu kecil maka yang diperoleh
akan lebih mudah
e.
Terdapat pengalaman yang diperoleh ketika ancaman itu rendah
f.
Jika siswa yang melakukan maka pelajaran akan bermakna dalam mereka
memperolehnya
g.
Belajar akan lancar apabila siswa turut dilibatkan
h.
Jika siswa dilibatkan seutuhnya maka hasilnya akan lebih dalam
i.
Menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa agar mereka bisa mawas
diri.[3]
Penekanan yang ada pada teori ini adalah melalui proses
pembelajaran dimana penyusunan materi dan penyajiannya harus sesuai dengan
perasaan dan perhatian dari para siswa. Membantu mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh setiap siswa. Begitulah prinsip dari teori pembelajaran
humanistik.
C. Pengertrian Teori Konstruktivisme
Salah satu prinsip psikologi belajar, bahwa guru tidak begitu saja
memberikan pengetahuan kepada siswa. Akan tetapi, siswa juga harus aktif
membangun pengetahuan dalam pemikiran mereka sendiri. Kontruktivisme memberi
pemahaman bahwa hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan
sesuai pengalamannya.
Borich dan Tambari (1997 dalam Royer, 2007)
mendefinisikan konstruktivisme sebagai sebuah pendekatan yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membangun sedikit demi sedikit makna terhadap apa
yang dipelajarinya dengan membangun hubungan secara internal atau berkaitan
antara ide-ide dengan fakta-fakta yang diajarkan. [4] Teori
ini juga merumuskan bahwa perkembangan perserta didik berkembang sesuai dengan
usianya, hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jean Pieget.
D. Konsep belajar konstruktivisme
Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang
melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu
diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Menurut piaget, manusia memiliki
struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang
masing-masing mempunyai sebuah makna yang berbeda-beda. Setiap pengalam baru
akan dihubungkan dengan kontak-kontak atau struktur pengetahuan dalam otak
manusia (Nurhadi,2004). Pada saat manusia belajar, menurut piaget, sebenarnya
telah terjadi dua prosesdalam diriny, yaitu proses organisasi informasi dan
proses adaptasi.
Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan
informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah
disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Sebuah informasi baru yang
didapatnya dengan menyesuaikan informasi tersebut dengan stuktur pengetahuan
yang dimilikinya, sehingga manusia dapat mengasimilasikan atau mengakomodasikan
informasi atau pengetahuan tersebut.
Proses adaptasi adalah proses yang berisi dua kegiatan. Pertama,
menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang di terima oleh manusia
atau disebut dengan asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan yang sudah
dimiliki dengan struktur pengetahuan baru, sehingga akan terjadi keseimbangan
(equilibrium). Dalam proses adaptasi ini, piaget mengemukakan empat konsep
dasar (Nurhadi, 2004), yaitu skemata , asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.
Pertama, skemata.
Manusia selalu berusaha diri dengan lingkungannya. Hal itu mengakibatkan adanya
sejumlah struktur psikologis yang berbeda bentuknya pada setiap fase atau
tingkatan perkembangan tingkah laku dan kegiatan berpikir manusia. Dengan
demikian, pikiran harus memiliki suatu struktur yaitu skema yang berfungsi
melakukan adaptasi dengan lingkungan dan menata lingkungan itu secara
intelektual.
Secara sederhana skemata dapat dipandang sebagai kumpulan konsep
atau kategori yang digunakan individu ketika ia berinteraksi dengan lingkungan.
Artinya, ketika kecil seorang anak hanya memiliki skematanya berangsur-angsur
bertamabah banyak, luas, beraneka ragam. Dan kompleks. Piaget mengatakan bahwa
skemata orang dewasa berkembang mulai dari skemata anak melalui proses adaptasi
sampai pada penataan dengan organisasi.
Kedua, asimilasi.
Asimilasi meerupakan proses kognitif dan penyerapan
pengalaman baru ketika seseorang mamadukan stimulus atau persepsi kedalam
skemata atau prilaku yang sudah ada.
Asimilasi pada dasarnya tidak mengubah skemata, tetapi memengaruhi
atau memungkinkan pertumbuhan skemata. Dengan demikian, asimilasi adalah proses
kognitif individu dalam usahanya mengadaptasikan diri dengan lingkungannya.
Ketiga, akomodasi.
Uraian diatas menyimpulkan bahwa pada akhirnya dalam struktur mental anak itu
terbentuklah skemata ‘ayam’. Maksudnya, mungkin pada skemata ‘’ayam’ semula
masih tercakup ‘itik’ atau ‘angsa’ tetapi dengan adanya alam baru ini, maka
konsep tentang ‘’ayam’ menjadi lebih teliti, tepat atau mantap.
Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung
sesuai dengan pengalamn baru. Kognitif tersebut menghasilakn terbentuknya
skemata baru dan berubahnya skemata lama. Jadi pada hakikatnya akomodasi
menyebabkan terjadinya perubahan atau pengembangan skemata. Sebelum terjadi
akomodasi, ketika anak menerima stimulus yang baru, struktur mentalnya menjadi
goyah atau disebut tidak stabil. Begitulah proses asimilasi dan akomodasi
terjadinya terus- menerus dan menjadikan skemata manusia berkembang bersama
dengan waktu dan bertambahnya pengalam.
Keempat, keseimbangan
(equilibrium). Dalam prose adaptasi terhadap lingkungan, individu berusaha
untuk mencapai struktur mental atau skemata yang stabil. Stabil dalam artian
adanya keseimbangan antara proses asimilasi dan proses akomodasi.
Dengan adanya keseimbangan ini, maka efisiensi interaksi antara
anak yang sedang berkembang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin.
Proses adaptasi juga dipengaruhi oleh faktor herediter dan lingkungan, sehongga
hal ini memengaruhi kemampuan sesorang untuk melakukan proses asimilasi, akomodasi,
dan keseimbangan. Jelasnya, proses adaptasi adalah keseimbangan anatara
proses-proses asimilasi dan akomodasi. Apabila individu melalui proses
asimilasinya tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, terjadinya
ketidakseimbangan.
Proses adaptasi manusia dalam menghadapi pengetahuan baru juga
ditentukan oleh fase perkembangan kognitifnya. Jean Piaget membagi fase
perkembangan manusia ke dalam empat fase perkembangan (usia 0-18/24 bulan),2)
periode preoperational (usia 2-7 tahun, 3) periode operasional konkret (usia
7-11 tahun), 4) periode operational formal (lebih dari 11 tahun).
Konsep yang dijadikan dasar dalam teori
pembelajaran konstuktivisme sendiri adalah pengorganisasian pengalaman siswa,
maka diperlukan proses akomodasi dan asimilasi yang telah disebutkan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Humanistik dapat diartikan sebagai “orientasi teoritis yang
menekankan kualitas manusia yang unik khususnya terkait dengan free will
(kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan
dirinya”.
2.
proses pembelajaran dimana penyusunan materi dan penyajiannya harus
sesuai dengan perasaan dan perhatian dari para siswa. Membantu mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Begitulah prinsip dari teori
pembelajaran humanistik.
3.
Kontruktivisme memberi pemahaman bahwa hakikat belajar sebagai
kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba
memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya.
4.
Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi
yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau
sudah ada sebelumnya dalam otak.
Proses
adaptasi adalah proses yang berisi dua kegiatan. Pertama, menggabungkan atau
mengintegrasikan pengetahuan yang di terima oleh manusia atau disebut dengan
asimilasi. Dalam proses adaptasi ini, piaget mengemukakan empat konsep dasar
(Nurhadi, 2004), yaitu skemata , asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.
a.
Pertama, skemata.
Manusia selalu berusaha diri dengan lingkungannya.
b.
Kedua, asimilasi.
Asimilasi meerupakan proses kognitif
dan penyerapan pengalaman baru ketika seseorang mamadukan stimulus atau
persepsi kedalam skemata atau prilaku yang sudah ada.
c.
Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung
sesuai dengan pengalamn baru.
d.
Keempat, keseimbangan
(equilibrium). Dalam prose adaptasi terhadap lingkungan, individu berusaha
untuk mencapai struktur mental atau skemata yang stabil.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Baharuddin & Wahyuni. Esa Nur, teori
belajar & pembelajaran. Yogyakarta, AR-RUZZ MEDIA, 2015.
SolichinM. Muchlis, Psikologi Belajar. Surabaya, Pena Salsabila,
2017.
Yusuf. Syamsu, & Nurihsan. Juntika, Teori Kepribadian. Bandung, PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011.
[1]Syamsu Yusuf
& Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2011). hlm.141
[2] Baharuddin
& Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar& Pembelajaran(Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA, 2015). hlm.195
[4]Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, teori belajar & pembelajaran
(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2015),hlm. 163-1641