Saturday, 16 March 2019

Hakekat Kelompok


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakekat Kelompok
1.      Pengertian kelompok
Menurut Charles Cooley: kelompok merupakan Pertemuan face to face antara beberapa individu yang melibatkan kerjasama yang mendalam
Menurut Gladding: 2 orang/lebih yang mempunyai ketergantungan satu sama lain, dan mempunyai kesadaran bahwa masing-masing mempunyai niat untuk mencapai tujuan yang sama
Pengertian Konseling kelompok
Konseling kelompok adalah pengalaman-pengalaman perkembangan dan penyesuaian rutin yang disediakan dalam lingkup kelompok. Konseling kelompok berfokus pada untuk mambantu konseli mengatasi penyesuaian diri sehari-hari mereka, dan menjaga perkembangan dan bertumbuhan pribadi tetap di koridor yang benar dan sehat. Contoh-contohnya seperti fokus kepada modifikasi prilaku, pengembangan keahlian menjalin hubungan pribadi, fokus kepada aspek seksualitas, fokus kepada nilai atau sikap yang dianut, atau pengambilan keputusan karir. [1]
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa konseling kelompok meupakan suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang atau segerumunan orang dalam rangka meningkatkan keahlian menjalin hubungan pribadi dengan orang lain dengan nilai atau sikap yang di anut maupun pengambilan keputusan karir.
2.      Proses kelompok (group process) dan dimanika kelompok (group dinamics)
Dua istilah yang umum digunakan untuk menggambarkan aktivitas suatu kelompok adalah proses dan dinamika, walaupun sering digunakan bergantian, sebenarnya makna keduanya berbeda jika digunakan untuk mendeksprisikan aktivitas konseling kelompok. Diawal konseling siswa harus di catat kalau proses kelompok merupakan gerakan kelompok dari satu titik awal menuju satu titik akhir, serangkaian cara mengedentifikasi atau mendeskripsikan tahapan-tahapan yang melalui kelompok berjalan.
Dinamika kelompok di sisi lain, megacu pada kekuatan-kekuatan sosial dan pengoprasian yang bermain di dalam kelompok di waktu tertentu. Ia mendeskripsikan interaksi kelompok, mengedentifikasikan pengaruh kepemimpinan, peran kelompok dan partisipasi anggota di dalam kelompok; sebuah penganalisisan interaksi antar individu-individu di dalam kelompok. Dinamika kelompok seringkali di gunakan juga untuk mengacu kepada teknik-teknik kelompok tertentu seperti permainan peran, pengambilan keputusan, sesi sesi kritikan dan observasi.[2]
3.      Perbedaan konseling kelompok dengan konseling individual
Istilah konseling merujuk kepada penyesuaian rutin atau pengalaman perkembangan dalam lingkup kelompok. Konseling kelompok difokuskan untu membantu konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian-diri dan perkembangan kepribadian hari ke-hari. Contohnya, fokus kepada modifikasi prilaku, pngembangan keahlian hubungan pribadi, problem seksualitas manusia, nilai atau sikap, atau pengambilan keputusan karier.[3]
Pengertian konseling individual mampunyai makna spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa raport, dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk mengangembangkan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya[4]. Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan menguasai teknik-teknik konsling individual berarti akan mudah menjelaskan proses bimbingan dan konseling
Dari pendapat di atas maka disimpulkan bahwa konseling kelompok penuh potensi untuk penyembuhan, sebab di dalam konseling kelompok setiap klien harus belajar membantu yang lain. Setiap anggota harus menghargai pendapat yang lain dalam membuka masalah dengan memberi kesempatan yang lain untuk memecahkan maslahnya sendiri sedangkan dalam konseling individual tujuannya lebih jelas karena konselor cuma fokus pada satu klien saja, dan itu sangat mempermudah konselor maupun klien dalam melakukan kegiatan konseling.
B.     Macam-Macam Kelompok
1.      Kelompok primer dan kelompok sekunder
·         Kelompok primer adalah kelompok yang anggota-anggotanya bertemu secara langsung. Ciri-ciri kelompok primer adalah:
a)      Jumlah anggotanya sedikit
b)      Anggota-anggotanya mampunyai latar belakang yang sama
c)      Anggota-anggotanya mampunyai kepentingan pribadi yang terbatas
d)     Anggota-anggotanya berbagi kepentingan dengan intensif
e)      Tidak ada formalitas kepemimpinan dan keanggotaan
f)       Pembagian tugas terjadi atas kesukarelaan
·         Kelompok sekunder adalah kelompok yang hubungan anggota-anggotanya tidak langsung, lebih bersifat formal dan perteman antara anggota-anggotanya berlangsung pada saat-saat terrentusaja (shertzer dan stone, 1981). Didalam kelompok sekunder terdapat pimpinan dan anggotanya formal, ada peraturan yang mengatur kegiatan pemimpin, dan hubungan dengan luar kelompok.
2.      Kelompok psikologis dan kelompok sosial (psyche and sosial groups)
·         Kelompok psikologis (psyche group) adalah kelompom yang mampunyai ciri-ciri:
a)      Bersifat informal dalam arti tidak mampunyai peraturan-peraturandan andaikata ada peraturan maka aturan itu sifatnya sementara
b)      Keanggotaanya bersifat sukarela dan biasanya sangat homogin
c)      Jumlah anggotanya kecil, pada umumnya dua, tiga, atau empat orang.
d)     Tujuannya untuk memuaskan kebutuhan emosioanalanggotanya, tetapi tujuan ini biasnya tidak dirumuskan secara tegas namun muncul karena adanyaperasaan senasib
e)      Ada hubungan pribadi yang mendalam diantara anggota-anggotanya.
·         Kelompok sosial (sisio group). Kelompok sosial dapat dikatakan kebalikan dari psyche group. Kelompok ini mampunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Anggotanya dapat bersifat sukarela maupun tidak suka rela dalam arti seseorang dapat menjadi seseorang dapat menjadi anggota kelompok bukan karena keinginan sendiri tetapi karenan ditunjuk untuk mewakili organisasi tertentu.
b)      Anggotanya heterogen baik dalam gal umumr, kedudukan, maupun pekerjaan.
c)      Mampunyai tujuan tertentu yang ditetapkan oleh anggota-anggotanya, baik biasnya bersifat sosial
d)     Kegiatannya berorientasi pada tugas (task oriented group) atau pada pemecahan masalah (problem-solving oriented group).
Perbedaan antara psyche group dan socio group kadang-kadang tidak jelas. Suatu psyche group dapat berubah menjadi socio group. dan sebaliknya
3.      In-group dan out-group
·         In-group adalah kelompok dimana individu-individu anggotanya dengan sadar mengedentifikasikan dirinya, melibatkan dirinya, dan diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan kelompoknya. Keberadaan dan keterlibatan individu dalam kegiatan ditentukan oleh sikap-sikapnya seperti, sikap membantu, memikirkan dan sikap kerasama khususnya dalam situasi-situasi sosial tertentu.
·         Out-group merupakan kebalikan dari In-group yaitu individu dianggap sebagai out-group karena tidak melibatkan diri dengan kegiatan-kegiatan kelompok dan tidak diikutsertakan oleh kelompoknya. Biasnya individu-individu tersebut dinyatakan dengan sebutan “mereka”, “orang lain”, dan bukan dengan “kita”. Sikap menganggap Out-group tersebut dinyatakan dengan ungkapan-ungkapan yang menunjukkan perbedaan, dan kadang dengan sikap perbedaan, dan kadang dengan sikap permusuhan, penuh prasangka, kebencian dan sikap apatis atau tidak peduli.
4.      Kelompok tertutup dan kelompok berkesinambungan (closed and continuous groups)
·         Kelompok tertutup adalah kelompok yang jumlah anggotanya tetap yaitu individu-individu yang dari awal smpai akhir menjadi anggota kelompok tersebut. Individu lain tidak boleh masuk ikut kegiatan kelompok selama proses kelompok berlangsung.
·         Kelompok berkesinambungan juga sering disebut dengan nama kelompok terbuka, adalah kelompok yang anggotanya dapat bertambah selama proses  kelompok berlangsung. masuknya anggota baru ini bisa menimbulkan masalah komonikasi penerimaan dari anggota lama pada anggota barudan kseulitan dari anggota baru untuk beradaptasi secara penuh bersama anggota–anggota lain, hal ini dapat terjadi karenan hubungan yang sudah terbina dengan baik dalam kelompok perlu dikembangkan lagi dengan masuknya anggota-anggota baru.
·         Kelompok latihan kepekaan (sensitivity groups). Kelompok latihan kepekaan merupakan salah satu kelompok latihan pertama dan umum dibidang pembinaan pribadi.  Kelompok latihan kepekaan menekankan pada keterampilan-keterampilan hubungan antara manusia (human relations skills), agar individu dapat berhasil berfungsi dalam kehidupan masyarakat terutama dalam lingkungan pekerjaan, latihan-latihan dalam kelompok ini dilakukan melalui pengalama-pengalaman dalam lingkungan dimana individu dapat mengadakan pencobaan-pencobaan yang hasilnya dapat dianalisis, dapat mengemukakkan ide-ide baru, belajar mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Anggot-anggot kelompok latihan kepekaan diajarkan dapat mengamati proses bagaimana mereka belajar, lebih responsive terhadap apa yang terjadi dilingkungannya, dan belajar mengambangkan peranan kepemimpinan dan dapat meneruskan menggunakan keterampilan-keterampila tersebut srtelah latihan dilaboratorium selesai
·         Kelompok latihan (T-Groups). Kelompok latihan atau kelompok (T = Training) didalam kelompok T para per=serta berada dalam lingkungan yang tidak berstruktur dan bertanggung jawabuntuk membangun interaksi kelompok yang dapat membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, misalnya kebutuhan untuk mendapat dukungan, mendapat balikan, dan kebutuhan belajar. Prilaku para peserta disesuaikan dengan peranan-eranan yang dimainkannya, dengan demikinan para peserta kelompok T mampunyai kesempatan untuk belajar tentang cara-cara belajar dimana prilaku mereka diamati oleh anggota lain dalam kelompok, belajar berbagai macam peran, belajar cara-cara untuk menjadi lebih peka terhadapperasaan-perasaan dan prilaku anggota kelompok yang lain, belajar metode –metode untuk memahami dinamika prilaku kelompok.
Tujuan kelompok T adalah untuk mempelajari dan meningkatkan keterampilan-keteraampilan hubungan antar pribad, dan diharapkan apa yang dipelajari para peserta dalam kelompok tersebut dapat diterapkan dalam lingkungan hidup dan kerja mereka. Golembiewski dan Blumberg (1977) menggambarkan tiga ciri pokok dari kelompok T,  yaitu:
1.      Merupakan laboratorium untuk belajar terutama belajar keterampilan-keterampilan hubungan antapribadi
2.      Menyediakan kesempatan-kesempatan untuk belajar bagaimana belajar.
3.      Menekankan pada hal-hal yang terjadi pada saat sekarangdan disini (here-and-now) dan bukan pada hal-hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang (here and-now)
·         Kelompok pertemuan (Encounter groups).kelempok pertemuan adalah kelompok yang memberikan pengalaman-pengalaman secara intensif di dalam kelompok kecil, dan menekankan pada pertumbuhan pribadi para anggotanya. Pertumbuhan pribadi ini dapat dicapai dengn memperluas kesadaran individu tentang dirinya sendiri, mengadakan exsplorasi masalah-masalah hubungan antar prbadi dan kejiwaan individu yang bersangkutan, dan menghilangkan hambatan-hambatan yang mengganggu. Kelompok pertemuan kadang-kadang disebut sebagai kelompok pengembangn prbadi.
Corey (1985:11) meringkaskan tujuan kelompok pertemuan tersebut adalah agar individu:
a)      Menjadi lebih sadar terhadap potensi-potensinya yang tersembunyi Memanfaatkan kekuatan-kekuatannya yang belum digunakan dan mengenmbangakan kreativitas serta spontanitas:
b)      Menjadi lebih terbuka dan jujur dengan orang-otrang tertentu
c)      Mengurangi sikap pura-pura yang mencegah keakraban
d)     Menjadi lebih bebas terhadap hal-hal yang bersifat “sepatutnya” “sebaiknya dan “seharusnya”, dan dapat mengembangkan nilai-nilai pribadi,
e)      Dapat mengurangi perasaan-perasaan terasing dan takut bergaul akrab dengan orang lain
f)       Belajar bagaimanan mengemukakkan dengan langsung apa yang diinginkannya
g)      Belajar membedakan antara merasakan dan melakukakn sesuatu tindakan pada orang laim
h)      Lebih memperdulikan orang lain
i)        Belajr bagaimana memberi sesuatu kepada orang lain: dan,
j)        Belajar mengurangi keragu-raguan dan membuat pilihan-pilihan.
·         Kelompok pengembangan organisasi (organizational development group) kelompok pengembangan organisasi berasal dari kelompok latihan laboratorium, dan mampunyai tujuan untuk dengan sadar mengubah sistem sosial, misalnya norma-norma dan nilai-nilai sosial. Perubahan norma-norma dan nilai-nilai sosial  merupakan pendorong utam untuk perubahan organisasi dan perubahan itu terjadikarena pengaruh prilaku para anggota
·         Kelompok latihan keterampilan hidup (lif-skills training group kelompok latihan keterampilan hidup adalah kelompok yang melatihkan keterampilan-keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain. Kelompok latihan keterampilan ini dikembangkan berdasarkan teori bahwa banyak orang yang mampunyai masalah-masalah emosional atau kesulitan dalam mengadakan penyesuaikan penyesuaian disebabkan karenan tidak berhasil mempelajari keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mempelajari hal tersebut, Karen contoh yang ditiru kurang baik atau karena lingkungan yang tidak mendukung atau kedua duanya. Gazda (1989) secara rinci mengemukakan asumsi-asumsi dasar mengenai latihan keterampilan hidup yang mampunyai fungsi pencegahan sebagai berikut:
1.      Efektifitas fungi pribadi bergantung pada tingkat penguasan individu dalam tujuh bidang perkembangan manusia, yaitu perkembangan: jamsmani, psikologis dan sosial, moral, perasaan, ego, kognetif, dan pekerjaan.
2.      Individu-individu yang berfungsi secara efektif mengalami kemajuan melalui tahap-tahap perkembangan tertentu.
3.      Keterampilan-keterampilan untuk mengatasi masalah dan berhubungan dengan orang lain dapat dipelajari dengan baik pada umur-umur tertentu.
4.      Meskipun kapasitas belajar itu merupakan pembawaan, tetapi tingkat pencapaian mengenai apa yang dipelajari berkaitan erat dengan lingkungan dan pengalaman hidup seseorang.
5.      Keterampilan-keterampilan hidup itu akan dipelajari dan di praktikan diluar kelompok apa bila keseluruhan kurikulum keterampila-keterapilan hidup tersebut diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kesiapan individu yang belajar.[5]


















[1] Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hlm. 52
[2] Ibid, Hlm. 278
[3] Ibid,, Hlm. 275
[4] Sofyan s. willis, Konseling individual; teori dan praktek (bandung: alfabeta, 2017), hlm 159
[5] Tatiek Romlah, Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok (Malang: Universitas Negeri Malang, 2006), hlm. 30