MAKALAH
PENGARUH POLA ASUH TERHADAP
PERKEMBANGAN ANAK
Dosen Pengampu: Muliatul Maghfiroh,
M. Pd.I
Disusun oleh kelompok 3 PIAUD/B:
JURUSAN
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI
MADURA
2018-2019KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha
Kuasa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Pengaruh
Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak” dapat kami selesaikan. Dalam pembuatan
makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada MULIATUL MAGHFIROH, M.PD.I selaku
dosen Desain Program Parenting yang telah berkenan mengizinkan pembuatan
makalah ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada kedua
orang tua dan teman-teman kami yang telah memberikan doa, dorongan, serta
bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Demikian, makalah ini kami hadirkan dengan segala kelebihan
dan kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini, sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan bagi pembaca.
Pamekasan, 18 Maret 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pola Asuh........................................................................... 2
B. Pengertian Perkembangan..................................................................... 5
C. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan..................................... 9
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 14
B. Saran.................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 16BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pola
asuh orang tua memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan moral anak
ketika dewasa. Sayangnya, banyak sekali orangtua yang tidak sadar dengan
tindakan yang mereka lakukan kepada si kecil. Banyak dari para orang tua yang
menerapkan pola asuh salah karena berpatokan pada pengalaman masa lalu yang
pernah mereka rasakan. Pola asuh orang tua, pada dasarnya ada 3 macam, yaitu
pola asuh demokratis, otoriter dan permisif. Di antara ketiga itu, pola
pengasuhan otoriterlah yang dampaknya sangat berisiko bagi anak. Karena pola
asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman-ancaman. Seperti anak harus mematuhi
peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh membantah, orang tua cenderung
mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya, atau jika terdapat
perbedaan pendapat antara orang tua dan anak maka anak dianggap pembangkang.
Pola asuh otoriter cenderung tidak memikirkan apa yang akan terjadi di masa kemudian
hari, fokusnya lebih masa kini. Orang tua mengendalikan anak lebih karena
kepentingan orang tua untuk memudahkan pengasuhan. Mereka menilai dan menuntut
anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh orang tua.
Orang tua sering tidak menyadari bahwa dikemudian hari anak-anaknya dengan pola
pengasuhan otoriter mungkin akan menimbulkan masalah yang lebih rumit, meskipun
anak-anak dengan pola pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan tanggung
jawab cukupan, namun kebanyakan cenderung menarik diri secara sosial, kurang
spontan dan tampak kurang percaya diri.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian pola asuh?
2. Apa
pengertian perkembangan?
3. Bagaimana
pengaruh pola asuh terhadap perkembangan anak?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari pola asuh
2. Untuk
mengetahui pengertian dari perkembangan
3. Untuk
mengetahui pengaruh pola asuh terhadap
perkembangan anak
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian
Pola Asuh
Secara etimologi, pola berarti
bentuk, tata cara, sedangkan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik. Sehingga
pola asuh berarti bentuk atau system dalam menjaga, merawat dan mendidik. Jika
ditinjau dari terminologi, pola asuh anak adalah suatu pola atau system yang
diterapkan dalam menjaga, merawat, dan mendidik seorang anak yang bersifat
relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh
anak dari segi negative atau positif.
Menurut Dr. Ahmad Tafsir Pola asuh berarti pendidikan, sedangkan
pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[1]
Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan
interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud
menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta
nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri,
tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.
Pola asuh adalah pengasuhan anak
yang berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana keluarga membentuk perilaku
generasi berikut sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan
kehidupan masyarakat. Pola asuh dalam masyarakat umumnya bernuansa dari yang
sangat permisif sampai yang sangat otoriter. Pola asuh dalam suatu masyarakat
dapat dikatakan homogen bila dapat diterima sebagai pola asuh oleh seluruh
keluarga yang hidup dalam masyarakat itu. Jadi merupakan pola asuh dari suatu
etnik misalnya Jawa, Sunda, Bali dan sebagainya.
Menurut Elizabeth B. Hurlock, pola
asuh orang tua adalah cara orang tua dalam mendidik anak. Sedangkan menurut
Chabib Thoha pola asuh orangtua berarti cara yang dilakukan orangtua dalam
mendidik anaknya sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada anak.
1.
Macam-macam
pola asuh
Penelitian Diana Baumrind sangat
berpengaruh. Ia percaya bahwa orang tua tidak boleh menghukum atau menjauh.
Alih-alih mereka harus menetapkan aturan bagi anak dan menyayangi mereka. Dia
telah menjelaskan empat jenis gaya pengasuhan:[2]
a. Pola asuh secara
demokratis
Pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan anak. Orang
tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada
rasio atau pemikiran- pemikiran. Orang tua type ini juga bersifat realistis
terhadap kemampuan anak, tidak berharap melebihi batas kemampuan anak. Orang
tua type ini juga memberikan kebebasan pada anak, dalam memilih dan melakukan
suatu tindakan, dan pendekatannya terhadap anak bersifat hangat.
Mendorong anak untuk mandiri namun
masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Tindakan verbal
memberi dan menerima dimungkinkan, dan orang tua bersikap hangat dan penyayang
terhadap anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis ini mungkin
merangkul anak dengan mesra dan berkata, “Kamu tahu,kamu seharusnya tidak
melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana kamu bisa menangani situasi
tersebut lain kali.” Orang tua yang demikian menunjukan kesenangan dan dukungan
sebagai respons terhadap perilaku konstruktif anak. Mereka juga mengharapkan
perilaku anak yang dewasa, mandiri dan sesuai dengan usianya.
b. Pola Asuh Otoriter
Adalah pola asuh yang membatasi dan
menghukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan
menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan
batas dan kendali yang tegas pada anak dan meminimalisir perdebatan verbal.
Contohnya, orang tua yang otoriter mungkin berkata, “Lakukan caraku atau tak
usah.”
Cenderung menetapkan standar yang
mutlak harus dituruti. Biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya kalau
tidak mau makan, maka anak tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga
cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum apabila sang anak tidak mau
melakukan apa yang diinginkan oleh orang tua. Orang tua tipe ini juga tidak
mengenal kompromi dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua
tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti dan mengenal
anaknya.
c. Pola Asuh Permisif
Adalah pola asuh pengasuhan di mana
orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau
mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak melakukan apa yang ia
inginkan. Hasilnya, anak tidak pernah belajar megendalikan perilakunya sendiri
dan selalu berharap mendapatkan keinginannya. Beberapa orang tua sengaja
membesarkan anak mereka dengan cara ini karena mereka percaya bahwa kombinasi
antara keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan akan menghasilan anak yang
kreatif dan percaya diri. Namun, anak yang memiliki orang tua yang selalu
menurutinya jarang belajar menghormati orang lain dan mengalami kesulitan untuk
mengendalikan perilakunya. Mereka mungkin mendominasi egosentris, tidak
menuruti aturan, dan kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya (peer).
Pola asuh permisif atau pemanja
biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar, memberikan kesempatan pada
anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka
cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam
bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan olaeh mereka. Namun orang
tua tipe ini biasanya bersifat hangat sehingga seringkali disukai oleh anak.
d. Pola Asuh Penelantar
Adalah pola asuh dimana orang tua
sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang memiliki orang tua yang
mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting daripada
diri mereka. Anak-anak ini cenderung tidak memiliki kemampuan sosial. Banyak
diantaranya memiliki pengendalian yang buruk dan tidak mandiri. Mereka sering
kali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing dari
keluarga. Dalam masa remaja, mereka mungkin menunjukan sikap suka membolos dan
nakal.
Pola asuh tipe ini pada umumnya
memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka
banyak dignakan untuk keperluan pribadi mereka seperti bekerja. Dan kadangkala mereka
terlalu menghemat biaya untuk anak-anak mereka. Seorang ibu yang depresi adalah
termasuk dalam kategori ini, mereka cenderung menelantarkan anak-anak mereka
secar fisik dan psikis. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mau memberikan
perhatian fisik dan psikis pada anak-anaknya.
- Pengertian
Perkembangan
Whaley dan Wong mengemukakan
perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari
tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui
proses maturasi dan pembelajaran. Perkembangan berhubungan dengan perubahan
secara kualitas, diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk
berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran.[3]
Teori psikoanalisis
menggambarkan perkembangan sebagai sesuatu yang biasanya tidak disadari (diluar
kesadaran) dan diwarnai oleh emosi. Ahli teori psikoanalisis percaya bahwa
perilaku hanyalah sebuah karakteristik permukaan dan bahwa pemahaman yang
sebenarnya mengenai perkembangan hanya didapat dengan menganalisis makna symbol
perilaku dan kerja pikiran yang dalam. Ahli psikoanalisis juga menekankan bahwa
pengalaman dini dengan orang tua secara signifikan membentuk perkembangan.
Karakteristik ini ditekankan dalam teori psikoanalisis dari Sigmund Freud.[4]
Marlow mendefinisikan
perkembangan sebagai peningkatan keterampilan dan kapasitas anak untuk
berfungsi secara bertahap dan terus-menerus.[5]
Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada setiap individu secara
progresif dan bertahap yang mencakup perubahan fisik maupun psikis seseorang
menuju kesempurnaan sejak masa prenatal sampai akhir hayat serta tidak dapat
terulang kembali.
1.
Faktor
yang mempengaruhi perkembangan
Menurut Eveline faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan anak adalah sebagai berikut:
a.
Faktor
internal
1)
Ras
(suku bangsa)
2)
Keluarga
3)
Kelainan
kromosom
4)
Jenis
kelamin
5)
Usia
b.
Faktor
eksternal
1)
Periode
prenatal
a)
Asupan
gizi ibu hamil
b)
Psikologi
ibu
c)
Poisi
janin
d)
Terganggunya
fungsi plasenta
e)
Konsumsi
zat kimia berbahaya atau yang mengandung toksin (racun)
f)
Gangguan
endokrin
g)
Terkena
infeksi
h)
Terkena
radiasi
i)
Kelainan
imunologi
2) Periode saat persalinan
Jika saat berlangsungnya persalinan terjadi komplikasi
pada bayi, seperti trauma kepala dan asfiksia, akan mengakibatkan kerusakan
jaringan otak bayi.
3)
Periode
setelah persalinan
a)
Asupan
gizi
b)
Penyakit
kronis atau kelainan konginetal
c)
Kondisi
lingkungan
d)
Kondisi
psikologis
e)
Gangguan
endokrin
f)
Kondisi
sosio ekonomi keluarga
g)
Pengasuhan
orang tuanya
h)
Stimulasi
yang diberikan
i)
Pemakaian
obat-obatan tertentu
2.
Bidang
perkembangan
1)
Pertumbuhan
dan perkembangan fisik
Bidang ini meliputi tugas utama pada fase bayi dan anak. Pemahaman
terhadap pola dan tahapan perkembangan fisik sangatlah penting agar bisa
menjadi orang tua, guru dan pengasuh yang efektif.
Meurut Gottlieb dan plomin Karena ditentukan oleh keturunan dan
sangat dipegaruhi oleh kondisi lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan fisik
adalah proses yang sangat bersifat individual. Proses ini bertanggung jawab
dalam perubahan bentuk badan, proporsi dan juga ukuran tubuh secara
keseluruhan. Pertumbuhan, khususnya pertumbuhan otak, terjadi lebih cepat
selama perkembangan pra-kelahiran dan tahun pertama dibandingkan selama
fase yang lain. Pertumbuhan juga berkaitan erat dengan kemajuan di area
perkembangan lain. Pertumbuhan ini bertanggung jawab untuk meningkatkan
kekuatan otot agar bisa bergerak, mengkoordinasi penglihatan dan pengendalian
motorik, serta memadukan kegiatan saraf dan otot guna mengendalikan buang air
kecil dan besar. Selain itu pertumbuhan anak juga berkaitan erat dengan status
nutrisi dan etnis. Kondisi perkembangan fisik anak berfungsi sebagai petunjuk
yang diandalkan tentang kesehatan dan kesejahteraannya secara umum. Hal ini
juga berpengaruh langsung dan menentukan kemampuan anak nantinya dalam mencapai
potensi perkembangan kognitif dan prestasi akademis.
2)
Perkembangan
motorik
Kemampuan anak untuk
bergerak dan mengendalikan bagian tubuhnya adalah fungsi utama dari bidang ini.
Perbaikan (refinement) dari perkembangan motorik bergantung pada
kematangan otak, input dari sistem sensorik, meningkatnya jumlah dan ukuran
urat dan otot, system saraf yang sehat dan kesempatan untuk berlatih.
Pendekatan holistik ini bertentangan dengan cara para ahli perkembangan pada
waktu dulu melihat proses keterampilan motorik muncul. Mereka menjelaskan bahwa
sebuah proses kematangan murni, hampir seluruhnya diatur oleh perintah pada
kode genetika individu. Para psikolog masa kini menganggap penjelasan semacam
ini menyesatkan dan tidak lengkap. Penelitian mereka menunjukkan bahwa ketika
seorang anak menunjukkan ketertarikan, contohnya, dalam menggunakan sendok
untuk makan sendiri, selalu ditunjang oleh koordinasi tangan dan mata yang
semakin baik (untuk mengarahkan sendok ke mulut), motivasi (suka dan ingin
makan apa yang ada dipiring), dan dorongan untuk meniru apa yang orang lain
lakukan. Dengan kata lain lingkungan, yaitu, pengalaman, memainkan peran yang
sangat penting dalam timbulnya keterampilan motorik yang baru.
3)
Perkembangan perseptual
Perkembangan ini mengacu pada cara yang semakin kompleks yang
dilakukan seorang anak untuk menggunakan informasi yang dia terima melalui
pancaindra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan dan
posisi tubuh. Dapat dikatakan bahwa persepsi adalah faktor signifikan yang
menentukan dan menyelaraskan fungsi dari panca indra ini, secara terpisah atau
gabungan. Proses perseptual juga memampukan individu untuk fokus pada hal-hal
yang relevan pada suatu waktu dan menyaring hal-hal yang tidak relevan. Dengan
kata lain: Detail mana yang penting? Perbedaan mana yang harus diperhatikan?
Mana yang harus diabaikan? Terdapat tiga aspek perkembangan perseptual
yaitu:
a)
Multi-indera: Informasi
biasanya diterima melalui lebih dari satu alat indera pada saat yang bersamaan.
Ketika mendengarkan seorang pembicara, kita menggunakan penglihatan (melihat
ekspresi wajah dan gerak tubuh) dan pendengaran (mendengarkan kata-katanya).
b)
Pembiasaan (habituation):
adalah kemampuan untuk mengabaikan segala sesuatu selain hal yang penting pada
suatu situasi. Sebagai contoh: seorang anak yang tidak menyadari percakapan
dibelakangnya tetap memusatkan perhatiannya pada buku.
c)
Integrasi indra: proses ini
merupakan terjemahan dari informasi indra ke perilaku fungsional; anak usia
lima tahun melihat sebuah mobil datang dan dia menunggunya sampai lewat.
4)
Perkembangan kognitif
Perkembangan ini merupakan perluasan
dari kemampuan mental atau intelektual anak. Kognisi meliputi pengenalan,
pemrosesan dan pengaturan informasi serta penggunaan informasi dengan tepat.
Proses kognisi ini mencakup kegiatan mental seperti menemukan,
menginterpretasi, memilah, mengelompokkan dan mengingat. Untuk anak yang
usianya lebih tua, proses kognisi ini berarti mengevaluasi gagasan, menyatakan
pendapat, memecahkan masalah, memahami aturan dan konsep, berfikir kedepan, dan
memvisualisasikan kemungkinan atau konsekuensi. Perkembangan kognitif adalah
proses interaksi yang berlangsung antara anak dan pandangan perseptualnya
terhadap sebuah benda atau kejadian disuatu lingkungan. Mungkin bisa kita
katakan bahwa tidak ada satupun dari perkembangan kognitif maupun perseptual
yang bisa berjalan tanpa bergantung satu sama lain.
Perkembangan kognisi dimulai dengan
perilaku primitif atau refleks yang menunjang pembelajaran dini dan
pembelajaran untuk bertahan hidup pada bayi yang baru saja lahir dalam keadaan
sehat. Contoh pembelajaran paling dini adalah: ketika si ibu bermain bersama
anaknya dengan menjulurkan lidahnya beberapa kali, si bayi akan mulai
menirukannya. Hal ini dan perilaku dini lainnya membuat ahli psikolog
perkembangan merenungkan banyaknya persamaan yang menyolok pada cara bayi dan
anak belajar.
5)
Perkembangan berbahasa
Bahasa sering didefinisikan sebagai sebuah system simbol, secara
lisan, dan dengan menggunakan gerak tubuh (melambai, mengerutkan dahi, gemetar
ketakutan), yang memungkinkan kita untuk berkomunikasi satu sama lain.
Perkembangan bahasa yang normal bersifat teratur, bertahap dan bergantung pada
kematangan dan kesempatan belajar .
Sebagian besar anak tampaknya dapat memahami sejumlah konsep dan
hubungan, jauh sebelum mereka menemukan kata-kata untuk mendeskripsikannya. Hal
ini disebut sebagai bahasa reseptif, yang mendahulukan bahasa ekspresif
(kemampuan mengucapkan kata untuk menggambarkan dan menjelakan). Perkembangan
berbicara dan berbahasa berkaitan erat dengan perkembangan umum kognitif,
sosial, perseptual dan otot-otot sel otak anak. Perkembangan bahasa dan
aturan-aturan pemakaiannya juga dipengaruhi oleh jenis bahasa yang anak dengar
di rumah, sekolah dan masyarakat.
6)
Perkembangan
sosial dan personal
Perkembangan ini adalah area yang
luas yang mencakup perasaan anak terhadap diri sendiri dan hubungan mereka
dengan orang lain. Hal ini mengacu pada perilaku dan respons anak untuk bermain
dan berkegiatan serta kedekatan mereka dengan anggota keluarga, pengasuh, guru dan
teman-teman. Peran gender, kemandirian, moralitas, kepercayaan, dan penerimaan
terhadap peraturan merupakan aspek dasar perkembangan personal dan sosial.
Keluarga dan nilai budayanya adalah pengaruh utama dalam membentuk perkembangan
sosial anak dan ciri kepribadian dasar.
Dalam menggambarkan perkembangan
personal dan sosial, harus diingat bahwa anak berkembang dengan kecepatan yang
berbeda. Perbedaan individu dalam latar belakang genetika dan budaya, status
kesehatan, faktor-faktor seperti pengalaman dalam pengasuhan anak adalah
penyebab keragaman ini. Tidak ada dua anak yang benar mirip, baik dalam hal
perkembangan personal sosial atau perkembangan dibidang lainnya.
C.
Pengaruh
Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak
1. Pengaruh Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya,
mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, dan
kooperatif terhadap orang lain.
2. Pengaruh Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang
penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar
norma-norma, berkepribadian lemah, cemas dan terkesan menarik diri.
3. Pengaruh Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri,
kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri.
4. Pengaruh Pola Asuh Penelantar
Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak yang
moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self
esteem (harga diri) yang rendah, sering bermasalah dengan teman-temannya.
Agar dampak yang ditimbulkan dari pola asuh
orang tua yang salah tidak terjadi, maka sebaiknya orang tua menerapkan pola
asuhnya disertai dengan beberapa hal sebagai berikut:
1)
Usahakan untuk selalu menanamkan ajaran
agama pada anak-anak sejak dini. Pola asuh keluarga berbasis agama yang dinilai
sebagai pendidikan paling baik saat ini.
2)
Anak akan meniru orang tua, jadi sebaiknya orang tua pun
harus menjadi teladan yang baik. Jika ingin memiliki anak yang berperilaku
positif, orang tua pun harus menjauhi segala hal yang negatif.
3)
Menjalin komunikasi antara orang tua dan anak adalah hal yang
sangat penting, hal ini agar terjadi saling pengertian dan tidak menimbulkan
salah paham.
4)
Orang tua wajib memberikan aturan-aturan tertentu agar anak
tidak terlalu dibebaskan, namun aturan-aturan tersebut harus disesuaikan dengan
kemampuan atau kebutuhana anak, sehingga anak pun tidak merasa berat dan
terbebani.
5)
Hukuman memang boleh diberikan, bahkan dianjurkan agar si
anak menjadi jera. Tapi hukuman yang dimaksud bukanlah kemarahan yang
menjadi-jadi atau kekerasan fisik yang membuat anak kesakitan. Anak yang masih
labil, bisa salah paham dan berpikiran buruk pada orang tua yang suka
memberikan hukuman fisik. Hukuman orang tua pada anak adalah bentuk kasih
sayang, jadi sebagai orang tua harus pintar-pintar memberikan hukuman yang
cocok bagi anak.
Adapun pengaruh
pola asuh orang tua terhadap pembentukan karakter anak yaitu:
1. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dan yang Tidak
Bekerja terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Sikap,
kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun pertama, sangat menentukan
seberapa jauh individu-individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan
ketika mereka bertambah tua. Kenyataan tersebut menunjukkan pentingnya
dasar-dasar yang diberikan orang tua pada anaknya pada masa kanak-kanak.
Kenyataan
yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua
terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan
terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya. Keadaan ini biasanya terjadi
pada keluarga-keluarga muda yang semuanya bekerja. Anak-anak kurang mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari orang tua karena keduanya sama-sama sibuk dengan
pekerjaannya masing masing.
Sedangkan
anak pada usia ini sangat mambutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama
untuk perkembangan kepribadian. Anak
yang ditinggal orang tuanya dan hanya tinggal dengan seorang pengasuh yang
dibayar orang tua untuk menjaga dan mengasuh, belum tentu anak mendapatkan
pengasuhan yang baik sesuai perkembangannya dari seorang pengasuh.
Anak
yang ditinggal kedua orang tuanya bekerja cenderung bersifat manja. Biasanya
orang tua akan merasa bersalah terhadap anak karena telah meninggalkan anak
seharian. Sehingga orang tua akan menuruti semua permintaan anak untuk menebus
kesalahanya tersebut tanpa berfikir lebih lanjut permintaan anak baik atau
tidak untuk perkembangan kepribadiaan anak selanjutnya. Kurangnya perhatiaan
dari orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik
dilingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat mereka
di rumah. Anak suka mengganggu temannya ketika bermain, membuat keributan di
rumah dan melakukan hal-hal yang terkadang membuat kesal orang lain. Semua
perlakuan anak tersebut dilakukan hanya untuk menarik perhatian orang lain
karena kurangnya perhatian dari orang tua.
Sedangkan
orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pengasuhan
anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya mendapatkan kasih sayang dan
perhatian dari orang tua. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi
kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak
selalu dengan pangawasan orang tua. Oleh karena itu, orang tua yang tidak
bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif. Sehingga anak mampu untuk
bersikap mandiri.
2. Pengaruh Pola Asuh
Orang Tua yang Berpendidikan Tinggi dan Berpendidikan Rendah Terhadap
Pembentukan Kepribadian Anak
Latar belakang pendidikan orang tua
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua
yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan
segala perubahan dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua
yang berpendidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan
anak dan bagaimana pengasuhan orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan
anak khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua
yang berpendidikan tinggi umumnya dapat mengajarkan sopan santun kepada orang
lain, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain.
Berbeda dengan orang tua yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah. Dalam pengasuhan anak umumnya
orang tua kurang memperhatikan tingkat perkembangan anak. Hal ini dikarenakan
orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui tingkat perkembangan anak.
Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa anak pada saat itu. Orang tua
biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara mereka sendiri. Apa yang menurut
mereka baik untuk anaknya. Anak dengan pola asuh orang tua yang seperti ini
akan membentuk suatu kepribadian yang kurang baik.
3. Pengaruh Pola Asuh
Orang Tua dengan Tingkat Ekonomi Menengah Keatas dan Menengah Kebawah
Permasalahan ekonomi dalam keluarga
merupakan masalah yang sering dihadapi. Tanpa disadari bahwa permasalahan
ekonomi dalam keluarga akan berdampak pada anak. Orang tua terkadang
melampiaskan kekesalan dalam menghadapi permasalahan pada anak. Anak usia
prasekolah yang belum mengerti tentang masalah perekonomian dalam keluarga
hanya akan menjadi korban dari orang tua.
Dalam pola asuh yang diberikan oleh
orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah keatas dan orang tua yang
tingkat perekonomiannya menengah kebawah berbeda. Orang tua yang tingkat
perekonominnya menengah keatas dalam pengasuhannya biasanya orang tua
memanjakan anaknya. Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang tua.
Segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang tua.
Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas dengan materi. Perhatian dan kasih
sayang orang tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak.
Anak yang terbiasa dengan pola asuh
yang demikian, maka akan membentuk suatu kepribadian yang manja, serba menilai
sesuatu dengan materi dan tidak menutup kemungkinan anak akan sombong dengan
kekayaan yang dimiliki orang tua serta kurang menghormati orang yang lebih
rendah darinya.
Sedangkan pada orang tua yang
tingkat perekonomiannya menengah kebawah dalam cara pengasuhannya memang kurang
dapat memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi. Orang tua hanya dapat
memenuhi kebutuhan anak yang benar-benar penting bagi anak. Perhatian dan kasih
sayang orang tualah yang dapat diberikan.
Anak yang hidup dalam perekonomian
menengah kebawah terbiasa hidup dengan segala kekurangan yang dialami keluarga.
Sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang mandiri, mampu menyelesaikan
permasalahan dan tidak mudah stres dalam menghadapi suatu permasalahan.dan anak
dapat menghargai usaha orang lain.
Pada kenyataannya terdapat juga
anak yang minder dengan keadaan ekonomi orang tua yang kurang. Oleh karena itu,
peran orang tua dalam hal ini sangat penting. Orang tua harus menyeimbangkan
dengan pendidikan agama pada anak. Sehingga anak mampu mensyukuri segala yang
telah diberikan oleh sang Pencipta.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pola asuh orang tua merupakan pola
perilaku yang diterapkan orang tua pada anak-anaknya yang bersifat konsisten
dari waktu kewaktu. Pola asuh orang tua berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian anak. Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak.
Seorang anak akan meniru perilaku dari orang tuanya baik itu perilaku baik
maupun perilaku yang kurang baik. Hal itulah yang nanti akan dibawa anak sampai
tua.
Keluarga
berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan kehidupan sosial dan
norma-norma sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh
anak, sehingga pada gilirannya anak berpikir dan berbuat positif di dalam dan
terhadap lingkungannya.Pola asuh adalah pengasuhan anak yang
berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana keluarga membentuk perilaku generasi
berikut sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan
masyarakat.
Perkembangan (development) adalah peningkatan kemampuan
dalam hal struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan memiliki
pola yang teratur dan dapat diprediksi, yang merupakan hasil dari proses
pematangan. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Dimana pola asuh orangtua adalah salah satu bagian dari faktor
eksternal pasca persalinan yang mempengaruhi perkembangan anak.
Dari berbagai macam pola asuh yang tersebut diatas, dapat kami
simpulkan bahwa pola asuh yang paling baik adalah pola asuh demokratis karena
dapat menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri,
mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stress,
mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru. Dan kooperatif terhadap orang lain.
B.
Saran
Sebagai seorang calon
guru dan calon orang tua, tentunya pembaca harus bisa memahami
kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Hal ini bertujuan agar
ketika menjadi guru, pembaca sudah mengerti tugas seorang guru yang sangat
berat, dan yang terpenting adalah mempersiakan segala hal yang akan digunakan
sebagai seorang guru.
Demikianlah makalah ini kami buat, kami
selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock,
John W. 2007. Perkembangan Anak (Edisi1).
(Jakarta: Erlangga)
Santrok,
John W. 2007. Perkembangan Anak Edisi
Sebelas (Jilid 2). (Jakarta : Erlangga)
Supartini,
Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan
Anak. (Jakarta: Salemba Medika)
Yatim,
Danny I Dan Irwanto. 1991. Kepribadian
Keluarga Narkotika, (Jakarta: Arcan)
[2] John W. Santrok, Perkembangan Anak Edisi Sebelas (Jilid 2),
(Jakarta : Erlangga, 2007), Hlm. 167-168.
[3] Yupi Supartini, Konsep Dasar Keperawatan Anak,(Jakarta:
Salemba Medika, 2004), Hlm. 49.
[4] John W Santrock, Perkembangan Anak (Edisi1),(Jakarta:
Erlangga, 2007), Hlm. 44.
[5] Ibid, Yupi Supartini.