Monday 24 September 2018

Pengertian Interaksi Sosial dan Sosialisasi




A.    Pengertian Interaksi Sosial dan Sosialisasi
Dalam Al-Qur’an sendiri dinyatakan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling kenal-mengenal (QS. Al-Hujurat ayat 13). Ayat ini secara implisit menegaskan bahwa manusia ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling kenal-mengenal. Proses terjadinya suku bangsa berawal dari interaksi antar individu dan antar kelompok manusia sehingga membentuk satu komunitas sosial yang lebih besar. Hal ini berarti bahwa memiliki kecenderungan untuk memperkenalkan dirinya dan mengenal orang lain, yang mungkin lebih populer dengan istilah proses sosialisasi. Sosialisasi ini tidak mungkin terwujud tanpa ada proses interaksi. [1]
Manusia terlahir sebagai makhluk sosial, kenyataan tersebut menyatakan manusia tidak akan dapat hidup normal tanpa kehadiran manusia yang lain. Hubungan tersebut dapat dikategorikan sebagai interaksi sosial. Adapun pengertian interaksi sosial menurut para ahli dapat dikemukakan sebagai berikut:[2]
1.      Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis berkaitan dengan orang perorangan, kelompok perkelompok, maupun perorangan terhadap perkelompok ataupun sebaliknya (Elly M Setiadi & Usman Kolip, 2011: 63).
2.      Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok (Soerjono Soekanto, 2010: 55).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian interaksi sosial adalah hubungan yang terjadi antara manusia dengan manusia yang lain, baik secara individu maupun kelompok[3].
Sedangkan sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan  seseorang atau individu untuk berbuat atau bertingkah laku berdasarkan patokan yang diakui oleh masyarakat.
Menurut para ahli yaitu sebagai berikut:[4]
1.      Prof. Koentjaraningrat mengatakan sosialisasi sebagai seluruh proses seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lainyang hidup dalam masyarakat sekitarnya.
2.      M.J Herkovits mengatakan sosialisasi adalah suatu proses seorang anak menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dilingkungan keluarganya.
B.     Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Suatu interaksi sosial tidak akat terjadi apabila tidak memunuhi dua syarat yaitu:[5]
1.      Adanya kontak sosial (social-contact).
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi, artinya secara harfiyah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniayah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniyah, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut. Apabila dengan pekembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubunga satu dengan yang lainnya melalui telepon, telegraf, radio, surat dan seterusnya, yang tidak memrlukan suatu hubungan badaniyah. Bahkan dapat dikatakan bahwa  hubungan badaniyah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak. Maka, kotak merupakan tahap pertama terjadinya “kontak” antara pasukan kita dengan pasukan musuh.
Perlu dicatat bahwa terjadinya suatu kontak tidak semata-mata tergantung dari tindakan, akan tetapi juga tindakan tersebut. Seseorang dapat saja bersalaman dengan sebuah patung atau main mata dengan seorang buta sampai berjam-jam lamanya, tanpa menghasilkan suatu kontak. Kontak sosial tersebut dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.
Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau skunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senym dan seterusnya. Sebaliknya kontak skunder memerluka suatu perantara. Misalnya A berkata kepada B bahwa C mengagumi permainannya sebagai pemenang peranan utama salah satu sandiwara. A sama sekali tidak bertemu dengan C, tetapi telah terjadi kontak antara mereka karena masing-masing memberi tanggapan, walaupun dengan perantara B. Suatu kontak skunder dapat dilakukan secara langsung. Pada yang pertama, pihak ketiga bersifat pasif, sedangkan yang terakhir pihak ketiga sebagai  perantara mempunyai peranan yang aktif dalam kontak tersebut. Hubungan-hubunga yang skunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat misalnya, telepon, telegram, radio dan seterusnya. Dalam hal A menelepon B, maka terjadi kontak skunder langsung, tetapi apabila A meminta tolong kepada B supaya diperkenalkan dengan gadis C, kontak tersebut bersifat skunder tidak langsung.[6]

2.      Adanya komunikasi.
Arti penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniyah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.[7]
Dengan adanya komuniksi tersbut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. seluas senyum, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah-tamahan, sikap persahabatan, atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan. Dengan demikian, komunikasi memungkinkan kerja sama antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerjasama bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.[8]
C.    Ciri-ciri Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial dalam masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:[9]
1.      Adanya dua orang pelaku atau lebih.
2.      Adanya hubungan timbal balik antar pelaku.
3.      Diawali dengan adanya kontak sosial, baik secara langsung maupun tidak langsung.
4.      Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas.
D.    Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial dibedakan menjadi dua bentuk yaitu sebagai berikut:[10]
1.      Asosiatif
Interaksi sosial bersifat asosiatif akan mengarah pada bentuk penyatuan. Interaksi sosial ini terdiri atas beberap hal berikut:
a)      Kerja sama (cooperation)
Kerja sama terbentuk karena masyarakat menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama sehingga sepakat untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
b)      Akomodasi
Akomodasi merupakan proses penyesuaian antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok guna mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan kekacauan.
c)      Asimilasi
Proses asimilasi menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha merugi perbedaan yang terdapat diantara beberapa orang atau kelompok dalam masyarakat serta usaha menyamakan sikap, mental dan tindakan demi tercapainya tujuan bersama.
d)     Akulturasi
Proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.


2.      Disosiatif
Interaksi sosial ini mengarah pada bentuk pemisahan dan terbagi dalam tiga bentuk sebagai berikut:[11]
a)      Persaingan/kompetisi
Persaingan/kompetisi adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetetif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya.
b)      kontravensi
Yaitu bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain, sikap tidak senang, baik secara sembunyi maupun terang-terangan seperti perbuatan menghalangi, menghasut, memfitnah, berkhianat, yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur-unsurkebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi konflik atau pertentangan.
c)      Konflik
Yaitu proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar ssehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial diantara mereka yang bertikai tersebut. Oleh karena itu, konflik merupakan bentuk interaksi sosial yang negatif, contohnya, pertentangan antar kampung yang menggunakan kekerasan.
E.     Media yang digunakan dalam sosialisasi
1.    Keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama dalam proses sosialisasi. Dari data penelitian sosiologi, diketahui bahwa anak-anak yang berkepribadian menyimpang umumnya dari keluarga yang tidak harmonis. Akibatnya anak-anak tersebut cenderung berperilaku/berkepribadian menyimpang.[12]
2.    Teman Sepermainan
Teman sepermainan/sebaya juga merupakan media sosialisasi yang cukup berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadian. Dengan demikian, lingkungan pergaulan dan kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak pengaruh teman bermain adalah masa remaja.sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan norma kelompoknya.
3.    Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan dan pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence).[13]
4.    Tempat Pekerjaan
Tempat pekerjaan juga merupakan media sosialisasi yang tidak kalah penting dalam proses pembentukan kepribadian. Suasana di tempat pekerjaan, jenis beban pekerjaan, jabatan dan gaji yang kurang kondusif, seringkali menjadi faktor penyebab timbulnya kekecewaan, ketidakpuasan, atau stres pada para pekerja. terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang ingkungan semisal contoh: kerja dalam panti asuhan, Orang yang bekerja di lingkungan panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.
5.    Media Massa
Media massa berperan pula sebagai media sosialisasi. Dewasa ini, pengaruh media massa begitu kuat terhadap kehidupan masyarakat. Media massa umumnya berisi informasi tentang berbagai hal, seperti ilmu pengetahuan, nilai dan norma sosial, kesenian, dan unsur budaya lainnya.Dengan mengikuti media massa secara intensif, maka orang akan mengetahui perkembangan masyarakat dan kebudayaannya. [14]



[1]Mahmud dkk, pendidikan lingkungan sosialbudaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2015), hml. 129.
[2]Ibid, hlm. 130.
[3]Ibid.
[4]Syarif.blogspot.com/2016/03/interaksi-sosial-dan-sosialisasi.html?m=1 diakses pada tanggal 19 september 2018
[5]Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 58-59.
[6]Ibid, hlm. 60.
[7]Ibid, hlm. 60.
[8]Ibid, hlm. 61.
[9]Mahmud dkk, pendidikan lingkungan sosialbudaya, hlm. 130.
[10]Ibid, hlm. 131-133.
[11]Ibid, 133-134.
[12]Syarif.blogspot.com/2016/03/interaksi-sosial-dan-sosialisasi.html?m=1 diakses pada tanggal 19 september 2018

[13]Ibid.
[14]Ibid.