BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pertemuan yang diadakan sehari-hari, tes pada saat rapat dengan usaha
untuk memperoleh informasi tentang peningkatan pada siswa sebagai hasil dari
pengujian, dengan demikian, tes dapat diartikan sebagai alat yang digunakan
untuk memperoleh informasi yang dapat dicocokkan dengan standar yang telah
disepakati dalam suatu program. Keberhasilan proses belajar siswa dalam hal
belajar mengajar dikelas dapat dilihat darimana penguasaan kompetensi yang
telah dikuasai oleh seluruh siswa dikelas tersebut.
Adanya perbedaan individu tentu berhasil atau tidak setiap individu dalam
menjalankan tugas dan tugas yang mengandung tugas belajar. Dengan mewakili
perbedaan individu tersebut maka, perlu diciptakan alat untuk mengukur keadaan
individu. Dan alat mengukur ini disebut Tes.
Tes bahasa dan terjemahan bahasa merupakan dua kegiatan yang saling
berkaitan erat. Terakit tes bahasa ini dirancang dan dilaksanakan untuk
memperoleh informasi tentang yang berkaitan dengan keefektifan disetujui
bahasa. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan disampaikan lebih lanjut
tentang pengertian tes bahasa, jenis-jenis tes, dan ruang lingkup.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Tes Bahasa Arab?
2. Apa saja Jenis-jenis Tes Bahasa Arab?
3. Bagaimana Ruang Lingkup Tes Bahasa Arab?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Tes Bahasa Arab
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Tes Bahasa Arab
3. Untuk memahami Ruang Lingkup Tes Bahasa Arab
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes
Tes diartikan sebagai alat, prosedur atau rangkaian kegiatan yang digunakan
untuk mendapat contoh tingkah laku seseorang yang memberikan gambaran tentang
kemampuannya dalam suatu bidang ajaran tertentu. Tes berbentuk sekumpulan
pertanyaan yang harus dijawab atau serangkaian perintah atau kegiatan yang
harus dilaksanakan mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh orang yang
menggunakan tes tersebut.[1]
Penggunaan istilah tes mengacu pada suatu alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengukur suatu kemampuan. Menurut Gronlund dan Linn, ada tiga hal yang
penting dalam pengertian Tes. Pertama, tes adalah sebuah alat
pengukuran. Pemberian tes (testing) adalah bagian dari kegiatan pengukuran
(measurrement). Kedua, Tes adalah alat untuk mengukur sampel,
pengetahuan, atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu pemberian
tes pada dasarnya terbatas dari segi waktu pelaksanaannya, pengetahuan dan
kemampuan yang diukur bersifat luas hampir tanpa batas, sedangkan gambaran
pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh melalui tes merupakan sampel dari
semua kemampuan dan pengetahuan yang mugnkin dimiliki oleh pembelajar. Ketiga,
tes adalah penafsiran angka yang diperoleh untuk menentukan cukup baik atau
tidaknya seseorang pembelajar dalam mencapai suatu tujuan.
Tes merupakan salah satu jenis alat untuk memperoleh data numeric, atau
alat untuk melakukan pengukuran yang hasilnya dimanfaatkan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi.[2]
B. Jenis-Jenis Tes Bahasa Arab
1. Berdasarkan Cara Penilaian
a.
Tes
Obyektif (ikhtibaar maudhu’i)
Tes Objektif adalah tes yang penilaiannya
dilakukan secara objektif, mengandung pertanyaan yang sudah terstruktur dengan
sempurna, peserta tes tidak perlu melahirkan ide, sebab telah disediakan
jawaban untuk dipilih dan tidak dituntut adanya kemampuan mengorganisasikan
jawaban, mengacu pada cara penilaian yang ajeg, dengan hasil yang sama, tidak
berubah sekalipun dilakukan berulang-ulang, atau dilakukan oleh penilai yang
berbeda, peserta hanya perlu mengenal jawaban yang dianggap benar. Dalam
melakukan penilaian berpedoman pada kunci jawaban.
b. Tes Subyektif (ikhtibaar dzati)
Tes dikategorikan subyektif apabila penilaian
yang dilakukan dipengaruhi oleh pendapat pribadi si penilai, jawaban terhaadap
tes ini berupa ungkapan bebas dalam bentuk kalimat, paragraf, atau uraian
lengkap termasuk esai. Biasanya digunakan pada pengajaran mengarang, membaca
pemahaman, dalam tes maharah qiroah. Untuk mengurangi kadar subjektifitas
diperlukan penilaian berkali-kali dan menugaskan lebih dari satu orang penilai.
c. Tes Formatif (al-Ikhtibaar al-Takwini)
Tes formatif merupakan tes yang dilaksanakan
pada saat program pengajaran berlangsung, tujuannya untuk menyempurnakan program dan memantau kemajuan
siswa, mengetahui kelemahan dan kesulitan belajar, dalam memahami materi. Tes
ini dilakukan beberapa kali seperti Tes mingguan, bulanan dan bisa juga
dilakukan untuk mengakhiri tatap muka disetiap jam pelajaran.
d. Tes Sumatif (al-Ikhtibaar al-Khitami)
Tes Sumatif adalah jenis tes yang dilakukan
untuk mengukur prestasi belajar siswa dalam kurun waktu tertentu, seperti akhir
semester dan dinyatakan dalam bentuk laporan secara deskriptif, bisa juga
seperti rapor. Tingkat kesulitannya bervariasi, dan materinya harus mewakili
dari materi yang sudah diajarkan. Keunggulan dari adanya tes ini selain
mengukur prestasi belajar, juga menentukan kelas, menentukan pemberian
sertifikasi atas kecakapan dan keterampilan tertentu, menilai efektivitas
pembelajaran.
e. Tes Masuk (al-Ikhtibaar al-qabul)
Tes ini biasanya dilakukan oleh lembaga
pendidikan untuk menyeleksi calon siswa pilihan yang akan diterima disekolah
tersebut. Bentuk tes yang digunakan menyesuaikan dengan program yang akan
diselenggarakan seperti tes masuk kelas bahasa, maka isi tes mencerminkan jenis
keterampilan dan kemampuan berbahasa, sedangkan kriterian penerimaan calon
siswa dilembaga tersebut memperhatikan jumlah peserta yang dikehendaki.
f. Tes Penempatan (ikhtibaar al-tashnif.
Tes penempatan merupakan tes yang
diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program, dengan tujuan untuk
menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuan
berbahasa yang dimiliki. Yang perlu diperhatikan dalam memberikan gambaran
tentang tingkat kemampuan siswa, guru tidak cukup melakukan tes sekali saja,
akan tetapi dibutuhkan serangkaian tes mengikat sebagai tolak ukur atau
indikator gueu dalam melihat ragam kemampuan bahasa yang dimiliki siswa.
g. Pre-Tes (ikhtibaar qabli)
Merupakan tes yang diselenggarakan sebelum
suatu program dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang
implikasinya dapat membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran,
membuat guru menjadi sibuk terutama tahun-tahun pertama kegiatan tersebut
diterapkan.
h. Pos-Tes (ikhtibar ba’di)
Pos tes merupakan suatu tes yang dilakukan
menjelang berakhirnya suatu program pembelajaran, bertujuan untuk mengetahui
kemampuan akhir siswa, dan dapat mengetahui tingkat kemajuan yang berhasil
dicapai siswa setelah mengikuti program pembelajaran tersebut.
i.
Tes Hasil Belajar (ikhtibar al-Tashil)
Tes hasil belajar bertujuan untuk mengetahui
ukuran hasil belajar siswa yang berhasil dicapai terhadap suatu mata pelajaran
tertentu. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan batasan dalam menjawab soal yang
diberikan, batasan waktu tersebut disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam menjawab
pertanyaan yang telah diajukan.
j.
Tes Standar
Tes standar adalah tes yang dikembangkan
dengan upaya untuk mengikuti prosedur dan memenuhi persyaratan secara ketat,
ciri-ciri pokok dan persyaratan tes yang baik itu dikaji secara sadar dan
terencana dan diusahakan pemenuhannya. Semua itu dilakukan untuk memperoleh tes
yang paling baik mutunya, untuk mencapai tujuan itu, penyusunan tes standar
dimulai dengan melakukan telaah terhadap jabaran isi dari kemampuan yang akan
diukur, untuk menentukan cakupan dan relevansi isi tes yang sesuai. Biasanya
juga digunakan sebagai syarat utama untuk masuk pada suatu lembaga pendidikan
yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan bahasa tertentu. Contoh tes standar
ini dapat berupa TOEFL/TOAFL.
Dalam praktiknya, tes standar dalam pengajaran bahasa
sangat terbatas, mengingat banyak dan ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi,
belum lagi tingkat kerumitan prosedur penyusunannya. Jenis tes ini memiliki
butir-butir isi yang telah dikaji dan diupayakan memenuhi ketentuan tertentu
seperti tingkat kesulitan, adanya sisi pembeda antar butir soal.[3]
2. Berdasarkan Cara Mengerjakan
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah suatu tes yang cara
menjawab pertanyaannya dilakukan secara tertulis, sedangkan bentuk
pertanyaannya bisa disampaikan dalam bentuk tulis, ataupun lisan, misalnya tes
menyimak dan dikte. Tes tertulis ini bisa diberlakukan untuk berbagai
keterampilan berbahasa.
b. Tes Lisan
Tes lisan adalah suatu tes yang cara menjawab
pertanyaannya dilakukan secara lisan, dalam konteks pembelajaran bahasa tes ini
cocok untuk mengukur kemampuan berbicara baik dari aspek aksennya,
gramatikalnya, kelancaran, ketepatan pilihan katanya, uslubnya, ketepatan dalam
memberikan informasi dan menerima informasi, tekanan dan kefasihan dalam
melafalkan kata, disamping itu, tes lisan juga dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan membaca teks bahasa arab.
3. Berdasarkan Kriteria Bentuk Jawaban
a. Tes Esai
Merupakan tes yang jawabannya menuntut peserta
untuk memberikan jawaban dalam bentuk uraian dengan menggunakan bahasanya
sendiri. Karakteristik utama dari tes ini adalah memberikan keleluasaan teste
dalam memilih, menghubungkan, dan mengemukakan idenya menggunakan bahasanya
sendiri. Tes esai juga digunakan untuk mengukur keberhasilan teste yang tidak
dapat diukur dengan bentuk tes objektif.
b.
Tes
jawaban pendek
Tes bahasa merupakan tes jawaban pendek, apabila pesertanya
diwajibkan untuk memberikan jawabannya bukan dalam bentuk esai, melainkan dalam
bentuk jawaban-jawaban pendek. Jawaban pendek itu dapat berupa rangkaian kata-kata
pendek, kata-kata lepas, atau bahkan sekedar huruf dan angka.
c. Tes pilihan
Peserta tes tidak menuliskan jawabannya dalam bentuk esai,
paragaraf, kalimat, huruf atau angka. Semata-mata dinyatakan dengan memilih
salah satu alternatif jawaban yang disediakan. Biasanya dengan sekedar memberu
tanda dalam bentuk tanda silang, lingkaran kecil, atau tanda lainnya.
4. Berdasarkan pendekatan kajian bahasa
a.
Tes
bahasa diskret
Tes bahasa diskret adalah tes yang disusun bersadarkan pendekatan
diskret dalam linguistik, sasaran tes diskret adalah bagian terkecil dari
bahasa secara terpisah-pisah, baik bagian terkecil dari kemampuan bahasa maupun
komponen bahasa. Contohnya tes bahasa yang diskret meliputi butir tes, yang
secara terpisah di luar konteks, menyebutkan bentuk jamak dari suatu kata
benda.
b.
Tes
bahasa integratif
Pada tes integratif di letakkan pada gabungan unsur bahasa. Butir
tes yang jawabannya menuntut penggunaan dari gabungan unsur-unsur bahasa
semacam itu merupakan butir tes integratif. Contoh menuliskan sinonim dari kata
yang bergaris bawah dalam kalimat.
c.
Tes bahasa pragmatik
Tes
pragmatik mendasarkan keberadaan dan penggunaannya pada terdapat bahwa orang
dapat memahami wacana yang di dengar atau di baca secara utuh meskipun disana
sini diwarnai dengan berbagai kendala yang menyebabkan wacana itu tidak dapat
di terima secara utuh. Contoh setiap
kata ke-n atau n-th word telah dihilangkan (deleted). Tugas peserta adalah
untuk mengidentifikasi kata-kata yang telah dihilangkan itu berdasarkan
pemahamannya terhadap keseluruhannya wacana yang tersisa.
d.
Tes
bahasa komunikatif
Dalam pendekatan komunikatif, titik berat fungsi bahasa di letakkan
pada komunikasi yang penggunaan dan penyelenggaraan pembelajarannya bertumpu
pada komunikasi sebagai fungsi utamanya. Tes yang di maksudkan untuk memberi
tugas kepada peserta tes melakukan kegiatan dengan kemampuan bahasa tertentu.
Contoh kemampuan bahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis.[4]
5. Berdasarkan cara penyusunan
a.
Tes
buatan guru
Sebagai tes yang dibuat oleh guru sendiri, tes buatan guru sering
disusun dan disiapkan dengan cara dan prosedur prosedur seperlunya saja, tanpa
melalui kajian yang rinci dan saksama terhadap ciri-ciri utamanya,
reliabilitas, tingkat kesulitan dan sebagainya. Tes semacam itu disusun dengan
lebih banyak mengandalkan pertimbangan dan penilaian guru sendiri, mengenai apa
yang perlu diteskan, dan bagaimana cara mengetesnya. Itulah sebabnya tes jenis
ini dikenal sebagai tes nuatan guru, bukan pertama-tama karena dibuat oleh
guru, melainkan karena cara pemyusunan, yang dilakukan tanpa melalui prosedur
yang lengkap untuk mengungkapkan ciri-ciri pokoknya.
b.
Tes
terstandar
Tes standar dikembangkan dengan upaya untuk sejauh mungkin
mengikuti prosedur dan memenuhi persyaratan secara ketat. Karena persyaratan
yang ketat yang harus dipenuhi, dan kerumitan prosedur penyusunannya, tes
terstandar dalam pengajaran bahasa digunakan secara terbatas, baik dalam hal
jenis tes bahasanya, maupun frekuensi penggunaannya. Bagi kemampuan berbahasa,
tes terstandar lebih banyak dijumpai terutama untuk kemampuan membaca. Meskipun
demikian dapat pula dijumpai tes tatabahasa atau kosakata yang berhubungan
dengan komponen bahasa, atau bahkan gabungan beberapa daripadanya.
6.
Berdasarkan
jumlah peserta
a.
Tes
perseorangan
Pada penyelenggaraan tes bahasa secara perseorangan, setiap peserta
tes menerima tugas atau pertanyaan tes sendiri, tidak bersamaan dengan peserta
tes yang lain, dan langsung menjawab atau mengerjakannya sendiri. Tugas atau
pertanyaan itu diberikan langsung oleh satu orang atau lebih penguji, yang
bertugas untuk menyelenggarakan tes.
b.
Tes
kelompok
Tes sekelompok diselengarakan untuk sekelompok peserta tes
sekaligus. Dalam penyelenggaraan tes pada umumnya, termasuk tes bahasa,
penyelengaraan tes kelompok pertama-tama didasarkan atas pertimbangan
kepraktisan. Tes kelompom lebih efisien karena diselengarakan untuk sejumlah
peserta sekaligus.
7. Berdasarkan acuan penilain
a. Tes bahasa acuan norma
Pada penyelenggaraan tes bahasa acuan norma,
interpretasi terhadap hasil tes untuk mengubah nilai mentah menjadi nilai
akhir, dilakukan atas dasar tingkat pencapaian rata-rata suatu kelompok peserta
tes yang bersangkutan. Seseorang yang memiliki nilai tinggi pada tes tatabahasa
suatu kelompok, misalnya, tidaklah dengan sendirinya berarti memiliki kemampuan
tatabahasa yang tinggi pula, bila dibandingkan dengan orang-orang lain dalam
kelompok yang lain. Tes bahasa yang
dikembangkan dan diinterpretasikan hasilnya atas dasar-dasar pertimbangan itu
dikenal sebagai tes bahasa acuan norma.
b. Tes bahasa acuan patokan
Pada tes bahasa acuan patokan, penentuan nilai akhir tidak
dikaitkan dengan tingkat pencapaian peserta-peserta lain yang mengerjakan tes
bahasa yang sama. Nilai akhir pada tes bahasa acuan patokan, didasarkan atas
pencapaian tingkat kemampuan berbahasa terendah, yang masih dapat diterima sebagai
tingkat kemampuan berbahasa yabg memadai. Mereka yang memiliki prestasi setaraf
dengan tingkat kemampuan terendah yang masih dapat diterima itu, berhak
menerima nilai akhir terendah yang masih dapat diterima
pula.
c. Tes bahasa acuan gabungan
Dalam prakteknya
penyelenggaraan tes sehari-hari, penentuan nilai akhir tidak senantiasa dapar
didasarkan atas salah satu dari kedua acuan penilaian itu secara ketat. Ada
kalanya nilai akhir itu ditetapkan dengan menggabungkan keduanya, terutama
dalam penggunaan tes buatan guru, yang penyusunannya sering tidak dilakukan
dengan cermat. Dengan tes yang disusun tanpa jaminan nyata terhadap dipenuhinya
ciri-ciri tes yang baik, guru tidak dapat begitu saja menetapkan penerapan
salah satu acuan penilaian itu secara ketat.
8.
Berdasarkan
aspek bahasa
a.
Tes
bakat bahasa
Tes ini
biasanya diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program pengajaran bahasa,
untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kemampuan dasar untuk belajar
bahasa, dan oleh karena itu layak diikutsertakan dalam program pengajaran
bahasa yang direncanakan.
b.
Tes
kemampuan berbahasa
Dengan tes kemampuan berbahasa, dapat diperoleh informasi tingkat
kemampuan memggunakan bahasa pada suatu tahap tertentu. Informasi yang
diperoleh melalui tes kemampuan berbahasa itu semata-mata mengenai tingkag
kemampuan berbahasa senyatanya saat itu, tanpa menghubungkannya dengan hal-hal
lain, seperti berapa lama ia telah belajar, di lembaga pendidikan mana, siapa
pengajarnya, dan sebagainya.
c.
Tes
komponen bahasa
Dalam pendekatan struktural, mengajarakan bahasa berarti
mengajarkan penguasaan terhadap komponen-komponennya. Demikian pula dalam
penyelenggaraan tes bahasa. Sejalan dengan itu, maka atas dasar komponen bahasa
yang tingkat penguasaannya akan diukur, dikenal adanya tes bunyi bahasa, tes
kosakata, dan tes tatabahasa.[5]
C. Ruang Lingkup Tes Bahasa Arab
1. Tes Komponen Bahasa Arab
a. Tes Struktur/Tata Bahasa
Tes tata bahasa atau yang dilakukan dengan tes qowaid
dalam bahasa arab lebih banyak difokuskan pada tes pembentukan kata(sharf) dan
pembentukan kalimat(nahwu) contoh: Tes menentukan kata dalam bahasa arab
menekankan pada pemahaman tashrif kalimat.
b. Tes Kosa kata
Tes kosa kata juga dapat dikelompokkan menjadi tes
pemahaman dan tes penggunaan, tes pemahaman lebih menekankan pada pengukuran
kemampuan peserta dalam memahmi arti kosa kata, sedangkan tes penggunaan lebih
dititik beratkan pada kemampuan menggunakan kosakata dalam kalimat
2. Tes Keterampilan Berbahasa Arab
a. Tes Menyimak
Kemampuan menyimak merupakan sesuatu yang sangat penting
untuk dimiliki peserta didik, oleh karenanya untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan menyimak yang baik maka bisa dilakukan dengan mengevaluasi tes
seperti memperdengarkan audio, video atau wacana.
b. Tes Berbicara
Merupakan kemampuan berbahasa yang aktif produktif,
tujuan tes berbicara adalah untuk mengukur kemampuan teste dalam menggunakan
bahasa arab sebagai alat komunikasi lisan. Untuk tes berbicara yaitu: membaca
keras, bercerita melalui gambar, menceritakan kembali, bercerita bebas,
wawncara, pidato dan diskusi.
c. Tes Membaca
Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang sangat penting terutama pada era informasi. Sasaran utama tes
kemampuan membaca sama dengan tujuan pokok pengajaran membaca itu sendiri,
yaitu kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Contoh tes ini bisa berupa
mencari informasi tersurat maupun tersirat dalam suatu wacana, menentukan jenis
bacaan atau tema.
d. Tes Menulis
Kemampuan menulis menuntut penguasaan dalam menggunakan
berbagai aspek dan komponen bahasa secara simultan. Contoh tes ini dapat
berupa; mendeskripsikan gambar berseri
kedalam suatu karangan yang lebih kompleks.
e. Tes cloze
Fungsi tes close untuk mengukur dan menentukan kesulitan
teks, untuk mengukur tingkat kemampuan bahasa, untuk menafsirkan atau memahami
bacaan, untuk mengkaji hambatan tekstual, dan untuk menilai efektifitas
pembelajaran.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes merupakan salah satu jenis alat untuk
memperoleh data numeric, atau alat untuk melakukan pengukuran yang hasilnya
dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi.
Jenis jenis tes; a) berdasarkan cara penilaian: tes obyektif, tes subyektif, tes formatif, tes sumatif , tes masuk , tes penempatan,
pre-tes, pos-tes , tes hasil belajar, tes standar . b) berdasarkan cara
mengerjakan; tes tertulis, tes lisan. c) berdasarkan kriteria bentuk jawaban;
tes esai, tes jawaban pendek, tes
pilihan. d) berdasarkan pendekatan kajian bahasa; tes
bahasa diskret, tes bahasa integrative, tes bahasa pragmatik, tes
bahasa komunikatif. e) berdasarkan cara penyusunan: tes
buatan guru, tes terstandar f) Berdasarkan
jumlah peserta; tes perseorangan, tes kelompok. g). berdasarkan
acuan penilaian; tes bahasa acuan norma, tes bahasa acuan
patokan, tes bahasa acuan gabungan
h)
berdasarkan
aspek bahasa; tes bakat bahasa, tes kemampuan
berbahasa, tes komponen bahasa.
Ruang lingkup tes bahasa arab meliputi; a) tes komponen bahasa arab yang
terdiri dari tes struktur/tata bahasa dan tes kosa kata. b)Tes Keterampilan
Berbahasa Arab: tes menyimak, tes berbicara, tes membaca, tes menulis, tes
cloze.
B. Saran
Demikian makalah tentang Jenis Tes
bahasa arab. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya
kritik dan saran yang dapat membangun sangat kami harapkan guna perbaikan
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Matsna. Moh, dan Mahyufin. Erta, Pengembangan
Evaluasi dan Tes Bahasa Arab, 2014, Tangerang Selatan:
al-kitabah.
Mushollin, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab,
2010, Malang: STAIN PAMEKASAN Press.
Hamid. Abdul, Mengukur Kemampuan Berbahasa Arab, 2010, Malang:
UIN-Maliki Press.
Djiwandono. M, Soenardi, Tes bahasa pegangan bagi pengajar bahasa, 2008,
Jakarta: PT Indeks.
Djiwanto. M. Soenardi, Tes bahasa dalam pengajaran, 1996, Bandung:
Penerbit ITB.
[1] Moh. Matsna dan Erta Mahyudin, Pengembangan
Evaluasi dan Tes Bahasa Arab, (Tangerang Selatan: al-kitabah, 2014), hlm.
02
[2] Mushollin, Evaluasi Pembelajaran Bahasa
Arab, (Malang: STAIN PAMEKASAN Press, 2010), hlm.06.
[3] Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan
Berbahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm.20.
[4]M. Soenardi Djiwandono, Tes bahasa
pegangan bagi pengajar bahasa, (Jakarta: PT Indeks, 2008), hal. 101-113
[5] M. Soenardi Djiwanto, Tes bahasa dalam
pengajaran, (Bandung: Penerbit ITB,
1996) hal. 22-33
[6] Mushollin, Evaluasi Pembelajaran Bahasa
Arab, (Malang: STAIN PAMEKASAN Press, 2010), hlm.64-82