UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN
BERHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MANIK-MANIK WARNA PADA KELAS 1 MI NURUS
SHIBYAN AMBAT TLANAKAN PAMEKASAN
PROPOSAL
Diajukan kepada
Institut Agama Islam Negeri Madura
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan
program sarjana pendidikan islam
Oleh :)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
2018
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pendidika adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.[1]
Pendidikan yang sesuai dengan tujuan, yaitu pemberian
pembelajaran dari guru kepada peserta didik tidak mudah yang kita
pikirkan seperti membalikkan
telapak tangan. Namun sangat berperan, kerjasama yang baik antara: guru, siswa,
orang tua, lingkungan dan prasarana yang memadai bagi kemajuan pendidikan
peserta didik. Salah satau pelajaran yang memiliki peranan penting
dalam pendidikan adalah matematika.
Didalam
matematika kita pasti akan bertemu dengan keterampilan berhitung maupun
keterampilan berfikir baik itu ditingkat SD, SMP dan SMA.Yang mana keterampilan
berfikir merupakan suatu kebutuhan, karena dengan keterampilan tersebut
seseorang akan memiliki kunci-kunci dalam menyelesaikan masalah, menyaring
informasi dan pencapaian prestasi. Salah satu dari keterampilan berfikir
itu dapat dilihat pada hasil belajar
matematika. Hasil belajar matematika ini sangatlah penting bagi siswa kelas
awal disekolah dasar karena akan selalu digunakan mereka seumur hidupnya dan
dalam kegiatan sehari-haripun berkaitan erat dengan matematika.[2]
Sebagai pendidik yang profesional harus menerapkan dan
mengembangkan proses pembelajaran untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam
mencapai tujuan pembelajaran
terutama pada pembelajaran matematika, Karena pembelajarn matematika itu
pelajaran yang dianggap sulit dan membosankan bagi siswa, jadi kita sebagai
guru harus berkriatif dan inovatif dalam
melaksankan proses belajar mengajar.
Pembelajaran
matematika merupakn suatu aktivitas
mental untuk memahami arti dan bangun-bangun serta symbol-simbol kemudian
diterapkan pada situasi nyata.[3] Pembelajaran matematika di SD merupakan salah
satu kajiankajian yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan
karakteristik khususnya antara hakikat anak dan hakikat matematika.[4] Tujuan
dari pembelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah dan juga memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, minat dalam
mempelajari matematika.[5]
Untuk mencapaian hasil maksimal yang kita inginkan pada pembelajaran mateamtika
ini selain diperlukan pendidik, fasilitas dan juga metode, maka tidak kalah
juga pentingnya dengan menggunakan media yang sangat menarik sehingga siswa
tertarik untuk belajar yaitu dengan menggunakan media manik-manik warna pada
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Manik-manik
warna yang dijadikan sebagai media pada pembelajaran matematika dalam materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat mempermudah siswa dalam
berhitung dan dapat membantu siswa dalam memperjelas materi yang sedang
dipelajari secara langsung apalagi siswa yang diajari itu anak SD kelas 1.
Fungsi dari media manik-manik warna yang ingin peneliti terapkan adalah untuk
memperlancar tujuan dari pelaksanaan pembelajaran disekolah dan juga dapat
membantu siswa untuk senang belajar matematika, karena dengan adanya media yang
ingin peneliti terapkan proses pembelajarannya akan lebih menarik.
Siswa
kelas 1 madrasah ibtidaiyah masih sangat perlu bimbingan lebih dari gurunya,
apalagi dalam pelajaran matematika, karena mereka menganggap matematika itu
pelajaran yang sulit, maka dari itu peneliti ingin meningkatkan keterampilan
berhitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas 1 dengan
menggunakan media manik-manik warna.
2. Batasan Masalah
Penelitian ini
membatasi masalah pada rendahnya keterampilan berhitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas 1 sebagai ruang lingkup pada
penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan media manik-manik warna
untuk meningkat keterampilan berhitung penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat pada pembelajaran matematika di kelas 1 MI Nurus Shibyan ambat tlanakan
pamekasan.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana cara meningkatan keterampilan
berhitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada pembelajaran
matematika dengan menggunakan media manik-manik warna pada siswa kelas 1 MI?
2.
Upaya apa saja yang dilakukan oleh
guru untuk meningkatkan keterampilan berhitung penjumlahan pengurangan bilangan
bulat pada pembelajaran matematika dengan menggunakan media manik-manik warna
pada siswa kelas 1 MI?
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah
1.
Menjelaskan cara meningkatkan
keterampilan berhitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat pada pembelajaran matematika dengan menggunakn media
manik-manik warna
2.
Menjelaskan upaya yang dilakukan
oleh guru untuk meningkat keterampilan berhitung penjumlahan pengurangan
bilangan bulat pada pembelajran matematika dengan media manik-manik warna.
5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis.
a.
Secara Teoritis
Penelitian ini memberikan masukan
sekaligus pengetahuan dari lapangan
tentang pentingnya penggunaan media manik – manik warna untuk
meningkatkan
keterampilan berhitung penjumlahan dan pengurangn
bilangan bulat di kelas 1 MI Nurus Shibyan ambaat tlanakan pamekasan.
b. Secara Praktis
1. Bagi Guru
a. Menambah pengetahuan dan memberi masukan bagi guru
untuk
menggunakan media yang sesuai dalam
proses pembelajaran.
b.Memberikan masukan bagi guru upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi
permasalahan siswa mengenai kesulitan
belajarnya.
2. Bagi Siswa
a. Dengan penelitian ini dapat membantu siswa dalam
upaya mengatasi
kesulitan belajarnya, sehingga dapat
mencapai hasil belajar yang lebih baik.
b. Melalui penggunaan media manik –
manik dapat meningkatkan keterampilan berhitung penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat.
3. bagi sekolah
a. sebagai acuan
untuk memperbanyak inovasi-inovasi pada kegiatan pembelajaran disekolah
b. sebagai dasar dalam penilaian kinerja guru.
B. Kajian Pustaka
1.
Tinjauan Tentang
Keterampilan Berhitung
a.
Pengertian Keterampilan
Berhitung
Pengertian keterampilan yaitu kemampuan untuk
menggunakan akl, fikiran, de dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah
ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah
nilai dan hasil perkerjaan tersebut. Pengertian keterampilan secara sederhana
adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.[6] Dalam
pembelajaran matematika pasti tidak lepas dengan kata berhitung, yanag mana Keterampilan
menghitung mengungkapkan bagaimana seseorang memahami ide-ide yang diekspresikan
dalam bentuk angka-angka dan bagaimana jenisnya seseorang dapat berfikir dan
menalar angka-angka. Keterampilan berhitung ini merupakan salah satu kemampuan
penting dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan demikian karena dalam
seluruh aktivitas manusia membutuhkan keterampilan ini.
Berdasarkan teori pemrosesan informasi hal
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran matematika adalah teori
yang melandasi strategi kognitif, yakni teori metacognition. Metacognition merupakan keterampilan siswa dalam
mengatur dan mengontrol proses berfikirnya. Menurut teori metacognition
bahwa siswa yang belajar memiliki keterampilan tertentu untuk mengatur dan
mengontrol apa yang dipelajarinya. Keterampilan ini berbeda antara individu
yang satu dengan individu yang lain sesuai dengan kemampuan proses berfikirnya.[7]
Menurutwoolfolk, metacognition meliputi empat jenis keterampilan yaitu sebagai
berikut:
a. Keterampilan memecahkan
masalah (problems making) yakni
keterampilan seseorang siswa dalam menggunakan proses berfikirnya untuk
memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun
berbagai alternative pemecahan dan memilih pemecahan masalah yang paling
efektif.
b. Keterampilan pengambilan
keputusan (decision making) yakni
keterampilan seseorang menggunakan proses berfikirnya untuk memilih sesuatu
keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan
informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alternative,
analisis informasi dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alasan
yang rasional.
c. Keterampilan berfikir
kritis (critical thingking), yakni
keteramplan seseorang dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menganalisis
argument dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang sohih melalui logical reasoning, analisis asumsi dan
bias dari argument dan interpreatsi logis.
d. Keterampilan berfikir
kreatif (creative thinking), yakni
keterampilan seseorang dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menghasilkan
suatu ide baru, konstruktif, baik berdasarkan konsep-konsep, prinsip-prinsip
yang rasional maupun persepsi dan intuisi.[8]
2.
Tinjauan Tentang
Pembelajaran Matematika di SD
a.
Pengertian Matematika
Matematika
berasal dari kata yunani “mathein” atau “mathenein” yang artinya mempelajari.
Menurut Johnson dan myklebuts matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan kekurangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan pemikiran. Selanjutnya
paling menyatakan bahwa ide manusia tentang matematika berbeda-beda, tergantung
pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang menyatakan bahwa
matematika hanya perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali dan bagi.
Menurut mulyani sumantri matematika adalah
pengetahuan yang tidak kurang pentingnya dalam kehidupan sehari-hari, oleh
karena itu tujuan pengajaran matematika ialah agar peserta didik dapat
berkonsultasi dengan mempergunakan angka-angka dan bahasa dalam matematika.[9]
Russel sebagaimana dikutip carpenter
mendifinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari
pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal.
Arah yang dikenal tersusun baik secara bertahap menuju arah yang rumit, dari
bilangan bulat kebilangan cacah, bilangan real kebilangan kompleks, dari
penjumlahan dan perkalian kediferensial dan integral dan menuju matematika yang
lebih tinggi.
Dari berbagai pandangan dan pengertian diatas,
dapat disarikan bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang
merupakan alat pikir, komunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan
praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi,
generalitas dan individualitas sehingga mempunyai cabang-cabang antara lain
matematika.[10]
Pendapat diatas memberikan gambaran bahwa
dalam mempelajari matematika harus dilaksanakan secara berkesinambungan dari
konsep yang paling mendasar ke konsep yang lebih tinggi. Dengan kata lain
seseorang sulit untuk belajar suatu konsep dalam matematika apabila konsep yang
menjadi prasyarat tidak dikuasainya. Belajar yang terputus-putus dan tidak
berkesinambungan akan menyebabkan pemahaman yang kurang baik terhadap suatu
konsep oleh karena itu keberhasilan siswa didalam menyerap matematika pada
tingkat sekolah dasar menjadi cermin bagi kesuksesan dalam bidang matematika
pada jenjang berikutnya.[11]
b.
Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika merupakan proses
dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika (1).
Pengetahuan matematika akan lebih baik jika siswa mampu mengkonstruksi melalui
pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya. Untuk itu, keterlibatan siswa
secara aktif sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini
pembelajaran matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam penalaran suatu
hubungan antara suatu konsep dengan konsep yang lainnya.
Pembelajaran matematika merupakan suatu
aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol
kemudian diterapkan pada situasi nyata. Belajar matematika berkaitan dengan apa
dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan dalam menyelesaikan
masalah (2). Peran guru di sekolah sangat dibutuhkan dalam tercapainya tujuan
pembelajaran matematika serta proses belajar mengajar untuk membantu siswa
mencapai hasil belajar yang optimal. Akan tetapi siswa merasa kesulitan dalam
mempelajari matematika. Kesulitan siswa dalam mempelajari dan memahami
matematika terlihat dari mengkaitkan antar konsep-konsep matematika.
Mata pelajaran matematika sangat bergantung
dari cara guru mengajarkan kepada siswa. Guru dapat membantu siswa memahami
pelajaran matematika. Banyak cara bagi seorang guru untuk menyampaikan materi
pelajaran yang akan membuat siswa merasa senang serta meningkatkan hasil
belajar, diantaranya adalah dengan
menggunakan strategi, metode yang tepat dan dibantu media yang mendukung
kegiatan belajar mengajar.[12]
c.
Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah
adalah agar peserta didik memiliki kemampuan; 1) menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 2)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 3)
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah, 4) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah. [13]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika itu menekankan pada penalaran, pemecahan masalah,
kemampuan berkomunikasi dan juga pembentukan sikap.
d.
Langkah Pembelajaran Matematika
di SD
Belajar matematika itu pada hakikatnya
marupakan penanaman penalaran dan pembinaan keterampilan dari konsep-konsep ,
yaitu ide-ide atau gagasan yang terbentuk dari sifat-sifat yang sama. Dilain
pihak dihubungkan dengan proses pembelajaran yang diselenggarakan guru dalam
rangka transfer kurikulum maka konsep-konsep matematika yang tersusun dalam
matematika SD dapat dikelompokan kedalam 3 jenis konsep, yaitu konsep dasar,
konsep yang berkembang dan konsep yang ibina keterampilannya.
1. Konsep dasar
Konsep dasar pada pembelajaran matematika
merupakan materi-materi atau bahan-bahan
dan sekumpulan bahasan atau semesta bahasan dan umumnya merupakan materi
baru untuk para siswa yang mempelajarinya. Konsep-konsep dasar ini merupakan konsep-konsep yang
pertama kali dipelajari oleh para siswa dari sejumlah konsep yang diberikan.
Oleh karena itu, setelah konsep dasar ini ditanamkan maka konsep dasar ini akan
menjadi prasyarat dalam memahami konsep-konsep berikutnya.
2. Konsep yang berkembang
Konsep yang berkembang dari konsep dasar
merupakan sifat atau penerapan dari konsep-konsep dasar. Konsep yang berkembang
ini merupakan kelanjutan dari konsep dasar dan dalam mempelajarinya memerlukan
pengetahuan tentang konsep dasar. Dengan kata lain, konsep jenis ini akan mudah
dipahami oleh siswa apabila mereka telah menguasai konsep prasyaratnya, yaitu
konsep dasar.
3. Konsep yang harus dibina
keterampilannya
Konsep yang termasuk kedalam jenis konsep ini
dapat merupakan konsep-konsep dasar atau konsep-konsep yang berkembang.
Konsep-konsep jenis ini perlu mendapat perhatian dan pembinaan dari guru
sehingga para siswa mempunyai keterampilan dalam menggunakan atau menampilkan
konsep-konsep dasar maupun konsep-konsep yang berkembang. Dengan adanya
pembinaan keterampilan terhadap konsep-konsep ini diharapkan proses
pembelajaran matematika dapat mengkaji isu-isu tentang kurangnya keterampilan
berhitung.[14]
Dari uaraian diatas dijelaskan bahwa dari
langkah-langkah pembelajaran matematika di SD itu terdiri dari 3 konsep yang
sudah tersusun tertutama untuk anak SD, yaitu konsep dasar, konsep berkembang
dan konsep yang harus dibina keterampilannya, dari ke 3 konsep terdebut dalam
melakukan pelajaran matematika harus berurutan yaitu mulai dari konsep dasar
setelah itu konsep berkembang baru konsep yang harus dibina keterampilannya,
karena dengan berurutan suatu pelajaran akan berjalan denagn baik. Konsep dasar
itu konsep yang pertama kali dipelajari oleh siswa setelah konsep dasar selesai
baru masuk pada konsep berkembang yang mana konsep ini kelanjutan dari konsep
dasar setelah konsep berkembang selesai yaitu konsep yang harus dibina
keterampilannya, dalam konsep ini terdapat konsep dasar dan juga konsep
berkembang jadi tanpa dipelajri tentang konsep dasar dan juga konsep berkembang
maka konsep ini tidak akan berjalan.
Jadi ke3 konsep ini harus berjalan secara berurutan.
Untuk lebih konkretnya lagi kita akan melihat
beberapa contoh tentang jenis-jenis konsep diatas dan bagaimana kaitan dari
ketiganya yang kesemuanya akan diambil dari kurikulum matematika SD.
a. Menjumlah dua bilangan
dengan satu angka dengan hasil sampai dengan 5.
b. Mengenal sifat
pertukaran pada penjumlahan.
c. Menentukan pasangan
bilangan yang jumlahnya diketahui dan tidak lebih dari 5.
d. Menyelesaikan cerita
sederhana.
Keempat bagian dari bahan pelajaran tersebut
merupakan sekumpulan bahasan yang harus dipalajari oleh siswa. Untuk memudahkan
pembelajarannya kita akan memilah-memilahnya kedalam jenis-jenis konsep, yaitu:
a. Konsep dasar, sekumpulan
bahasannya adalah mengenai operasi hitung penjumlahan, sedangkan konsep-konsep
dasarnya adalah mengenai istilah atau pengertian “penjumlahan” dan lambanf
untuk penjumlahan (+). Konsep dasar tersebut dinyatakan dalam bentuk kalimat
matematika seperti 2 + 1 = 3.
b. Konsep yang berkembang,
konsep yang dikembangkan dari konsep dasar diatas adalah “pengenalan tentang
sifat pertukaran pada penjumlahan”, misalnya 2 + 1 = 1 + 2, 3 + 2 = 2 + 3 dan semacamnya.
c. Konsep yang dibina
keterampilannya, supaya siswa terampil dalam menampilkan konsep yang telah
dipelajarinya baik konsep dasar maupun yang berkembang seperti diatas maka
jelaslah bahwa dari sekumpulan bahasan tersebut yang merupakan contoh dari
jenis konsep ini adalah siswa melakukan latihan untuk membina keterampilan dari
sekumpulan bahasan, yaitu menyelesaikan soal-soal cerita sederhana yang
melibatkan penjumlahan bilangan 1 sampai dengan 5. Misalnya: “tati mempunyai 2
permen ia membeli lagi 3 permen. Berapakah banyaknya permen tati sekarang?”
dalam menyelesaikan soal cerita, ditetapkan pada pembinaan keterampilan, yaitu
mampu mengenal “apa yang diketahui”,
“apa yang ditanyakan” dan “pengerjaan hitung apa yang diperlukan”.[15]
Diatas sudah dijelaskan contoh tentang
jenis-jenis konsep yang sudah disebutkan yang mana ketiganya itu diambil dari
kurikulum matematika SD yang tediri dari 4 bagian yaitu menjumlahakan dua
bilangan, mengenal sifat pertukaran, menentukan pasangan bilangan dan
menyelesaikan cerita sederhana. Dari ke 4 bagian itu ada kaiatannya dengan
jenis konsep yang sudah dijelaskan yaitu konsep dasar, konsep berkembagng dan
konsep yang harus dibina keterampilannya.
3.
Tinjauan Tentang Bilangan Bulat
a.
Pengertian Bilngan Bulat
Bilangan bulat adalah lanjutan yang terkait
secara langsung dengan pembahasan bilangan asli dan bilangan cacah. Pembelajaran
bilangan bulat diberikan setelah pembelajaran bilangan cacah, bilangan asli dan
bilangan pecahan positif.
Bilangan bulat adalah penggabungan dari
bilangan-bilngan cacah yaitu 0, 1, 2, 3,…, dan seterusnya dengan
bilangan-bilangan asli yang negatif yaitu -1, -2. -3,…, dan seterusnya. Jadi
bilangan-bilangan bulat yaitu…, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,... terdiri dari
bilangan-bilangan bulat positif (bilangan asli) yaitu 1, 2, 3,..., bilangan
bulat negative…, -3, -2, -1 dan bilangan nol (0).[16]
Dapat disinpulkan bilangan bulat terdiri dari:
1. Bilanganbulat positif
atau bilangan asli yaitu 1, 2, 3,…,
2. Bilangan bulat nol yaitu
0
3. Bilangan bulat negative
yaitu -1, -2, -3,…,
b.
Operasi Pada Bilangan Bulat
1. Operasi penjumlahan
Operasi hitung penjumlahan bilangn bulat
sering pula disebut sebagai pengerjaan hitung penjumlahan bilangan bulat.dalam
penjumlahan bilangan bulat seperri halnya penjumlahan pada bilangan asli dan
bilangan cacah yaitu kita menggunakan tanda tambah atau plus dengan notasi (+)
dan tanda kurang atau selisih atau minus dengan notasi (-).
Sifat-sifat operasi penjumlahan
1. Tertutup, akan
diperlhatkan bahwa oerasi penjumlahan untuk setiap bilangan bulat a dan b maka
a + b juga bilangan bulat
2. Pertukaran, akan
diperlihatkan bahwa operasi penjumlahan untuk setiap bilangan bulat a dan b
berlaku a + b = b + a
3. Pengelompokan, kita akan
memperlihatkan bahwa operasi penjumlahan untuk setiap a, b dan bilangan bulat
berlaku (a + b) + c = a + (b + c)
4. Bilangan nol, untuk
menjelaskan dasi sifat bilangan nol, dapat dilakukan dengan menjumlahkan
sembarang bilangan 0.[17]
a. Operasi pengurangan,
pengurangan yang pertama ditanamkan pada anak/peserta didik adalah
“pengambilan” dan ini merupakan bahasa sehari-hari yang sering didengar oleh
anak-anak maupun pesera didik pada jenjang pendidikan dasar.[18]
Sifat-sifat operasi pengurangan sama dengan sifat operasi penjumlahan yaitu
tertutup, pertukan dan pengelompokan.
4.
Tinjauan Tentang Media Pembelajaran
a.
Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiyah berarti
“perantara atau pengantar’. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan.[19] Bila
media adalah sumber belajar maka secara luas media dapat diartikan dengan
manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media
mempunyai arti yang cukup penting.
Karena dalam kegiatan gtersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan
disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media
dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau
kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.
Dengan demikian, anak didik lebih mudah mecerna bahan dari pada tanpa bantuan
media.[20]
Media itu sangat berguna dalam proses belajar
mengajar karena dengan adanya media itu peserta didik atau siswa lebih mudah
untuk mengerti atau memahami suatu pelajaran yang diajarkan oleh guru.
Namun perlu ingat, bahwa peran media tidak
akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Karena itu tujuan pembelajaran harus dijadikan
sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakaka diabaikan, maka media
bukan lagi sebagai alat bantu pembelajaran, tetapi sebagai penghambat dalam
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Akhirnya dapat dipahami bahwa media adalah
alat bantu apa saja dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pembelajaran.[21]
Media yang akan digunakan harus sesuai dengan
pelajaran dan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik atau siswa supaya
pelajaran itu mudah dipahami oleh peserta didik atau siswa dan dalam penggunaan
media itu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran supaya media tersebut
berguna dalam proses pembelajaran, karena media itu sebagai alat dari suatu
pembelajaran.
b.
Fungsi Media
Menurul M.sumantri dan J. Permana secara umum media berfungsi sebagai:
1.
Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
2.
Meletakkan dasr-dasr yang konkrit dan konsep yang abstrak sehingga dapat
mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme
3.
Membangkitkan motivasi belajar pesera didik
4.
Mempertinggi mutu belajar mengajar.[22]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
fungsi media itu sebagai alat bantu dalam suatu pelajran sehingga dalam proses
belajar mengajar menjadi efektif dan dengan media itu siswa lebih semangat
dalam belajar dan juga dapat memberi pengalaman nyata kepada peserta didik atau
siswa.
c.
Macam-macam Media
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.
1. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi
kedalam:
a. Media auditif, yaitu
media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya memilki unsur suara,
seperti radio dan rekaman suara.
b. Media visual, yaitu
media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang
termasuk kedalam media ini adalam flm slide, foto, transparansi, lukisan, gambar
dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.
c. Media audiovisual, yaitu
jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar
yang dapat dilihat, seperti rekaman vidio, berbagai ukuran film, slide suara
dan lain sebagainya.
2. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media
dapat pula dibagi kedalam:
a. Media yang memiliki daya
liput yang luas dan serentak seperti radio dan televise. Melalui media ini
siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian yang actual secara serentak tanpa
harus menggunakan ruangan khusus.
b. Media yang mempunyai
daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, vidio
dan lain sebagainya.
3. Dilihat dari cara atau
teknik pemakaiannya, media dapat dibagi kedalam:
a. Media yang diproyeksikan,
seperti film, slide, film strip, transparansi dan lain sebagainya. Jenis media
yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus, seperti film projector untuk
memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan film slide. Tanpa
dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi
apa-apa.
b. Media yang tidak
diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio dan lain sebagainya.[23]
Menurul rudy brets, ada 7 klasifikasi media,
yaitu:
a. Media audiovisual gerak,
seperti film suara, pita vidio, film tv
b. Media audiovisual diam,
seperti film rangkai suara
c. Audio semigerak, seperti
tulisan jauh bersuara
d. Media visual bergerak,
seperti film bisu
e. Media visual diam,
seperti halaman cetak,foto
f. Media audio, seperti
radio, telepon
g. Media cetak, seperti
buku, modul.[24]
Dari penjelasan diatas mengenai 7 klasifikasi
media dapat disimpilkan bahwa dari semua bagian media pasti menggunakan indra,
yang mana didalamnya itu terdiri dari unsur pokok dari media yaitu suara,
visual dan juga gerak.
d. Pemilhan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Kriteria pemilihan media
1.
karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang
ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga
menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
2.
Tujuan belajar, secara umum tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai
melalui 3 hal, yakni untuk mendapatkan pengetahuan, penanam konsep dan
keterampilan serta pembentukan sikap.
3.
Sifat bahan ajar, isi palajaran atau bahan ajar memiliki kragaman dari
sisi tugas yang ingin dilakukan siswa. Tugas-tugas tersebut biasanya menuntut
adanya aktivitas dari para siswanya.setiap kategori pembelajaran itu menuntut
aktivitas atau prilaku yang berbeda-beda dan dengan demikian akan mempengaruhi
pemilihan media beserta teknik pemanfaatannya.
4. Pengadaan media, dilihat
dari segi pengadaannya, menurut arief s. sadiman, media dapat dibagi menjadi 2
macam. 1) media jadi (by utilization) yakni
media yang sudah jadi komuniti perdagangan. 2) media rancangan (by design) yaitu media yang dirancang
secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu.
5.
Sifat pemanfaatan media, dilihat dari sifat pemanfaatannya, media
pembelajaran terdapat dua macam yaitu media primer dan media sekunder. Media
primer yakni media yang diperlukan atau harus digunakan guru untuk membantu
siswa dalam proses pembelajarannya. Sedangkan media sekunder yakni media yang
bertujuan untuk memberikan pengayaan materi.[25]
Kriteria penggunaan media
a. ketepatan dengan tujuan
pembelajaran
b.
dukungan terhadap isi bahan pembelajaran
c.
kemudahan memperoleh media
d.
keterampilan guru dalam menggunakan media
e.
tersedianya waktu untuk menggunakannya
f.
sesuai dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung
didalamnya dapat dipahami oleh siswa.[26]
5. Tinjauan tentang media manik-manik
a. pengertian Media Manik-manik
manik-mani
merupakan salah satu alat peraga yang dapat digunakan untuk memberikan
pemahaman tentang pengerjaan bilangan dengan menggunakan pendekatan konsep
himpunan. Sesuai konsep pada himpunan, kita dapat menggabungkan atau memisahkan
dua himpunan yang dalam hal ini anggotanya bentuk manik-manik.[27] Bentuk
alat ini dapat berupa bulatan-bulatan setengah linngkaran yang apabila sisi
diameternya digabungkan akan membentuk lingkaran penuh. Alat ini biasanya
terdiri dari dua warna, satu warna untuk menandakan positif (misal pink),
sedangkan warna lainnya untuk menandakan negative (misal biru).
Warna pink mewakili bilangan positif warna biru mewakili bilangan negatif
Dalam alat ini, bilangan
nol (netral) diwakili oleh dua buah maik-manik dengan warna berbeda yang
dihimpitkan pada sisi diameternya, sehingga membentuk lingkaran penuh dalam dua
warna.[28]
|
Netral =
bernilai 0
b. Petunjuk penggunaan media manik-manik dalm proses
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
Ø
Contoh operasi hitung penjumlahan
1. 3 + (-5) = ….?
Untuk
menjalankan proses peragaan bentuk operasi penjumalhan ini yaitu dengan proses
kerja sebagai beikut:
1.Tempatkan 3 buah manik-manik yang bertanda positif kedalam papan
peragaan. Hal ini menunjukan bilangan positif 3.
2.Tambahkanlah kedalam papan peragaan tersebut
manik-manik yang bertanda negative sebanyak 5 buah yang menunjukan bilangan
kedua dari operasi tersebut, yaitu negative 5.
3. Lakukan pemetaan antara
manik-manik yang bertanda positif dengan yang bertanda negative dengan tujuan
untuk mencari sebanyak-banyak bilangan yang bersifat netral (bernilai 0).
4. Dari hasil pemetaan pada langkah c
diatas, terlihat ada 3 pasang manik-manik yang membentuk lingkaran penuh
(bersifat netral). Jika pasangan manik-manik ini dikeluarkan, maka dalam papan
peragaan terlihat ada 2 buah manik-manik yang berwarna biru (bernilai negative
2). Peragaan ini menunjukan kepada kita bahwa 3 + (-5) = -2
Ø Contoh operasi hitung
pengurangan
1. 3 – 5 = …?
Untuk
menjalakan proses peragaan bentuk operasi pengurang ini yaitu dengan proses
kerja sebagai berikut:
1. Tempatkanlah 3 buah
manik-manik yang bertanda positif kedalam papan peragaan (untuk menunjukan
bilangan positif 3).
2. Karena operasi hitungnya
berkenaan dengan pengurangan yaitu oleh bilangan positif 5. Maka seharusnya
kita memisahkan dari dalam papan peragaan tersebut manik-manik yang bertanda
positif sebanyak 5 buah. Namun, untuk semenatra pengambilan tidak dapat
dilakukan.
3. agar
pemisahan dapat dialakukan, maka kita perlu menambahkan 2 buah manik-manik yang
bertanda posif dan 2 buah manik-manik yang bertanda negative dan letaknya
dihimpitkan kedalam papan peragaan.
4. setelah
melalui proses tersebut, dalam papan peragaan terlihat ada 5 buah manik-manik
yang bertanda positif dan 2 buah manik-manik yang bertanda negative.
Selanjutnya kita dapat memisahkan ke 5 buah manik-manik yang bertanda positif
keluar dari papan peragaan.[29]
6.
dari hasil pemisahan tersebut, didalam papan peragaan sekarang terdapat 2
buah manik-manik yang bertanda negative (bernilai negative 2). Hal ini
menunjukan kepada kita bahwa 3 – 5 = -2.
D. METODE PENELITIAN
1.
Seting penelitian
Tempat penelitian
: MI Nurus Shibyan Ambat
2.
Sasaran penelitian
Seluruh siswa
kelas 1 MI Nurus Shibyan Ambat
3.
Rencana tindakan
Penelitian ini menggunakan media pembelajaran yaitu media
manik-manik. Manik-manik merupakan
salah satu alat peraga yang dapat digunakan untuk memberikan pemahaman tentang
pengerjaan bilangan dengan menggunakan pendekatan konsep himpunan. Seperti kita
ketahui bahwa pada himpunan, kita dapat menggabungkan atau memisahkan dua
himpunan yang dalam hal ini anggotanya bentuk manik-manik. Bentuk alat ini
dapat berupa bulatan-bulatan setengah linngkaran yang apabila sisi diameternya
digabungkan akan membentuk lingkaran penuh. Alat ini biasanya terdiri dari dua
warna, satu warna untuk menandakan positif (misal pink), sedangkan warna
lainnya untuk menandakan negative (misal biru). Bahan bakunya dapat dibuat dari kertas karton.
Hal yang perlu
dipersiapkan dalam rencana tindakan ini antara lain:
1. Setelah melakukan
observasi, peneliti merumuskan masalah penelitian tentang penggunaan
manik-manaik dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas 1.
2. Peneliti menyusun RPP
dan lembar instrument penilaian.
3. Peneliti menyiapkan dan
membuat media manik-manik yang sesuai dengan materi.
4.
Desain penelitian
Desain penelitian merupakan rencana tentang cara
mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis
serta serasi dengan tujuan penelitiaan itu.
Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk
perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses
belajar mengajar. Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan
alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran. Oleh karena itu, fokus
penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang
direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan dan selanjutnya dievaluasi
apakah tindakan – tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan
pembelajaran yang sedang dihadapi oleh pendidik atau tidak.[30]
Model penelitian yang digunakan adalah menggunakan model yang
dikembangkan oleh Stephen kemmis dan robbin Mc Taggart masih tampak begitu dekat dengan model
yang diperkenalkan oleh kurt lewin. Dkatakan
demikkian, karena didalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen
seperti halnya yang dilaksanakan oleh kurt
lewin sehingga belum tampak adanya perubahan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan/tindakab, observasi dan refleksi.[31]
Hanya saja, sesudah sesuatu siklus selesai
disemplemenatasikan, hususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan
adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri,
demikian seterusnya atau dengan beberapa kali siklus.
Adapun alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam
setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut:
|
||||||||||
|
||||||||||
|
||||||||||
|
||||||||||
|
|
|
Penelitian Tindakan
Kelas ini menggunakan tahapan siklus dalam penelitiannya. Jika dalam siklus
pertama tidak mampu menuju signifikansi maka dilakukannlah siklus kedua,
apabila siklus kedua masih belum ada signifikansi maka dilakukanlah siklus
ketiga dan begitupun seterusnya. Apabila pada siklus kedua sudah memenuhi
signifikansi atau berhasil dalam penelitiannya maka dicukupkan pada siklus kedua
saja.
Langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai beeikut:
1.
Plan (rencana)
Plan (rencana)
merupakan serangkaian rancangan tindakan sistematis untuk meningkatkan apa yang
hendak terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan tersebut harus
berorientasi kedepan. Disamping itu, perencanaan harus menyadari sejak awal
bahwa tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksindan
mempunyai resiko. Oleh karena itu, perencanaan yang dikembangkan harus
fleksibel, untuk mengadopsi pengaruh yang tidak dapat dilihat dan rintangan
tersembunyi yang mungkin timbul. Perencanaan dalam penelitian tindakan
sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategis yang mampu menjawab
tantangan yang muncul dalam perubshan sosial dan mengenal rintangan yang
sebenarnya.
2.
Act (tindakan)
Komponen kedua yang perlu
diperhatikan oleh seorang peneliti adalah act
(tindakan) yang terkontrol dan termonitor secara seksama. Tindakan dalam
penelitian harus dilakukan dengan hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang
terencana. Ini dapat terjadi, jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada
rencana yang rasional dan terukur. Tindakan yang baik adalah tindakan yang
mengandung tiga unsur penting, yaitu the
improvement of practice (peningkatan praktek), the improvement of understanding individually and collaboratively (peningkatan
pemahaman individual dan kolaboratif) dan improvement
of the situation in which the action takes p;ace (peningkatan situasi
dimana kegiatan berlangsung).
3.
Observe (observasi)
Observe
(observasi) pada penelitian tindakan kelas mempunyai arti pengamatan
terhadap treatment yang diberikan
pada kegiatan tindakan. Observasi mempunyai fungsi penting, yaitu melihat dan mendokumentasi implikasi
tindakan yang diberikan kepada subjek yang diteliti. Oleh karena itu, observasi
mempunyai harus mempunyai beberapa syarat, seperti memiliki orientasi
prospektif dan dasar-dasar reflektif masa sekarang dan yang akan datang.
Observasi yang intensif dan hati-hati, sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan
tindakan yang diambil peneliti, karena keterbatasan menembus rintangan yang ada
di lapangan. Seperti dalam perencanaan, observasi yang baik adalah observasi
yang fleksibel dan terbuka untuk mencatat gejala yang muncul, baik yang
diharapkan atau yang tidak diharapkan.
4.
Reflect (reflektif)
Komponen reflektif merupakan langkah
dimana tim peneliti menilai kembali situasi dan kondisi, setelah subjek/objek
yang diteliti memperoleh treatment secara
sistematis. Komponen ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali
tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat
dalam obserfasi. Pada kegiatan reflektif ini, peneliti berusaha mencari alur
pemikiran yang logis dalam kerangka kerja, proses, problem, isu dan hambatan
yang muncul dalam perencanaan dan treatment
yang diberikan kepada subjek. Langkah reflektif ini juga dapat digunakan
untuk menjawab variasi situasi sosial dan isu-isu yang muncul, sebagai
konsekuensi adanya tindakan terencana yang dilakukan dalam penelitian tindakan.[32]
5.
Data dan cara pengambilannya
Penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan/observasi,
tes dan dokumentasi.
a. pengamatan atau observasi
pengamatan atau
observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa
jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam kegiatan observasi adalah sebagai berikut: (1) memperhatikan focus penelitian,
baik yang umum maupun khusus. (2) menentukan kriteria yang diamati, dengan
terlebih dahulu mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang akan digunakan dalam
pengamatan.[33]
b.
Tes
Pengambilan data
yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya dapat
dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan tes
atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur
penelitian.
Tes adalah
sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk
mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek
psikologi dalam dirinya.
c. Dokumentasi
Ada berbagai dokumen yang dapat
membantu peneliti dalam pengumpulan data penelitian yang ada relevansinya
dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas, seperti silaabus dan RPP,
laporan diskusi, laporan tugas siswa, bagian-bagian dari buku teks yang
digunakan dalam pembelajaran.[34]
6.
Analisis data
Tahapan sesudah
pengumpulan data adalah analisis data. Walaupun data yang telah dikumpulkan
lengkap dan valid, jika peneliti tidak mampu menganalisisnya maka datanya tidak
akan memiliki nilai yang dapat digunakan untuk berkembang ilmu pengetahuan.
Kegiatan pengumpulan data yang benar dan tepat merupakan jantungnya penelitian
tindakan, sedangkan analisis data akan memberi kehidupan dalam kegiatan
penelitian. Untuk itu seorang peneliti perlu memahami teknik analisis data yang
tepat agar manfaat penelitiannya memiliki nilai yang tinggi.
Dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti.[35]
a.
Data kuantitatif (nilai hasil
belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti
menggunakan analisis statistic deskriptif. Misalnya mencari nilai rata-rata,
persentase keberhasilan belajar, nilai belajar akhir siswa.
Rumus – rumus yang akan
digunakan untuk mengolah data kuantitatif adalah sebagai berikut:
1) Nilai Akhir Belajar Siswa
NA = Skor
yang diperoleh siswa x 100%
Total skor
Keterangan :
NA : Nilai
akhir
2) Nilai Rata – Rata Kelas
X = ΣX
N
Keterangan:
X :
rata-rata (mean)
ΣX
: jumlah seluruh skor
N : banyaknya subjek
3) Presentase Tuntas Belajar
P = Σ
siswa yang tuntas belajar x 100%
Σ siswa
Keterangan :
P : Persentase ketuntasan
b. Data
kualitatif data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran
tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran
(kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif),
aktifitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, percaya diri, motivasi belajar
dan sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif.
Untuk
menghitung hasil observasi adalah sebagai berikut:
Nilai rata – rata = Jumlah Skor X 100%
Skor
Maksimal
E. PENUTUP
Pembelajaran matematika merupakan proses
dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika (1).
Pengetahuan matematika akan lebih baik jika siswa mampu mengkonstruksi melalui
pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya. Untuk itu, keterlibatan siswa
secara aktif sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini
pembelajaran matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam penalaran suatu
hubungan antara suatu konsep dengan konsep yang lainnya.
Tujuan dari
pembelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah dan juga memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, minat dalam mempelajari
matematika.
Untuk meningkatkan keterampilan berhitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada pembelajaran matematika di kelas 1 madrasah ibtidaiyah sederajat maka peneliti mencoba menggunakan penelitian
tindakan kelas dengan medi manik-manik warna.
F. DAFTAR PUSTAKA
Hasratuddin, “ pembelajaran matematika sekarang dan
yang akan datang berbasis karakter.” Didaktik
matematika, 2 (September, 2014)
Rosman hartiny sam’s, model penelitian tindakan
kelas, (Yogyakarta: gowok sleman, 2010)
Rahman fitri, helma, hendra sarifuddin, “penerapan
strategi the fring line pada
pembeljaran matematika siswa kelas XI IPS SMA negeri 1 batu putih.” Pendidikan matematika, 1 (2014)
karso, dkk, pendidikan
matematika, (Jakarta: universitas terbuka, 2009),
Hasratuddin, “membangun karakter melalui
pembelajaran matematika.” Pendidikan
matematika paradigma, 2 ,
Sudarto, “keterampilan dan nilai sebagai materi
pendidikan dalam persepektf islam”, al lubab,
1 (2016).
Hamzah B. uno, model
pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif, (Jakarta:
bumi akasara, 2014)
Wina sanjaya, perencanaan
dan desain sistem pembelajaran, (Jakarta:kencana prenadamedia group, 2008)
Lisnawaty simanjutak, dkk, metode mengajar matematika 1, (Jakarta: PT rineka cipta, 193),
Indah komsiyah, belajar
dan pembelajaran, (Yogyakarta, depok sleman, 2012)
Syaiful bahri djamarah, aswan zain, strategi belajar mengajar, (Jakarta:PT Rineka cipt, 2006)
Annissatul mufarrokah,
strategi belajar mengajar, (Yogyakarta:
teras komplek polri, 2009),
Suharsimi arikunto dkk, penelitian tindakan kelas,(jakarta: bumi
aksara,2006)
Suwarni, “meningkatkan hasil belajar siswa pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan media manik-manik pada siswa
kelas IV sdn tanggul wetan 02 tahun pelajaran 2011/2012 kecamatan
tanggul-jember”, pancaran, 3
(agustus, 2014)
Gatot muhsetyo, dkk, pembelaran matematika SD, (tanggerang selatan: universitar terbuka,
2017),
Kunandar, langkah
mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru, (Jakarta:
PT Raja drafindo persada, 2012)
Sukardi,
metode penelitian pendidikan tindakan
kelas implementasi dan pengembangannya, (Jakarta: bumi aksara, 2013),
Samsu somadaya, penelitian tindakan kelas, (Yogyakarta:graha
ilmu, 2013)
[1] Hasratuddin, “
pembelajaran matematika sekarang dan yang akan datang berbasis karakter.” Didaktik
matematika, 2 (September, 2014) hlm, 34.
[2] Rosman hartiny
sam’s, model penelitian tindakan kelas, (Yogyakarta: gowok sleman,
2010), hlm, 1.
[3] Rahman fitri,
helma, hendra sarifuddin, “penerapan strategi the fring line pada pembeljaran matematika siswa kelas XI IPS SMA
negeri 1 batu putih.” Pendidikan
matematika, 1 (2014) hlm, 18.
[4] karso, dkk, pendidikan matematika, (Jakarta:
universitas terbuka, 2009), hlm, 1,4.
[5] Hasratuddin,
“membangun karakter melalui pembelajaran matematika.” Pendidikan matematika paradigma, 2 , hlm, 5.
[6] Sudarto,
“keterampilan dan nilai sebagai materi pendidikan dalam persepektf islam”, al lubab, 1 (2016) hlm, 107.
[7] Hamzah B. uno,
model pembelajaran menciptakan proses
belajar mengajar yang kreatif dan efektif, (Jakarta: bumi akasara, 2014),
hlm, 134.
[8] Ibid.
[9] sam’s, model
penelitian, hlm, 12.
[10]. uno, model pembelajaran, hlm, 129.
[11] sam’s, model
penelitian, hlm, 14
[12] Rohman filtri,
pendidikan matematika, hlm, 18.
[13] Hasratuddin, pendidikan matematika, hlm, 134.
[14] Karso, pendidikan matematika, hlm, 1,44.
[15] Ibid. 1,46.
[16] ibid, , 3,4
[17] ibid, hlm, 3,39.
[18] Lisnawaty
simanjutak, dkk, metode mengajar
matematika 1, (Jakarta: PT rineka cipta, 193), hlm, 114.
[19] Indah
komsiyah, belajar dan pembelajaran, (Yogyakarta,
depok sleman, 2012), hlm, 73.
[20] Syaiful bahri
djamarah, aswan zain, strategi belajar
mengajar, (Jakarta:PT Rineka cipt, 2006), hlm, 120.
[21] komsiyah, belajar dan pembelajaran, hlm, 73.
[22] Annissatul
mufarrokah, strategi belajar mengajar, (Yogyakarta:
teras komplek polri, 2009), hlm, 110.
[23] Wina sanjaya, perencanaan dan desain sistem pembelajaran, (Jakarta:kencana
prenadamedia group, 2008), hlm, 211.
[24] Ibid.212.
[25] komsiyah, belajar dan pembelajaran, hlm,76.
[26] mufarrokah, strategi belajar mengajar, hlm, 114.
[27] Suwarni,
“meningkatkan hasil belajar siswa pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dengan media manik-manik pada siswa kelas IV sdn tanggul wetan
02 tahun pelajaran 2011/2012 kecamatan tanggul-jember”, pancaran, 3 (agustus, 2014) hlm, 181.
[28]Gatot muhsetyo,
dkk, pembelaran matematika SD, (tanggerang
selatan: universitar terbuka, 2017), hlm, 3,11.
[29] muhsetyo, dkk,
pembelaran matematika SD, hlm, 3,14.
[31]
Samsu somadaya, penelitian tindakan
kelas, (Yogyakarta:graha ilmu, 2013), hlm, 40.
[32] Sukardi, metode penelitian pendidikan tindakan kelas
implementasi dan pengembangannya, (Jakarta: bumi aksara, 2013), hlm, 5-6.
[33] Kunandar, langkah mudah penelitian tindakan kelas
sebagai pengembangan profesi guru, (Jakarta: PT Raja drafindo persada,
2012), hlm, 143.
[34] Ibid. 185-186.