Monday, 24 October 2016

Pengertian Agama


Hai sahabat pembaca! Apa kabar? pada post ini saya akan share tentang Pengertian Agama, semoga dengan dipostingya artikel ini akan menjadi manfaat buat sahabat pembaca semua. Selamat membaca!

A.  Pengertian Agama
Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat hubungannya dengan agama Hindu dan Budha. Dalam kepustakaan dapat dijumpai uraian tentang perkataan ini. Karena itu ada bermacam teori mengenai kata agama. Salah satu diantaranya mengatakan, akar kata agama adalah gam yang mendapat awalan a dan akhiran a sehingga menjadi a-gam-a. Akar kata itu kadang-kadang mendapat awalan i dengan akhiran yang sama, sehingga menjadi i-gam-a, kadang kala mendapat awalan u dengan akhiran yang sama, sehingga menjadi u-gam-a. Bahasa Sansekerta yang  menjadi asal perkataan agama, termasuk dalam rumpunan bahasa Indo-Jerman, serumpun dengan bahasa Belanda dan Inggris. Dalam bahasa Belanda kita temukan kata-kata ga, gaan dan dalam bahasa Inggris kata go yang artinya sama dengan gam, yaitu pergi. Namun, berubah menjadi jalan.[1]
Dalam hubungan dengan perkataan-perkataan di atas (agama, igama, dan ugama) dalam bahasa Bali ketiganya mempunyai makna berikut:
1.    Agama, artinya peraturan, tatacara, upacara hubungan manusia dengan raja.
2.    Igama, artinya peraturan, tatacara, upacara berhubungan dengan Dewa-Dewa.
3.    Ugama, artinya peraturan, tatacara dalam berhungan antar manusia.
Dalam kamus besar bahasa indonesia agama merupakan sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya. Menurut Nasution menyatakan bahwa agama dipegang dan dipatuhi manusia.  Sedangkan menurut Michel Meyer berpendapat bahwa agama adalah sekumpulan kepercayaan dan pengajaran-pengajaran yang mengarahkan kita dalam tingkah laku kita terhadap Allah SWT, terhadap sesama manusia dan terhadap diri kita.
Jadi, agama merupakan segenap kepercayaan yang disertai dengan ajaran kebaktian dan kewajiban untuk menghubungkan manusia dengan tuhan yang berguna dalam mengontrol dorongan yang membawa masalah dan untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik.
Selain dari arti agama yang telah disebutkan di atas, menurut teori ada beberapa arti lain yang dikandung oleh perkataan agama. Diantaranya adalah tradisi atau kebiasaan, yang dimaksud adalah tradisi atau kebiasaan dalam agama Hindu dan Budha. Setelah agama Islam datang ke Nusantara ini, masyarakat yang berbahasa Melayu mempergunakan perkataan agama juga untuk menunjukkan sistem ajaran yang dibawa oleh Islam. Sistem dan ruang lingkup ajaran agama Islam berbeda dengan sistem dan ruang lingkup ajaran agama Hindu dan Budha. Ajaran Islam tidak berasal dari tradisi, tetapi dari Allah melalui wahyu-Nya, mengatur tata hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, dengan manusia lain dalam masyarakat dan dengan lingkungan hidupnya.
Dengan asal kata dan sistem serta ruang lingkupnya bahwa agama adalah �the problem of ultimate concern�: masalah yang mengenai kepentingan mutlak setiap orang. Oleh karena itu, menurut Paul Tillich, setiap orang yang beragama selalu berada dalam keadaan involved (terlibat) dengan agama yang dianutnya. Hal ini ditambah lagi dengan fakta bahwa dalam kenyataannya agama di dunia ini sangat beragam. Namun, karena ada segi-segi agama yang sama, suatu rumusan umum (sebagai definisi kerja) mungkin dapat dikemukakan agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan agama itu sendiri.[2]
Selain segi-segi persamaan, antara agama yang beragam itu terdapat juga perbedaan-perbedaan, seperti yang telah disebutkana di atas. Dalam menghadapi perbedaan-perbedaan itu dalam masyarakat majemuk karena beragamnya agama di tanah air kita sikap yang perlu ditegakkan oleh pemeluk agama adalah sikap �agree in disagreement , sikap setuju (hidup bersama) dalam perbedaan�.[3]  



[1]Mohammad Daud Ali, �Pendidikan Agama Islam�, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 35.
[2]Ibdi., hlm. 37.
[3]Ibdid.,