Saturday, 16 March 2019

Pengertian Tes Bahasa Arab


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam pertemuan yang diadakan sehari-hari, tes pada saat rapat dengan usaha untuk memperoleh informasi tentang peningkatan pada siswa sebagai hasil dari pengujian, dengan demikian, tes dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat dicocokkan dengan standar yang telah disepakati dalam suatu program. Keberhasilan proses belajar siswa dalam hal belajar mengajar dikelas dapat dilihat darimana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai oleh seluruh siswa dikelas tersebut.
Adanya perbedaan individu tentu berhasil atau tidak setiap individu dalam menjalankan tugas dan tugas yang mengandung tugas belajar. Dengan mewakili perbedaan individu tersebut maka, perlu diciptakan alat untuk mengukur keadaan individu. Dan alat mengukur ini disebut Tes.
Tes bahasa dan terjemahan bahasa merupakan dua kegiatan yang saling berkaitan erat. Terakit tes bahasa ini dirancang dan dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang yang berkaitan dengan keefektifan disetujui bahasa. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan disampaikan lebih lanjut tentang pengertian tes bahasa, jenis-jenis tes, dan ruang lingkup.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Tes Bahasa Arab?
2.      Apa saja Jenis-jenis Tes Bahasa Arab?
3.      Bagaimana Ruang Lingkup Tes Bahasa Arab?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui Pengertian Tes Bahasa Arab
2.      Untuk mengetahui Jenis-jenis Tes Bahasa Arab
3.      Untuk memahami Ruang Lingkup Tes Bahasa Arab



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tes
Tes diartikan sebagai alat, prosedur atau rangkaian kegiatan yang digunakan untuk mendapat contoh tingkah laku seseorang yang memberikan gambaran tentang kemampuannya dalam suatu bidang ajaran tertentu. Tes berbentuk sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau serangkaian perintah atau kegiatan yang harus dilaksanakan mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh orang yang menggunakan tes tersebut.[1]
Penggunaan istilah tes mengacu pada suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur suatu kemampuan. Menurut Gronlund dan Linn, ada tiga hal yang penting dalam pengertian Tes. Pertama, tes adalah sebuah alat pengukuran. Pemberian tes (testing) adalah bagian dari kegiatan pengukuran (measurrement). Kedua, Tes adalah alat untuk mengukur sampel, pengetahuan, atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu pemberian tes pada dasarnya terbatas dari segi waktu pelaksanaannya, pengetahuan dan kemampuan yang diukur bersifat luas hampir tanpa batas, sedangkan gambaran pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh melalui tes merupakan sampel dari semua kemampuan dan pengetahuan yang mugnkin dimiliki oleh pembelajar. Ketiga, tes adalah penafsiran angka yang diperoleh untuk menentukan cukup baik atau tidaknya seseorang pembelajar dalam mencapai suatu tujuan.
Tes merupakan salah satu jenis alat untuk memperoleh data numeric, atau alat untuk melakukan pengukuran yang hasilnya dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi.[2]
B.     Jenis-Jenis Tes Bahasa Arab
1.      Berdasarkan Cara Penilaian
a.       Tes Obyektif (ikhtibaar maudhu’i)
Tes Objektif adalah tes yang penilaiannya dilakukan secara objektif, mengandung pertanyaan yang sudah terstruktur dengan sempurna, peserta tes tidak perlu melahirkan ide, sebab telah disediakan jawaban untuk dipilih dan tidak dituntut adanya kemampuan mengorganisasikan jawaban, mengacu pada cara penilaian yang ajeg, dengan hasil yang sama, tidak berubah sekalipun dilakukan berulang-ulang, atau dilakukan oleh penilai yang berbeda, peserta hanya perlu mengenal jawaban yang dianggap benar. Dalam melakukan penilaian berpedoman pada kunci jawaban.
b.      Tes Subyektif (ikhtibaar dzati)
Tes dikategorikan subyektif apabila penilaian yang dilakukan dipengaruhi oleh pendapat pribadi si penilai, jawaban terhaadap tes ini berupa ungkapan bebas dalam bentuk kalimat, paragraf, atau uraian lengkap termasuk esai. Biasanya digunakan pada pengajaran mengarang, membaca pemahaman, dalam tes maharah qiroah. Untuk mengurangi kadar subjektifitas diperlukan penilaian berkali-kali dan menugaskan lebih dari satu orang penilai.
c.       Tes Formatif (al-Ikhtibaar al-Takwini)
Tes formatif merupakan tes yang dilaksanakan pada saat program pengajaran berlangsung, tujuannya untuk  menyempurnakan program dan memantau kemajuan siswa, mengetahui kelemahan dan kesulitan belajar, dalam memahami materi. Tes ini dilakukan beberapa kali seperti Tes mingguan, bulanan dan bisa juga dilakukan untuk mengakhiri tatap muka disetiap jam pelajaran.
d.      Tes Sumatif (al-Ikhtibaar al-Khitami)
Tes Sumatif adalah jenis tes yang dilakukan untuk mengukur prestasi belajar siswa dalam kurun waktu tertentu, seperti akhir semester dan dinyatakan dalam bentuk laporan secara deskriptif, bisa juga seperti rapor. Tingkat kesulitannya bervariasi, dan materinya harus mewakili dari materi yang sudah diajarkan. Keunggulan dari adanya tes ini selain mengukur prestasi belajar, juga menentukan kelas, menentukan pemberian sertifikasi atas kecakapan dan keterampilan tertentu, menilai efektivitas pembelajaran.
e.       Tes Masuk (al-Ikhtibaar al-qabul)
Tes ini biasanya dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk menyeleksi calon siswa pilihan yang akan diterima disekolah tersebut. Bentuk tes yang digunakan menyesuaikan dengan program yang akan diselenggarakan seperti tes masuk kelas bahasa, maka isi tes mencerminkan jenis keterampilan dan kemampuan berbahasa, sedangkan kriterian penerimaan calon siswa dilembaga tersebut memperhatikan jumlah peserta yang dikehendaki.
f.       Tes Penempatan (ikhtibaar al-tashnif.
Tes penempatan merupakan tes yang diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program, dengan tujuan untuk menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuan berbahasa yang dimiliki. Yang perlu diperhatikan dalam memberikan gambaran tentang tingkat kemampuan siswa, guru tidak cukup melakukan tes sekali saja, akan tetapi dibutuhkan serangkaian tes mengikat sebagai tolak ukur atau indikator gueu dalam melihat ragam kemampuan bahasa yang dimiliki siswa.
g.      Pre-Tes  (ikhtibaar qabli)
Merupakan tes yang diselenggarakan sebelum suatu program dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang implikasinya dapat membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, membuat guru menjadi sibuk terutama tahun-tahun pertama kegiatan tersebut diterapkan.
h.      Pos-Tes (ikhtibar ba’di)
Pos tes merupakan suatu tes yang dilakukan menjelang berakhirnya suatu program pembelajaran, bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa, dan dapat mengetahui tingkat kemajuan yang berhasil dicapai siswa setelah mengikuti program pembelajaran tersebut.
i.        Tes Hasil Belajar (ikhtibar al-Tashil)
Tes hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ukuran hasil belajar siswa yang berhasil dicapai terhadap suatu mata pelajaran tertentu. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan batasan dalam menjawab soal yang diberikan, batasan waktu tersebut disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang telah diajukan.
j.        Tes Standar
Tes standar adalah tes yang dikembangkan dengan upaya untuk mengikuti prosedur dan memenuhi persyaratan secara ketat, ciri-ciri pokok dan persyaratan tes yang baik itu dikaji secara sadar dan terencana dan diusahakan pemenuhannya. Semua itu dilakukan untuk memperoleh tes yang paling baik mutunya, untuk mencapai tujuan itu, penyusunan tes standar dimulai dengan melakukan telaah terhadap jabaran isi dari kemampuan yang akan diukur, untuk menentukan cakupan dan relevansi isi tes yang sesuai. Biasanya juga digunakan sebagai syarat utama untuk masuk pada suatu lembaga pendidikan yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan bahasa tertentu. Contoh tes standar ini dapat berupa TOEFL/TOAFL.
Dalam praktiknya, tes standar dalam pengajaran bahasa sangat terbatas, mengingat banyak dan ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi, belum lagi tingkat kerumitan prosedur penyusunannya. Jenis tes ini memiliki butir-butir isi yang telah dikaji dan diupayakan memenuhi ketentuan tertentu seperti tingkat kesulitan, adanya sisi pembeda antar butir soal.[3]
2.      Berdasarkan Cara Mengerjakan
a.       Tes Tertulis
Tes tertulis adalah suatu tes yang cara menjawab pertanyaannya dilakukan secara tertulis, sedangkan bentuk pertanyaannya bisa disampaikan dalam bentuk tulis, ataupun lisan, misalnya tes menyimak dan dikte. Tes tertulis ini bisa diberlakukan untuk berbagai keterampilan berbahasa.
b.      Tes Lisan
Tes lisan adalah suatu tes yang cara menjawab pertanyaannya dilakukan secara lisan, dalam konteks pembelajaran bahasa tes ini cocok untuk mengukur kemampuan berbicara baik dari aspek aksennya, gramatikalnya, kelancaran, ketepatan pilihan katanya, uslubnya, ketepatan dalam memberikan informasi dan menerima informasi, tekanan dan kefasihan dalam melafalkan kata, disamping itu, tes lisan juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan membaca teks bahasa arab.
3.      Berdasarkan Kriteria Bentuk Jawaban
a.       Tes Esai
Merupakan tes yang jawabannya menuntut peserta untuk memberikan jawaban dalam bentuk uraian dengan menggunakan bahasanya sendiri. Karakteristik utama dari tes ini adalah memberikan keleluasaan teste dalam memilih, menghubungkan, dan mengemukakan idenya menggunakan bahasanya sendiri. Tes esai juga digunakan untuk mengukur keberhasilan teste yang tidak dapat diukur dengan bentuk tes objektif.
b.      Tes jawaban pendek
Tes bahasa merupakan tes jawaban pendek, apabila pesertanya diwajibkan untuk memberikan jawabannya bukan dalam bentuk esai, melainkan dalam bentuk jawaban-jawaban pendek. Jawaban pendek itu dapat berupa rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas, atau bahkan sekedar huruf dan angka.
c.       Tes pilihan
Peserta tes tidak menuliskan jawabannya dalam bentuk esai, paragaraf, kalimat, huruf atau angka. Semata-mata dinyatakan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang disediakan. Biasanya dengan sekedar memberu tanda dalam bentuk tanda silang, lingkaran kecil, atau tanda lainnya.
4.      Berdasarkan pendekatan kajian bahasa
a.       Tes bahasa diskret
Tes bahasa diskret adalah tes yang disusun bersadarkan pendekatan diskret dalam linguistik, sasaran tes diskret adalah bagian terkecil dari bahasa secara terpisah-pisah, baik bagian terkecil dari kemampuan bahasa maupun komponen bahasa. Contohnya tes bahasa yang diskret meliputi butir tes, yang secara terpisah di luar konteks, menyebutkan bentuk jamak dari suatu kata benda.
b.      Tes bahasa integratif
Pada tes integratif di letakkan pada gabungan unsur bahasa. Butir tes yang jawabannya menuntut penggunaan dari gabungan unsur-unsur bahasa semacam itu merupakan butir tes integratif. Contoh menuliskan sinonim dari kata yang bergaris bawah dalam kalimat.
c.       Tes bahasa pragmatik
      Tes pragmatik mendasarkan keberadaan dan penggunaannya pada terdapat bahwa orang dapat memahami wacana yang di dengar atau di baca secara utuh meskipun disana sini diwarnai dengan berbagai kendala yang menyebabkan wacana itu tidak dapat di terima secara utuh. Contoh setiap kata ke-n atau n-th word telah dihilangkan (deleted). Tugas peserta adalah untuk mengidentifikasi kata-kata yang telah dihilangkan itu berdasarkan pemahamannya terhadap keseluruhannya wacana yang tersisa.
d.      Tes bahasa komunikatif
Dalam pendekatan komunikatif, titik berat fungsi bahasa di letakkan pada komunikasi yang penggunaan dan penyelenggaraan pembelajarannya bertumpu pada komunikasi sebagai fungsi utamanya. Tes yang di maksudkan untuk memberi tugas kepada peserta tes melakukan kegiatan dengan kemampuan bahasa tertentu. Contoh kemampuan bahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis.[4]
5.      Berdasarkan cara penyusunan
a.       Tes buatan guru
Sebagai tes yang dibuat oleh guru sendiri, tes buatan guru sering disusun dan disiapkan dengan cara dan prosedur prosedur seperlunya saja, tanpa melalui kajian yang rinci dan saksama terhadap ciri-ciri utamanya, reliabilitas, tingkat kesulitan dan sebagainya. Tes semacam itu disusun dengan lebih banyak mengandalkan pertimbangan dan penilaian guru sendiri, mengenai apa yang perlu diteskan, dan bagaimana cara mengetesnya. Itulah sebabnya tes jenis ini dikenal sebagai tes nuatan guru, bukan pertama-tama karena dibuat oleh guru, melainkan karena cara pemyusunan, yang dilakukan tanpa melalui prosedur yang lengkap untuk mengungkapkan ciri-ciri pokoknya.
b.      Tes terstandar
Tes standar dikembangkan dengan upaya untuk sejauh mungkin mengikuti prosedur dan memenuhi persyaratan secara ketat. Karena persyaratan yang ketat yang harus dipenuhi, dan kerumitan prosedur penyusunannya, tes terstandar dalam pengajaran bahasa digunakan secara terbatas, baik dalam hal jenis tes bahasanya, maupun frekuensi penggunaannya. Bagi kemampuan berbahasa, tes terstandar lebih banyak dijumpai terutama untuk kemampuan membaca. Meskipun demikian dapat pula dijumpai tes tatabahasa atau kosakata yang berhubungan dengan komponen bahasa, atau bahkan gabungan beberapa daripadanya.
6.      Berdasarkan jumlah peserta
a.       Tes perseorangan
Pada penyelenggaraan tes bahasa secara perseorangan, setiap peserta tes menerima tugas atau pertanyaan tes sendiri, tidak bersamaan dengan peserta tes yang lain, dan langsung menjawab atau mengerjakannya sendiri. Tugas atau pertanyaan itu diberikan langsung oleh satu orang atau lebih penguji, yang bertugas untuk menyelenggarakan tes.
b.      Tes kelompok
Tes sekelompok diselengarakan untuk sekelompok peserta tes sekaligus. Dalam penyelenggaraan tes pada umumnya, termasuk tes bahasa, penyelengaraan tes kelompok pertama-tama didasarkan atas pertimbangan kepraktisan. Tes kelompom lebih efisien karena diselengarakan untuk sejumlah peserta sekaligus.
7.      Berdasarkan acuan penilain
a.       Tes bahasa acuan norma
Pada penyelenggaraan tes bahasa acuan norma, interpretasi terhadap hasil tes untuk mengubah nilai mentah menjadi nilai akhir, dilakukan atas dasar tingkat pencapaian rata-rata suatu kelompok peserta tes yang bersangkutan. Seseorang yang memiliki nilai tinggi pada tes tatabahasa suatu kelompok, misalnya, tidaklah dengan sendirinya berarti memiliki kemampuan tatabahasa yang tinggi pula, bila dibandingkan dengan orang-orang lain dalam kelompok yang lain. Tes bahasa yang dikembangkan dan diinterpretasikan hasilnya atas dasar-dasar pertimbangan itu dikenal sebagai tes bahasa acuan norma.
b.      Tes bahasa acuan patokan
Pada tes bahasa acuan patokan, penentuan nilai akhir tidak dikaitkan dengan tingkat pencapaian peserta-peserta lain yang mengerjakan tes bahasa yang sama. Nilai akhir pada tes bahasa acuan patokan, didasarkan atas pencapaian tingkat kemampuan berbahasa terendah, yang masih dapat diterima sebagai tingkat kemampuan berbahasa yabg memadai. Mereka yang memiliki prestasi setaraf dengan tingkat kemampuan terendah yang masih dapat diterima itu, berhak menerima nilai akhir terendah yang masih dapat diterima pula.
c.       Tes bahasa acuan gabungan
Dalam prakteknya penyelenggaraan tes sehari-hari, penentuan nilai akhir tidak senantiasa dapar didasarkan atas salah satu dari kedua acuan penilaian itu secara ketat. Ada kalanya nilai akhir itu ditetapkan dengan menggabungkan keduanya, terutama dalam penggunaan tes buatan guru, yang penyusunannya sering tidak dilakukan dengan cermat. Dengan tes yang disusun tanpa jaminan nyata terhadap dipenuhinya ciri-ciri tes yang baik, guru tidak dapat begitu saja menetapkan penerapan salah satu acuan penilaian itu secara ketat.
8.      Berdasarkan aspek bahasa
a.       Tes bakat bahasa
      Tes ini biasanya diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program pengajaran bahasa, untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kemampuan dasar untuk belajar bahasa, dan oleh karena itu layak diikutsertakan dalam program pengajaran bahasa yang direncanakan.
b.      Tes kemampuan berbahasa
Dengan tes kemampuan berbahasa, dapat diperoleh informasi tingkat kemampuan memggunakan bahasa pada suatu tahap tertentu. Informasi yang diperoleh melalui tes kemampuan berbahasa itu semata-mata mengenai tingkag kemampuan berbahasa senyatanya saat itu, tanpa menghubungkannya dengan hal-hal lain, seperti berapa lama ia telah belajar, di lembaga pendidikan mana, siapa pengajarnya, dan sebagainya.
c.       Tes komponen bahasa
Dalam pendekatan struktural, mengajarakan bahasa berarti mengajarkan penguasaan terhadap komponen-komponennya. Demikian pula dalam penyelenggaraan tes bahasa. Sejalan dengan itu, maka atas dasar komponen bahasa yang tingkat penguasaannya akan diukur, dikenal adanya tes bunyi bahasa, tes kosakata, dan tes tatabahasa.[5]
C.    Ruang Lingkup Tes Bahasa Arab
1.      Tes Komponen Bahasa Arab
a.       Tes Struktur/Tata Bahasa
Tes tata bahasa atau yang dilakukan dengan tes qowaid dalam bahasa arab lebih banyak difokuskan pada tes pembentukan kata(sharf) dan pembentukan kalimat(nahwu) contoh: Tes menentukan kata dalam bahasa arab menekankan pada pemahaman tashrif kalimat.
b.      Tes Kosa kata
Tes kosa kata juga dapat dikelompokkan menjadi tes pemahaman dan tes penggunaan, tes pemahaman lebih menekankan pada pengukuran kemampuan peserta dalam memahmi arti kosa kata, sedangkan tes penggunaan lebih dititik beratkan pada kemampuan menggunakan kosakata dalam kalimat
2.      Tes Keterampilan Berbahasa Arab
a.       Tes Menyimak
Kemampuan menyimak merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki peserta didik, oleh karenanya untuk mengetahui sejauh mana kemampuan menyimak yang baik maka bisa dilakukan dengan mengevaluasi tes seperti memperdengarkan audio, video atau wacana.
b.      Tes Berbicara
Merupakan kemampuan berbahasa yang aktif produktif, tujuan tes berbicara adalah untuk mengukur kemampuan teste dalam menggunakan bahasa arab sebagai alat komunikasi lisan. Untuk tes berbicara yaitu: membaca keras, bercerita melalui gambar, menceritakan kembali, bercerita bebas, wawncara, pidato dan diskusi.
c.       Tes Membaca
Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting terutama pada era informasi. Sasaran utama tes kemampuan membaca sama dengan tujuan pokok pengajaran membaca itu sendiri, yaitu kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Contoh tes ini bisa berupa mencari informasi tersurat maupun tersirat dalam suatu wacana, menentukan jenis bacaan atau tema.
d.      Tes Menulis
Kemampuan menulis menuntut penguasaan dalam menggunakan berbagai aspek dan komponen bahasa secara simultan. Contoh tes ini dapat berupa;  mendeskripsikan gambar berseri kedalam suatu karangan yang lebih kompleks.
e.       Tes cloze
Fungsi tes close untuk mengukur dan menentukan kesulitan teks, untuk mengukur tingkat kemampuan bahasa, untuk menafsirkan atau memahami bacaan, untuk mengkaji hambatan tekstual, dan untuk menilai efektifitas pembelajaran.[6]



























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tes merupakan salah satu jenis alat untuk memperoleh data numeric, atau alat untuk melakukan pengukuran yang hasilnya dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi.
Jenis jenis tes; a) berdasarkan cara penilaian: tes obyektif, tes subyektif, tes formatif, tes sumatif , tes masuk , tes penempatan, pre-tes, pos-tes , tes hasil belajar, tes standar . b) berdasarkan cara mengerjakan; tes tertulis, tes lisan. c) berdasarkan kriteria bentuk jawaban; tes esai, tes jawaban pendek, tes pilihan. d) berdasarkan pendekatan kajian bahasa; tes bahasa diskret, tes bahasa integrative, tes bahasa pragmatik, tes bahasa komunikatif. e) berdasarkan cara penyusunan: tes buatan guru, tes terstandar f) Berdasarkan jumlah peserta; tes perseorangan, tes kelompok. g). berdasarkan acuan penilaian; tes bahasa acuan norma, tes bahasa acuan patokan, tes bahasa acuan gabungan
h)      berdasarkan aspek bahasa; tes bakat bahasa, tes kemampuan berbahasa, tes komponen bahasa.
Ruang lingkup tes bahasa arab meliputi; a) tes komponen bahasa arab yang terdiri dari tes struktur/tata bahasa dan tes kosa kata. b)Tes Keterampilan Berbahasa Arab: tes menyimak, tes berbicara, tes membaca, tes menulis, tes cloze.
B.     Saran
Demikian makalah tentang  Jenis Tes bahasa arab. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya kritik dan saran yang dapat membangun sangat kami harapkan guna perbaikan makalah kami selanjutnya.






DAFTAR PUSTAKA
Matsna. Moh, dan Mahyufin. Erta, Pengembangan Evaluasi dan Tes Bahasa Arab, 2014, Tangerang Selatan: al-kitabah.
Mushollin, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, 2010, Malang: STAIN PAMEKASAN Press.
Hamid. Abdul, Mengukur Kemampuan Berbahasa Arab, 2010, Malang: UIN-Maliki Press.
Djiwandono. M, Soenardi, Tes bahasa pegangan bagi pengajar bahasa, 2008, Jakarta: PT Indeks.
Djiwanto. M. Soenardi, Tes bahasa dalam pengajaran, 1996, Bandung: Penerbit ITB.



[1] Moh. Matsna dan Erta Mahyudin, Pengembangan Evaluasi dan Tes Bahasa Arab, (Tangerang Selatan: al-kitabah, 2014), hlm. 02
[2] Mushollin, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: STAIN PAMEKASAN Press, 2010), hlm.06.
[3] Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Berbahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm.20.
[4]M. Soenardi Djiwandono, Tes bahasa pegangan bagi pengajar bahasa, (Jakarta: PT Indeks, 2008), hal. 101-113
[5] M. Soenardi Djiwanto, Tes bahasa dalam pengajaran,  (Bandung: Penerbit ITB, 1996) hal. 22-33
[6] Mushollin, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: STAIN PAMEKASAN Press, 2010), hlm.64-82