MAKALAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
MODEL-MODEL
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Studi PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
DenganDosenPengampu
: Heni Listiana, M. Pd.I
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
Di
Susun oleh:
AMRIYANI
FAHRUDDIN
AGUS
PURWANTO
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MARET
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas
kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Adapun
makalah yang sederhana ini membahas tentangModel-model Pengembangan Kurikulum,
makalah ini kami susun untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum yang
telah dukemukakan oleh para ahli kurikulum, dan untuk melaksanakan tugas dari
ibu pembimbing yaitu, ibu Heni Listiana, M. Pd.I
Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih yang tulus kepada ibu Heni Listiana, M. Pd. I Yang
tak pernah lelah membimbing dan mendidik kami danjuga yang selalu mendukung kami dalam melaksanakan tugas
makalah ini, kepada beliau kami ucapkan ribuan
terimakasih .
Meskipun kami menyadari bahwa makalah
ini masih kurang sempurna, baik dalam penulisan maupun
pembahasan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran demi lebih sempurnanya
penulisan makalah selanjutnya. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis, pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan. Amien ya robbal
alamien .
Pamekasan, 26 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul...................................................................................................
i
Kata pengantar..................................................................................................
ii
Daftar isi............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah.............................................................
1
B.
Rumusan Masalah....................................................................... 1
C.
Tujuan.........................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pengembangan Kurikulum............................ 3
B.
Model
pengembangan kurikulum dari Ralph Tyler.................... 3
C.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Hilda Taba.................... 6
D.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Oliva............................. 7
E.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Beuchamp..................... 8
F.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Wheeler......................... 10
G.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Nichools........................ 12
H.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Skilbeck........................ 13
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................. 14
DAFTAR RUJUKAN...................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Model-model pengembangan kurikulum
memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum.Salah satu
fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan peserta didik
untuk kehidupan di kemudian hari.Pemahaman tentang kurikulum sendiri merupakan
salah satu unsur kompetensi padagogik yang harus di miliki seorang guru.Kompetensi
padagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada peserta
didik yang salah satunya kemampuan pengembangan kurikulum.
Kurikulum memegang kedudukan kunci
dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses
pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu
lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan
baik dalam l;ingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional. Semua
orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai
warga masyarakat, sebagai pemimpin formal ataupun informal selalu mengharapkan
tumbuh dan berkembangnya anak, pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih
cerdas, lebih berkemampuan.Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalam
melahirkan harapan tersebut.[1]
Banyak model dalam pengembangan
kurikulum yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan, untuk lebih jelasnya
maka makalah ini akan membahas mengenai Model-model Pengembangan Kurikulum.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian
Model Pengembangan Kurikulum?
2.
Model
pengembangan kurikulum dari Ralph Tyler?
3.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Hilda Taba?
4.
Model Pengembangan
Kurikulum dari Oliva?
5.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Beuchamp?
6.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Wheeler?
7.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Nichools?
8.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Skilbeck?
C.
Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui Pengertian Model Pengembangan Kurikulum.
2.
Untuk
Mengetahui Model pengembangan kurikulum dari Ralph Tyler.
3.
Untuk mengetahui
Model Pengembangan Kurikulum dari Hilda Taba.
4.
Untuk
Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Oliva.
5.
Untuk
Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Beuchamp.
6.
Untuk
Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Wheeler.
7.
Untuk
Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Nichools.
8.
Untuk
Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Skilbeck.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Model Pengembangan Kurikulum
Menurut Good (1972) dan Travers
(1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks
atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang
lainnya.[2]
Model bukanlah realitas akan tetapi merupakan representasi realitas yang di
kembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan
rancangan yang dapat di gunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas,
yang sifatnya lebih praktis.Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah
komunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil
keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengolahan.
Model pengembangan kurikulum
merupakan suatu alternative prosedur dalam rangka medesain (designing),
menerapkan (impletation), dan mengevaluasi (evalution) suatu
kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses system perencanaan pembelajaran yang dapt memenuhi
berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
2.
Model Pengembangan
Kurikulum dari Ralph Tyler
Rapl Tyler adalah seorang ahli
pendidikan amerika serikat.Ia banyak mengkaji tentang evaluasi dan penilaian
pendidikan.[3]
Model pengembangan kurikulum yang
dikemukakan Tyler (1949) di ajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang
mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah :
1)
Tujuan
pendidikan apa yang harus di capai oleh sekolah?
2)
Pengalaman-pengalaman
pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan?
3)
Bagaimanakah
pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya di organisasikan?
4)
Bagaimanakan
menentukan bahwa tujuan telah tercapai?
Oleh karena
itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus di lakukan dalam pengembangan
kurikulum, yang meliputi:
1)
Menentukan
tujuan pendidikan.
2)
Menentukan
proses pembelajaran yang harus dilakukan.
3)
Menentukan
organisasi pengalaman belajar.
4)
Menentukan
evaluasi pembelajaran.
Berikut ini
penjelasan setiap tahapan model pengembangan kurikulum menurut Tyler.
1.
Menentukan Tujuan
Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus di
capai dalam program pendidikan dan pembelajaran.Tujuan pendidikan harus
menggambarkan prilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan,
sehingga tujuan tersebut harus di rumuskan secara jelas sampai pada rumus
tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tersebut.
Ada tiga aspek yang harus di pertimbangkan sebagai sumber dalam
penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu :
a)
Hakikat peserta
didik
b)
Kehidupan
masyarakat masa kini
c)
Pandangan para
ahli bidang studi
Ketiga aspek
tersebut harus di pertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan
umum.Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek
tersebut, selanjutnya difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan
filosofis pendidikan serta psikologis belajar.[4]
2.
Menentukan
Proses Pembelajaran
Setelah
penetapan tujuan, selanjutnya adalah menentukan proses pembelajaran apa yang
paling cocok di lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang
harus di perhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan
latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki
siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran
selanjutnya. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta
didik dengan lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk
sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh
karena itu ketepatan dalam memilih proses pembelajaran sangat menentukan dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3.
Menentukan
Organisasi Pengalaman Belajar
Setelah proses
pembelajaran di tentukan, selanjutnya menentunkan organisasi pengalaman
belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan
isi materi atau materi belajar. Bahan yang harus di pelajari peserta didik dan
pengalaman belajar apa yang harus dilakukan, di organisasi sedemikian rupa
sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan. Kejelasan tujuan, materi
belajar dan proses pembelajaran serta urutan-urutan, akan mempermudah untuk
memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan.
Pengorganisasian
pengalaman belajar bisa dilakukan baik secara vertical maupun horizontal,serta
memerhatikan aspek kesinambungan.
4.
Menentukan Evaluasi
Pembelajaran
Menentukan
jenis evaluasiapa yang cocok di gunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model
Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan
sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses
belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa
tepat, maka para pengembang kurikulum di samping harus memerhatikan
komponen-komponen kurikulum lainnya, jika harus memerhatikan prinsip-prinsip
evaluasi yang ada.
3.
Model Pengembangan
Kurikulum dari Hilda Taba
Model taba
lebih menitik beratkan pada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu
proses perbaikan dan penyempurnaan kurikulum menurut model Taba.[5]
a.
Menghasilkan
unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah berikut:
1)
Mendiagnosis
kebutuhan
Pada langkah ini pengembangan kurikulum memulai dengan mentukan
kebutuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang gaps, berbagai kekurangan (deficiencies),
dan perbedaan latar belakang siswa.
2)
Memformulasikan
tujuan
Setelah kebutuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para
pengembang kurikulum merumuskan tujuan.
3)
Memilih isi
Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tuijuan merupakan langkah
berikutnya, pemilihan isi bukan saja didasarkan kepada tujuan yang harus
dicapai sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan
segi viliditas dan kebermaknaannya untuk siswa.
4)
Mengorganisasikan
isi
Berdasarkan hasil seleksi isi, selanjutnya isi kurikulum yang telah
di tentukan itu disusun urutannya sehingga tampak pada tingkat atau kelas
berapa sebaiknya kurikulum itu di berikan.
5)
Memilih
pengalaman belajar
Pada tahap ini di tentukan pengalaman-pengalaman belajaryang harus
di miliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
6)
Mengorganisasikan
pengalaman belajar
Pengembang kurikulum selanjutnya menentukan bagaimana mengemas
pengalaman-pengalaman belajar yang telah di tentukan itu ke dalam paket-paket
kegiatan.Sebaiknya dalam menentukan paket-paket kegiatan itu, siswa di ajak
serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.
7)
Menentukan alat
evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa
Pada
penentuan alat evaluasi ini guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat
dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah dapat mencapai
tujuan atau belum.
8)
Menguji
keseimbangan isi kurikulum
Pengujian
ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuian antara isi, pengalaman belajar dan
tipe-tipe belajar siswa.
b.
Menguji coba
unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan
kelayakan penggunaannya.
c.
Merevisi dan
mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam
uji coba.
d.
Mengembangkan
keseluruhan kerangka kurikulum.
e.
Implementasi
dan diseminasi kurikulum yang telah teruji.
Pada tahap terakhir ini perlu di persiapkan guru-guru yang akan
melaksanakan di lapangan, baik melalui penataran-penataran, loka karya dan
kegiatan lain. Di samping itu, perlu di persiapkan juga fasilitas dan alat-alat
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
4.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Oliva
Menurut oliva suatu model kurikulum
harus bersifat sederhana, komprehensif dan sistematik. Langkah yang di
kembangkan dalam kurikulum model ini terdiri atas 12 komponen yang satu sama
lain saling bekaitan.
a.
Menetapkan
dasar filsafat yang digunakan dan pandangan tentang hakikat belajar dengan
mempertimbangkan hasil analisi kebutuhan umum siswa dan kebutuhan masyarakat.
b.
Menganalisis
kebutuhan masyarakat tempat sekolah itu berada, kebutuhan khusus siswa dan urgensi
dari disiplin ilmu yang harus di ajarkan.
c.
Merumuskan
tujuan umum kurikulum yang didasarkan kepada kebutuhan seperti yang tercantum
pada langkah sebelumnya.
d.
Merumuskan
tujuan khusus kurikulum yang merupakan penjabaran dari tujuan umum kurikulum.
e.
Mengorganisasikan
rancangan implementasi kurikulum.
f.
Menjabarkan
kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum pembelajaran.
g.
Merumuskan
tujuan khusus pembelajaran
h.
Menetapkan dan
menyeleksi strategi pembelajaran yang di mungkinkan dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
i.
Menyeleksi dan
menyempurnakan teknik penilaian yang akan di gunakan.
j.
Mengimplementasikan
strategi pembelajaran.
k.
Mengevaluasi
pembelajaran.
l.
Mengevaluasi
kurikulum.
Menurut Oliva,
model yang dikembangkannya ini dapat digunakan dalam tiga dimensi, yaitu :pertama,
bisa digunakan untuk penyempurnaan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusu
seperti bidang studi tertentu di sekolah, baik dalam tataran perencanaan
kurikukulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua, bisa digunakan
untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program kurikulum.Ketiga,
bisa digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secara lebih khusus.[6]
5.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Beauchamp
Model
pengembangan kurikulum ini, di kembangkan oleh Beauchamp seorang ahli
kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima hal di dalam pengembangan suatu
kurikulum.
Pertama, menetapkan
arena atau lingkup wilayah yang akan
dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten,
propinsi, ataupun seluruh Negara. Pentahapan arena ini di temukan oleh wewenang
yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum, serta
oleh tujuan pengembangan kurikulum.Walaupun daerah yang menjadi wewenang kepala
kanwil pendidikan dan kebudayaan mencakup suatu wilayah propinsi, tetapi arena
pengembangan kurikulum hanya mencakup satu daerah kabupaten saja sebagai pilot
proyek.
Kedua, menetapkan
personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:
1.
Para ahli
pendidikan / kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli
bidang ilmu dari luar.
2.
Para ahli
pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih.
3.
Para
profisional dalam sisitem pendidikan.
4.
Profisional
lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
Beauchamp
mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas mungkin, yang
biasanya pengaruh mereka kurang langsung terhadap pengembangan kurikulum, di
banding dengan tokoh-tokoh lain seperti, para penulis dan penerbit buku, para
pejabat pemerintah, politikus, dan pengusaha serta industriawan. Penetapan
personalia ini sudah tentu disesuaikan dengan tingkat dan luas wilayah
arena.Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan
guru.Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan
guru-guru semakin besar.
1.
Membentuk tim
pengembang kurikulum.
2.
Mengadakan
penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan.
3.
Studi
penjajagan tentang kemungkinan penyususnan kurikulum baru.
4.
Penyusunan dan
penulisan kurikulum baru.
Keempat, implementasi
kurikulum.Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau
melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan
kesiapan yang menyeluruh, baik klesiapan guru-guru,siswa, fasilitas, bahan
maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau
administrator setempat.
Langkah yang
kelima dan merupakan terakhir adalah evaluasi kurikulum.Langkah ini
minimal mencakup empat hal, yaitu :
1.
Eavaluasi
tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru.
2.
Evaluasi desain
kurikulum.
3.
Evaluasi hasil
belajar siswa.
4.
Evaluasi dari
keseluruhan system kurikulum.
Data yang
diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini di gunakan bagi penyempurnaan sistem
dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip melaksanakannya.
6.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Wheeler
Menurut wheeler, pengembangan
kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Proses pengembangan
kurikulum terjadi secara terus menerus. Wheeler berpendapat proses pengembangan
kurikulum terdiri dari lima fase (tahap). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang
berlangsung secara sistematis atau berturut.Artinya, kita tidak dapat
menyelesaikan tahapan kedua, manakala tahapan pertama belum terselesaikan.
Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai di kerjakan, kita akan
kembali ke tahap awal. Demikian proses pengembangan sebuah kurikulum
berlangsung tanpa ujung. Bagaimana proses pengembangan kurikulum dan
komponen-komponen apa saja dalam setiap tahap pengembangan dapat dilihat pada
gambar ini.
Wheeler berpendapat, pengembangan
kurikulum terdiri atas 5 tahap yakni :
a.
Menentukan
tujuan umu dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat
normative yang mengandung tujuan filosofis (aim) atau tujuan pembelajaran umum
yang bersifat praktis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang
bersifat spesifik dan observable (objective) yakni tujuan yang mudah di ukur
ketercapaiannya.
b.
Menentukan
pengalaman belajar yang mungkin dapat di lakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan yang di rumuskan dalam langkah pertama.
c.
Menentukan isi
atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar.
d.
Mengorganisasi
atau menyatakan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar.
e.
Melakukan
evaluasi setiapa fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Dari
langkah-langkah pengembangan kurikulum yang di kemukakan Wheeler, maka tampak
bahwa pengembangan kurikulum membentuk sebuah siklus (lingkaran). Pada
hakikatnya setiap tahapan pada siklus membentuk sebuah system yang terdiri dari
komponen-komponen pengembangan yang saling bergantung satu sama lain.[7]
7.
Model Pengembangan
Kurikulum dari Nicholls
Dalam bukunya Developing a
Curriculum : A Pratical Guide (1978), Howard Nicholls menjelaskan bahwa
pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang
membentuk siklus.
Model pengembangan kurikulum
Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls
digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh
terjadinya perubahan situasi.
Ada lima langkah pengembangan
kurikulum menurut nichools, yaitu:
a.
Analisis
situasi
b.
Menentukan
tujuan khusus
c.
Menentukan dan
mengorganisasi isi pelajaran
d.
Menentukan dan
mengorganisasi metode
e.
Evaluasi
Setiap langkah
pengembangan kurikulum,Nichools menggambarkan seperti berikut ini.
8.
Model
Pengembangan Kurikulum dari Skilbeck
Menurut skilbeck, model pengembangan
kurikulum yang ia namakan model Dynamic, adalah model pengembangan kurikulum
pada level sekolah (School Nased Curriculum Development).
Skilbeck menjelaskan model ini
diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka
setiap pengembangan termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai
dari menganalisis situasi sampai padamelakukan penilaia. Skillbeck menganjurkan
model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan alternative dalam
pengembangan kurikulum tingkat sekolah. Menurut skillbeck langkah-langkah
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a.
Menganalisis
situasi
b.
Memformulasikan
tujuan
c.
Menyusun
program
d.
Interpretasi
dan implementasi
e.
Monitoring,
feedback, penilaian, dan rekonstruksi
Menganalisis
situasi
|
Memformulasikan
tujuan
|
Menyusun program
|
Interpretasi dan implementasi
|
Monitoring,feedback, penilaian
dan rekonstruksi
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Model
pengembangankurikulummerupakansuatu alternative prosedurdalamrangkamen-desain
(designing), menerapkan (impletation), danmengevaluasi (evalution)
suatukurikulum.
Ø Model pengembangandari Ralph Tyler yaitu
1.
Menentukantujuanpendidikan
2.
Menentukan
proses pembelajaran
3.
Menentukanorganisasipengalamanbelajar
4.
Menentukanevaluasipembelajaran
Ø Model pengembangandari Hilda Tabayaitu
1.
Mendiagnosiskebutuhan
2.
Memformulasikantujuan
3.
Memilihisi
4.
Mengorganisasikanisi
5.
Memilihpengalamanbelajar
6.
Mengorganisasikanpengalamanbelajar
7.
Menentukanalatevaluasi
8.
Mengujikeseimbangankurikulum
Ø Model pengembangankurikulumdariOlivayaitu
1.
Menetapkandasarfilsafat
2.
Menganalisiskebutuhanmasyarakat
3.
Merumuskantujuanumumkurikulum
4.
Merumuskantujuankhususkurikulum
5.
Mengorganisasikanrancanganimplementasikurikulum
6.
Menjabarkankurikulum
7.
Merumuskantujuankhususpembelajaran
8.
Menetapkandanmenyeleksistrategipembelajaran
9.
Menyeleksidanmenyempurnakantehnikpenilaian
10.
Mengimplementasikanstrategipembelajaran
11.
Mengevaluasipembelajaran
12.
Mengevaluasikurikulum
Ø Model pengembangankurikulumdari Beauchamp yaitu
Proses
pengembangankurikulummeliputilimatahap
1. Menentukan
arena atauwilayah yang akan di cakupolehkurikulum
2.
Menetapkanpersonalia
3.
Oganisasidanprosedurpengembangankurikulum
4.
Implementasikurikulum
5.
Evaluasikurikulum
ProsedurPengembanganKurikulum
1. Merumuskantujuanumumdankhusus,
2. Memilihisidanpengalamanbelajar,
3. Menetapkanevaluasi.
Lima LangkahPengembanganKurikulum
1. Membentuktim,
2. Evaluasikurikulum
yang sedangberjalan,
3. Melakukanstudipenjajagankurikulumbaru,
4. Merumuskan alternative
pengembangankurikulum,
5. Menyusundanmenuliskurikulum
yang dikehendaki
Ø Model
pengembangankurikulumdari Wheeler yaitu
1.
Menentukantujuanumumdankhusus
2.
Menentukanpengalamanbelajar
3.
Menentukanisi
4.
Mengorganisasikanpengalamandanbahanbelajar
5.
Evaluasi
Ø Model
pengembangankurikulumdari Nicholls yaitu
1.
Analisissituasi
2.
Menentukantujuankhusus
3.
Pemilhanisi
4.
Pemilihanmetode
5.
Evaluasi
Ø Model pengembangankurikulumdari Skillbeckyaitu
1.
Menganalisissituasi
2.
Memformulasikantujuan
3.
Menyususun program
4.
Interpretasidanimplementasi
5.
Monitoring, feedbeck, penilaiandanrekonstruksi
DAFTAR
RUJUKAN
· Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum Teoridan Praktek, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
· Sanjaya, Wina. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan
(KTSP). Jakarta:
Kencana Prenada
Media Group,
· Hidayat, Rakhmat. 2003.Pengantar Sosiologi Kurikulum.
Jakarta: Rajawali Press.
· Tim Pengembang MKDP. 2012. Kurikulumdan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
·
Hermawan, Asep Herry dkk. 2010.Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Universitas Terbuka.
[1]Prof. Dr. Nana
Syaodih Sukmadinata, pengembangan kurikulum teori dan praktek, (bandung,
PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 5
[2] Wina
Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 82
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2010 ), hlm. 229
MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Studi PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
DenganDosenPengampu : Heni Listiana, M. Pd.I
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
Di Susun oleh:
AMRIYANI
FAHRUDDIN
AGUS PURWANTO
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MARET 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Adapun makalah yang sederhana ini membahas tentangModel-model Pengembangan Kurikulum, makalah ini kami susun untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum yang telah dukemukakan oleh para ahli kurikulum, dan untuk melaksanakan tugas dari ibu pembimbing yaitu, ibu Heni Listiana, M. Pd.I
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang tulus kepada ibu Heni Listiana, M. Pd. I Yang tak pernah lelah membimbing dan mendidik kami danjuga yang selalu mendukung kami dalam melaksanakan tugas makalah ini, kepada beliau kami ucapkan ribuan terimakasih .
Meskipun kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, baik dalam penulisan maupun pembahasan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran demi lebih sempurnanya penulisan makalah selanjutnya. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan. Amien ya robbal alamien .
Pamekasan, 26 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul................................................................................................... i
Kata pengantar.................................................................................................. ii
Daftar isi............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum............................ 3
B. Model pengembangan kurikulum dari Ralph Tyler.................... 3
C. Model Pengembangan Kurikulum dari Hilda Taba.................... 6
D. Model Pengembangan Kurikulum dari Oliva............................. 7
E. Model Pengembangan Kurikulum dari Beuchamp..................... 8
F. Model Pengembangan Kurikulum dari Wheeler......................... 10
G. Model Pengembangan Kurikulum dari Nichools........................ 12
H. Model Pengembangan Kurikulum dari Skilbeck........................ 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 14
DAFTAR RUJUKAN...................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum.Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan peserta didik untuk kehidupan di kemudian hari.Pemahaman tentang kurikulum sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi padagogik yang harus di miliki seorang guru.Kompetensi padagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada peserta didik yang salah satunya kemampuan pengembangan kurikulum.
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam l;ingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional. Semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai warga masyarakat, sebagai pemimpin formal ataupun informal selalu mengharapkan tumbuh dan berkembangnya anak, pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas, lebih berkemampuan.Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalam melahirkan harapan tersebut.[1]
Banyak model dalam pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan, untuk lebih jelasnya maka makalah ini akan membahas mengenai Model-model Pengembangan Kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum?
2. Model pengembangan kurikulum dari Ralph Tyler?
3. Model Pengembangan Kurikulum dari Hilda Taba?
4. Model Pengembangan Kurikulum dari Oliva?
5. Model Pengembangan Kurikulum dari Beuchamp?
6. Model Pengembangan Kurikulum dari Wheeler?
7. Model Pengembangan Kurikulum dari Nichools?
8. Model Pengembangan Kurikulum dari Skilbeck?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Model Pengembangan Kurikulum.
2. Untuk Mengetahui Model pengembangan kurikulum dari Ralph Tyler.
3. Untuk mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Hilda Taba.
4. Untuk Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Oliva.
5. Untuk Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Beuchamp.
6. Untuk Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Wheeler.
7. Untuk Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Nichools.
8. Untuk Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Skilbeck.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya.[2] Model bukanlah realitas akan tetapi merupakan representasi realitas yang di kembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat di gunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis.Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah komunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengolahan.
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternative prosedur dalam rangka medesain (designing), menerapkan (impletation), dan mengevaluasi (evalution) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses system perencanaan pembelajaran yang dapt memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
2. Model Pengembangan Kurikulum dari Ralph Tyler
Rapl Tyler adalah seorang ahli pendidikan amerika serikat.Ia banyak mengkaji tentang evaluasi dan penilaian pendidikan.[3]
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler (1949) di ajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah :
1) Tujuan pendidikan apa yang harus di capai oleh sekolah?
2) Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan?
3) Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya di organisasikan?
4) Bagaimanakan menentukan bahwa tujuan telah tercapai?
Oleh karena itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus di lakukan dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi:
1) Menentukan tujuan pendidikan.
2) Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan.
3) Menentukan organisasi pengalaman belajar.
4) Menentukan evaluasi pembelajaran.
Berikut ini penjelasan setiap tahapan model pengembangan kurikulum menurut Tyler.
1. Menentukan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus di capai dalam program pendidikan dan pembelajaran.Tujuan pendidikan harus menggambarkan prilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus di rumuskan secara jelas sampai pada rumus tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tersebut.
Ada tiga aspek yang harus di pertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu :
a) Hakikat peserta didik
b) Kehidupan masyarakat masa kini
c) Pandangan para ahli bidang studi
Ketiga aspek tersebut harus di pertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan umum.Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut, selanjutnya difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologis belajar.[4]
2. Menentukan Proses Pembelajaran
Setelah penetapan tujuan, selanjutnya adalah menentukan proses pembelajaran apa yang paling cocok di lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus di perhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh karena itu ketepatan dalam memilih proses pembelajaran sangat menentukan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar
Setelah proses pembelajaran di tentukan, selanjutnya menentunkan organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi materi atau materi belajar. Bahan yang harus di pelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan, di organisasi sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan. Kejelasan tujuan, materi belajar dan proses pembelajaran serta urutan-urutan, akan mempermudah untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan.
Pengorganisasian pengalaman belajar bisa dilakukan baik secara vertical maupun horizontal,serta memerhatikan aspek kesinambungan.
4. Menentukan Evaluasi Pembelajaran
Menentukan jenis evaluasiapa yang cocok di gunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum di samping harus memerhatikan komponen-komponen kurikulum lainnya, jika harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.
3. Model Pengembangan Kurikulum dari Hilda Taba
Model taba lebih menitik beratkan pada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan kurikulum menurut model Taba.[5]
a. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah berikut:
1) Mendiagnosis kebutuhan
Pada langkah ini pengembangan kurikulum memulai dengan mentukan kebutuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang gaps, berbagai kekurangan (deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa.
2) Memformulasikan tujuan
Setelah kebutuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.
3) Memilih isi
Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tuijuan merupakan langkah berikutnya, pemilihan isi bukan saja didasarkan kepada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi viliditas dan kebermaknaannya untuk siswa.
4) Mengorganisasikan isi
Berdasarkan hasil seleksi isi, selanjutnya isi kurikulum yang telah di tentukan itu disusun urutannya sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu di berikan.
5) Memilih pengalaman belajar
Pada tahap ini di tentukan pengalaman-pengalaman belajaryang harus di miliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
6) Mengorganisasikan pengalaman belajar
Pengembang kurikulum selanjutnya menentukan bagaimana mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah di tentukan itu ke dalam paket-paket kegiatan.Sebaiknya dalam menentukan paket-paket kegiatan itu, siswa di ajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.
7) Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa
Pada penentuan alat evaluasi ini guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah dapat mencapai tujuan atau belum.
8) Menguji keseimbangan isi kurikulum
Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuian antara isi, pengalaman belajar dan tipe-tipe belajar siswa.
b. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya.
c. Merevisi dan mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba.
d. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum.
e. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji.
Pada tahap terakhir ini perlu di persiapkan guru-guru yang akan melaksanakan di lapangan, baik melalui penataran-penataran, loka karya dan kegiatan lain. Di samping itu, perlu di persiapkan juga fasilitas dan alat-alat sesuai dengan tuntutan kurikulum.
4. Model Pengembangan Kurikulum dari Oliva
Menurut oliva suatu model kurikulum harus bersifat sederhana, komprehensif dan sistematik. Langkah yang di kembangkan dalam kurikulum model ini terdiri atas 12 komponen yang satu sama lain saling bekaitan.
a. Menetapkan dasar filsafat yang digunakan dan pandangan tentang hakikat belajar dengan mempertimbangkan hasil analisi kebutuhan umum siswa dan kebutuhan masyarakat.
b. Menganalisis kebutuhan masyarakat tempat sekolah itu berada, kebutuhan khusus siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus di ajarkan.
c. Merumuskan tujuan umum kurikulum yang didasarkan kepada kebutuhan seperti yang tercantum pada langkah sebelumnya.
d. Merumuskan tujuan khusus kurikulum yang merupakan penjabaran dari tujuan umum kurikulum.
e. Mengorganisasikan rancangan implementasi kurikulum.
f. Menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum pembelajaran.
g. Merumuskan tujuan khusus pembelajaran
h. Menetapkan dan menyeleksi strategi pembelajaran yang di mungkinkan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
i. Menyeleksi dan menyempurnakan teknik penilaian yang akan di gunakan.
j. Mengimplementasikan strategi pembelajaran.
k. Mengevaluasi pembelajaran.
l. Mengevaluasi kurikulum.
Menurut Oliva, model yang dikembangkannya ini dapat digunakan dalam tiga dimensi, yaitu :pertama, bisa digunakan untuk penyempurnaan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusu seperti bidang studi tertentu di sekolah, baik dalam tataran perencanaan kurikukulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua, bisa digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program kurikulum.Ketiga, bisa digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secara lebih khusus.[6]
5. Model Pengembangan Kurikulum dari Beauchamp
Model pengembangan kurikulum ini, di kembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima hal di dalam pengembangan suatu kurikulum.
Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, ataupun seluruh Negara. Pentahapan arena ini di temukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.Walaupun daerah yang menjadi wewenang kepala kanwil pendidikan dan kebudayaan mencakup suatu wilayah propinsi, tetapi arena pengembangan kurikulum hanya mencakup satu daerah kabupaten saja sebagai pilot proyek.
Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Para ahli pendidikan / kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar.
2. Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih.
3. Para profisional dalam sisitem pendidikan.
4. Profisional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas mungkin, yang biasanya pengaruh mereka kurang langsung terhadap pengembangan kurikulum, di banding dengan tokoh-tokoh lain seperti, para penulis dan penerbit buku, para pejabat pemerintah, politikus, dan pengusaha serta industriawan. Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan dengan tingkat dan luas wilayah arena.Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan guru.Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan guru-guru semakin besar.
1. Membentuk tim pengembang kurikulum.
2. Mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan.
3. Studi penjajagan tentang kemungkinan penyususnan kurikulum baru.
4. Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
Keempat, implementasi kurikulum.Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik klesiapan guru-guru,siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat.
Langkah yang kelima dan merupakan terakhir adalah evaluasi kurikulum.Langkah ini minimal mencakup empat hal, yaitu :
1. Eavaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru.
2. Evaluasi desain kurikulum.
3. Evaluasi hasil belajar siswa.
4. Evaluasi dari keseluruhan system kurikulum.
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini di gunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip melaksanakannya.
6. Model Pengembangan Kurikulum dari Wheeler
Menurut wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus menerus. Wheeler berpendapat proses pengembangan kurikulum terdiri dari lima fase (tahap). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau berturut.Artinya, kita tidak dapat menyelesaikan tahapan kedua, manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai di kerjakan, kita akan kembali ke tahap awal. Demikian proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung. Bagaimana proses pengembangan kurikulum dan komponen-komponen apa saja dalam setiap tahap pengembangan dapat dilihat pada gambar ini.
Wheeler berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas 5 tahap yakni :
a. Menentukan tujuan umu dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat normative yang mengandung tujuan filosofis (aim) atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yakni tujuan yang mudah di ukur ketercapaiannya.
b. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat di lakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang di rumuskan dalam langkah pertama.
c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar.
d. Mengorganisasi atau menyatakan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar.
e. Melakukan evaluasi setiapa fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Dari langkah-langkah pengembangan kurikulum yang di kemukakan Wheeler, maka tampak bahwa pengembangan kurikulum membentuk sebuah siklus (lingkaran). Pada hakikatnya setiap tahapan pada siklus membentuk sebuah system yang terdiri dari komponen-komponen pengembangan yang saling bergantung satu sama lain.[7]
7. Model Pengembangan Kurikulum dari Nicholls
Dalam bukunya Developing a Curriculum : A Pratical Guide (1978), Howard Nicholls menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus.
Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.
Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut nichools, yaitu:
a. Analisis situasi
b. Menentukan tujuan khusus
c. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran
d. Menentukan dan mengorganisasi metode
e. Evaluasi
Setiap langkah pengembangan kurikulum,Nichools menggambarkan seperti berikut ini.
8. Model Pengembangan Kurikulum dari Skilbeck
Menurut skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic, adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased Curriculum Development).
Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembangan termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai dari menganalisis situasi sampai padamelakukan penilaia. Skillbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan alternative dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah. Menurut skillbeck langkah-langkah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis situasi
b. Memformulasikan tujuan
c. Menyusun program
d. Interpretasi dan implementasi
e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi
Menganalisis situasi
|
Memformulasikan tujuan
|
Menyusun program
|
Interpretasi dan implementasi
|
Monitoring,feedback, penilaian dan rekonstruksi
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pengembangankurikulummerupakansuatu alternative prosedurdalamrangkamen-desain (designing), menerapkan (impletation), danmengevaluasi (evalution) suatukurikulum.
Ø Model pengembangandari Ralph Tyler yaitu
1. Menentukantujuanpendidikan
2. Menentukan proses pembelajaran
3. Menentukanorganisasipengalamanbelajar
4. Menentukanevaluasipembelajaran
Ø Model pengembangandari Hilda Tabayaitu
1. Mendiagnosiskebutuhan
2. Memformulasikantujuan
3. Memilihisi
4. Mengorganisasikanisi
5. Memilihpengalamanbelajar
6. Mengorganisasikanpengalamanbelajar
7. Menentukanalatevaluasi
8. Mengujikeseimbangankurikulum
Ø Model pengembangankurikulumdariOlivayaitu
1. Menetapkandasarfilsafat
2. Menganalisiskebutuhanmasyarakat
3. Merumuskantujuanumumkurikulum
4. Merumuskantujuankhususkurikulum
5. Mengorganisasikanrancanganimplementasikurikulum
6. Menjabarkankurikulum
7. Merumuskantujuankhususpembelajaran
8. Menetapkandanmenyeleksistrategipembelajaran
9. Menyeleksidanmenyempurnakantehnikpenilaian
10. Mengimplementasikanstrategipembelajaran
11. Mengevaluasipembelajaran
12. Mengevaluasikurikulum
Ø Model pengembangankurikulumdari Beauchamp yaitu
Proses pengembangankurikulummeliputilimatahap
1. Menentukan arena atauwilayah yang akan di cakupolehkurikulum
2. Menetapkanpersonalia
3. Oganisasidanprosedurpengembangankurikulum
4. Implementasikurikulum
5. Evaluasikurikulum
ProsedurPengembanganKurikulum
1. Merumuskantujuanumumdankhusus,
2. Memilihisidanpengalamanbelajar,
3. Menetapkanevaluasi.
Lima LangkahPengembanganKurikulum
1. Membentuktim,
2. Evaluasikurikulum yang sedangberjalan,
3. Melakukanstudipenjajagankurikulumbaru,
4. Merumuskan alternative pengembangankurikulum,
5. Menyusundanmenuliskurikulum yang dikehendaki
Ø Model pengembangankurikulumdari Wheeler yaitu
1. Menentukantujuanumumdankhusus
2. Menentukanpengalamanbelajar
3. Menentukanisi
4. Mengorganisasikanpengalamandanbahanbelajar
5. Evaluasi
Ø Model pengembangankurikulumdari Nicholls yaitu
1. Analisissituasi
2. Menentukantujuankhusus
3. Pemilhanisi
4. Pemilihanmetode
5. Evaluasi
Ø Model pengembangankurikulumdari Skillbeckyaitu
1. Menganalisissituasi
2. Memformulasikantujuan
3. Menyususun program
4. Interpretasidanimplementasi
5. Monitoring, feedbeck, penilaiandanrekonstruksi
DAFTAR RUJUKAN
· Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum Teoridan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
· Sanjaya, Wina. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
· Hidayat, Rakhmat. 2003.Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: Rajawali Press.
· Tim Pengembang MKDP. 2012. Kurikulumdan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
· Hermawan, Asep Herry dkk. 2010.Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Universitas Terbuka.
[1]Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, pengembangan kurikulum teori dan praktek, (bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 5
[2] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 82
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2010 ), hlm. 229