Saturday 22 September 2018

Pengertian pendidikan Islam,Hakikat Pendidikan Islam




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian pendidikan Islam
Pendidikan mempunyai pengertian yang luas, yang mencakup semua perbuatan atau seemua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, serta keterampilan kepada generasi                selanjutnya.
Secara umum, pengertian pendidikan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu: 1) Pengertian secara sempit, pendidikan dikhususkan hanya untuk anak dan dilakukan oleh lembaga atau institusi khusus dalam kerangka mengantarkan kepada masa kedewasaan. 2) pengertian secara luas, pendidikan berlaku untuk semua orang dan dapat dilakukan oleh semua orang bahkan lingkungan.[1]
Pendidikan islam adalah usaha yang dilakukan untuk mengembangkan seluruh potensi manusia baik lahir maupun batin agar terbentuknya pribadi muslim seutuhnya.[2]
B.     Hakikat Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa yang muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan” kepada jiwa anak didik sehingga memberikan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan “menumbuhkan” kemampuan dasar manusia. Bila ingin diarahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam, maka harus berproses melalui sistem kependidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun melalui sistem kurikuler.
 Esensi dari potensi dalam setiap diri manusia itu terletak pada keimanan atau   keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak dan pengalamannya. Dana keempat potensi esensial ini menjadi tujuan fungsionmal pendidikan Islam. Oleh karenanya, dalam setiap pendidikan Islam, keempat potensi dinamis yang esensial tersebut menjadi titik pusat dari lingkaran proses kependidikan Islam sampai kepada tercapainya tujuan akhir pendidikan, yaitu manusia dewassa yang mukmin atau muslim, muhsin, dan muhlisin muttakin.[3]
Berdasarkan pengertian diatas, para ahli pendidikan islam mencoba menformulasikan hakikat pendidikan islam, diantaranya adalah:
a)      Muhammad Fadlil Al-Jamaly, memberikan arti pendidikan Islam dengan upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia sehingga berbentuk pribadi yang lebih sempurna. Baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
b)      Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku dalam kehidupan, baik dari individu atau bermasyarakat serta berinteraksi dengan alam sekitar melalui proses kependidikan berlandaskan nilai Islam.
c)      Muhammad Munir Mursyi, mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan fitrah manusia. Disebabkan Islam adalah fitrah maka segala perintah, larangan, dan kepatuhannya dapat mengantarkan mengetahui fitrah ini.  
d)     Hasan Langgulung, mendefinisikan pendidikan Islam  sebagai proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia akhirat.[4]
Maka pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia, baik individu maupun sosial untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar (fitrah) maupun ajaran yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
C.     Tujuan Pendidikan Islam
Dilihat dari segi kebahasaan, kata tujuan berakar dari kata dasar  tuju berarti arah atau jurusan. Maka, tujuan berarti maksud atau sasaran, atau berarti juga sesuatu yang hendak dicapai. Sementara pengertian tujuan secara istilah adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha.
Tujuan pendidikan secara umum dijelaskan seperti berikut:
1.      Jika pendidikan bersifat progresif, tujuannya harus diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman. Dalam hal ini pendidikan bukan sekedar menyampaikan pengetahuan kepada anak didik, melainkan melatih kemampuan berfiqir dengan memberikan stimulan sehingga mampu berbuat sesuai inteligensi dan tuntunan lingkungan.
2.      Jika yang dikehendaki pendidikan adalah nilai yang tinggi, pendidikan pembawa nilai yang ada diluar jiwa anak didik, sehingga ia perlu dilatih sehingga memiliki kemampuan yang tinggi.
3.      Jika tujuan yang dikehendaki agar kembali pada konsep jiwa sebagai tuntunan manusia, prinsip utamanya ia sebagai dasar pegangan intelektual manusia yang menjadi sarana untuk menemukan evidensi sendiri.
4.      Menghendaki agar anak didik dibangkitkan kemampuannya secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan masyarakat karna adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi.[5]
Adapun tujuan pendidikan islam terbagi menjadi dua bagian:
1.      Tujuan Umum
  Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkaah laku, penampilan, kebiasaan daan pandangan.
  Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyrlenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebanarannya.
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus pendidikan Islam adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengalaman tentang agama Islam. Sehingga peserta didik mampu menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanandan ketakwaannya kepada Allah SWT.[6]
Menurut Nizar, tujuan pendidikan Islam secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu jismiyah, ruhiyyat dan aqliyyat. Tujuan jismiyah berorientasi pada tugas manusia sebagai khalifah dibumi, sementara tujuan ruhiyyat berorientasi pada kemampuan manusia dalam menerima ajaran islam sebagai hamba Allah, dan tujuan aqliyyat berorientasi pada pengembangan intelligence otak peserta didik.[7] 


















[1] Moh.Hailami Salim, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), hlm.27-28.
[2] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), hlm.11.
[3] Arifin,  Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003),  hlm. 22-23.
[4] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 32-33.
[5]Moh.Hailami Salim, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), hlm.113-117.

[6] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hlm. 30.
[7] Ahmad Munjin Nasih, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm.8.