A.
Pengertian Interaksi Sosial dan Sosialisasi
Dalam Al-Qur’an
sendiri dinyatakan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa
untuk saling kenal-mengenal (QS. Al-Hujurat ayat 13). Ayat ini secara implisit
menegaskan bahwa manusia ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk
saling kenal-mengenal. Proses terjadinya suku bangsa berawal dari interaksi
antar individu dan antar kelompok manusia sehingga membentuk satu komunitas
sosial yang lebih besar. Hal ini berarti bahwa memiliki kecenderungan untuk
memperkenalkan dirinya dan mengenal orang lain, yang mungkin lebih populer
dengan istilah proses sosialisasi. Sosialisasi ini tidak mungkin terwujud tanpa
ada proses interaksi. [1]
Manusia
terlahir sebagai makhluk sosial, kenyataan tersebut menyatakan manusia tidak
akan dapat hidup normal tanpa kehadiran manusia yang lain. Hubungan tersebut
dapat dikategorikan sebagai interaksi sosial. Adapun pengertian interaksi
sosial menurut para ahli dapat dikemukakan sebagai berikut:[2]
1.
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis
berkaitan dengan orang perorangan, kelompok perkelompok, maupun perorangan
terhadap perkelompok ataupun sebaliknya (Elly M Setiadi & Usman Kolip,
2011: 63).
2.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok
(Soerjono Soekanto, 2010: 55).
Berdasarkan
pengertian tersebut, maka pengertian interaksi sosial adalah hubungan yang
terjadi antara manusia dengan manusia yang lain, baik secara individu maupun
kelompok[3].
Sedangkan
sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan seseorang atau individu untuk berbuat atau
bertingkah laku berdasarkan patokan yang diakui oleh masyarakat.
Menurut para
ahli yaitu sebagai berikut:[4]
1.
Prof. Koentjaraningrat mengatakan sosialisasi sebagai seluruh
proses seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang,
berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lainyang
hidup dalam masyarakat sekitarnya.
2.
M.J Herkovits mengatakan sosialisasi adalah suatu proses seorang
anak menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dilingkungan
keluarganya.
B.
Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Suatu interaksi
sosial tidak akat terjadi apabila tidak memunuhi dua syarat yaitu:[5]
1.
Adanya kontak sosial (social-contact).
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum
(yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi,
artinya secara harfiyah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak
baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniayah. Sebagai gejala sosial itu
tidak perlu berarti suatu hubungan badaniyah, seperti misalnya, dengan cara
berbicara dengan pihak lain tersebut. Apabila dengan pekembangan teknologi
dewasa ini, orang-orang dapat berhubunga satu dengan yang lainnya melalui
telepon, telegraf, radio, surat dan seterusnya, yang tidak memrlukan suatu
hubungan badaniyah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniyah tidak perlu menjadi syarat
utama terjadinya kontak. Maka, kotak merupakan tahap pertama terjadinya
“kontak” antara pasukan kita dengan pasukan musuh.
Perlu dicatat bahwa terjadinya suatu kontak tidak semata-mata
tergantung dari tindakan, akan tetapi juga tindakan tersebut. Seseorang dapat saja
bersalaman dengan sebuah patung atau main mata dengan seorang buta sampai
berjam-jam lamanya, tanpa menghasilkan suatu kontak. Kontak sosial tersebut
dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial yang bersifat positif
mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada
suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi
sosial.
Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau skunder. Kontak primer
terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka,
seperti misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senym dan
seterusnya. Sebaliknya kontak skunder memerluka suatu perantara. Misalnya A
berkata kepada B bahwa C mengagumi permainannya sebagai pemenang peranan utama
salah satu sandiwara. A sama sekali tidak bertemu dengan C, tetapi telah
terjadi kontak antara mereka karena masing-masing memberi tanggapan, walaupun
dengan perantara B. Suatu kontak skunder dapat dilakukan secara langsung. Pada
yang pertama, pihak ketiga bersifat pasif, sedangkan yang terakhir pihak ketiga
sebagai perantara mempunyai peranan yang
aktif dalam kontak tersebut. Hubungan-hubunga yang skunder tersebut dapat
dilakukan melalui alat-alat misalnya, telepon, telegram, radio dan seterusnya.
Dalam hal A menelepon B, maka terjadi kontak skunder langsung, tetapi apabila A
meminta tolong kepada B supaya diperkenalkan dengan gadis C, kontak tersebut
bersifat skunder tidak langsung.[6]
2.
Adanya komunikasi.
Arti penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran
pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniyah atau
sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang
yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang lain tersebut.[7]
Dengan adanya komuniksi tersbut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan
suatu kelompok manusia atau orang perseorangan dapat diketahui oleh
kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan
bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam
penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. seluas senyum, misalnya, dapat
ditafsirkan sebagai keramah-tamahan, sikap persahabatan, atau bahkan sebagai
sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan. Dengan demikian, komunikasi
memungkinkan kerja sama antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompok
manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja
sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerjasama bahkan suatu
pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena
masing-masing tidak mau mengalah.[8]
C.
Ciri-ciri Interaksi Sosial
Proses
interaksi sosial dalam masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:[9]
1. Adanya dua
orang pelaku atau lebih.
2. Adanya hubungan
timbal balik antar pelaku.
3. Diawali dengan
adanya kontak sosial, baik secara langsung maupun tidak langsung.
4.
Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas.
D.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Interaksi
sosial dibedakan menjadi dua bentuk yaitu sebagai berikut:[10]
1.
Asosiatif
Interaksi sosial bersifat asosiatif akan mengarah pada bentuk
penyatuan. Interaksi sosial ini terdiri atas beberap hal berikut:
a)
Kerja sama (cooperation)
Kerja sama terbentuk karena masyarakat menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama sehingga sepakat untuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan bersama.
b)
Akomodasi
Akomodasi merupakan proses penyesuaian antar individu dengan
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok guna mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan
dan kekacauan.
c)
Asimilasi
Proses asimilasi menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha
merugi perbedaan yang terdapat diantara beberapa orang atau kelompok dalam
masyarakat serta usaha menyamakan sikap, mental dan tindakan demi tercapainya
tujuan bersama.
d)
Akulturasi
Proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok masyarakat manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan
asing itu diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
2.
Disosiatif
Interaksi sosial ini mengarah pada bentuk pemisahan dan terbagi
dalam tiga bentuk sebagai berikut:[11]
a)
Persaingan/kompetisi
Persaingan/kompetisi adalah suatu perjuangan yang dilakukan
perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil
secara kompetetif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak
lawannya.
b)
kontravensi
Yaitu bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan
pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain, sikap tidak senang,
baik secara sembunyi maupun terang-terangan seperti perbuatan menghalangi,
menghasut, memfitnah, berkhianat, yang ditujukan terhadap perorangan atau
kelompok atau terhadap unsur-unsurkebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut
dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi konflik atau
pertentangan.
c)
Konflik
Yaitu
proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya
perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar ssehingga menimbulkan
adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial
diantara mereka yang bertikai tersebut. Oleh karena itu, konflik merupakan
bentuk interaksi sosial yang negatif, contohnya, pertentangan antar kampung
yang menggunakan kekerasan.
E.
Media yang digunakan dalam sosialisasi
1.
Keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama dalam
proses sosialisasi. Dari data penelitian sosiologi, diketahui bahwa anak-anak
yang berkepribadian menyimpang umumnya dari keluarga yang tidak harmonis.
Akibatnya anak-anak tersebut cenderung berperilaku/berkepribadian menyimpang.[12]
2.
Teman Sepermainan
Teman sepermainan/sebaya juga merupakan media sosialisasi yang
cukup berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadian. Dengan demikian,
lingkungan pergaulan dan kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan
kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan
belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak pengaruh teman bermain
adalah masa remaja.sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota
keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan
norma kelompoknya.
3.
Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan dan pendidikan di sekolah merupakan
wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses
sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari
seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan berhitung saja namun
juga mengenai kemandirian (independence).[13]
4.
Tempat Pekerjaan
Tempat pekerjaan juga merupakan media sosialisasi yang tidak kalah
penting dalam proses pembentukan kepribadian. Suasana di tempat pekerjaan,
jenis beban pekerjaan, jabatan dan gaji yang kurang kondusif, seringkali
menjadi faktor penyebab timbulnya kekecewaan, ketidakpuasan, atau stres pada
para pekerja. terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan
kepribadian seseorang ingkungan semisal contoh: kerja dalam panti asuhan, Orang
yang bekerja di lingkungan panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian
dengan tipe memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa
toleransi.
5.
Media Massa
Media massa berperan pula sebagai media sosialisasi. Dewasa ini,
pengaruh media massa begitu kuat terhadap kehidupan masyarakat. Media massa
umumnya berisi informasi tentang berbagai hal, seperti ilmu pengetahuan, nilai
dan norma sosial, kesenian, dan unsur budaya lainnya.Dengan mengikuti media
massa secara intensif, maka orang akan mengetahui perkembangan masyarakat dan
kebudayaannya. [14]
[1]Mahmud dkk, pendidikan
lingkungan sosialbudaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2015), hml. 129.
[2]Ibid, hlm. 130.
[3]Ibid.
[4]Syarif.blogspot.com/2016/03/interaksi-sosial-dan-sosialisasi.html?m=1
diakses pada tanggal 19 september 2018
[5]Soerjono
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2014), hlm. 58-59.
[6]Ibid, hlm. 60.
[7]Ibid, hlm. 60.
[8]Ibid, hlm. 61.
[9]Mahmud dkk, pendidikan
lingkungan sosialbudaya, hlm. 130.
[10]Ibid, hlm.
131-133.
[11]Ibid, 133-134.
[12]Syarif.blogspot.com/2016/03/interaksi-sosial-dan-sosialisasi.html?m=1
diakses pada tanggal 19 september 2018
[13]Ibid.
[14]Ibid.