Thursday 20 September 2018

Sifat dan Fungsi Sastra


Sifat dan Fungsi Sastra
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Sastra
yang diampu oleh Bapak Suhairi, M.PD.
oleh:
KELOMPOK 2 :








PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Sifat dan Fungsi Sastra” dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri Madura.
Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan semangat dan dukungan. Serta semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Suhairi, M.PD selaku dosen pengampu yang telah membimbing kami.
Kami menyadari bahwa di dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan baik, dan oleh karena itu dengan rendah hati, kami mengharap kepada pembaca yang budiman untuk memberikan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.



Pamekasan, 12 September 2018


Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. ...................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................  ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................  1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................  1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sastra.................................................................................................. 3
B.  Sifat-sifat Sastra................................................................................................... 4
C.  Fungsi Sastra......................................................................................................... 5
D.  Manfaat Sastra dalam Pendidikan dan Pembelajaran ......................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 10
B. Saran.................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 11
 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengenal yang namanya sastra. Tapi banyak diantara kita yang belum mengenal sastra secara menyeluruh ataupun lebih mendalam.  Karena sebagian orang menganggap bahwa pembelajaran ataupun materi pembahasan tentang sastra  tidaklah terlalu penting untuk dipelajari. Mereka beranggapan bahwa materi itu hanyalah pembahasan yang tidak enak dan tidak menyenangkan. Padahal sastra ini adalah salah satu jenis karya sastra yang begitu populer dikalangan masyarakat indonesia, tidak heran sudah berjuta-juta orang membuat karya sastra yang beraneka ragam, unik, dan menarik.
Maka dari itu penulis tertarik dan merasa terpanggil untuk membahas secara singkat, jelas, dan padat mengenai sifat, fungsi, dan manfaat sastra. Karena ini sebagai bekal bagi mahasiswa yang masih tahap belajar dan juga sebagai sumber ilmu bagi mahasiswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kami susun rumusan masalah, sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan sastra ?
2.      Apa saja sifat-sifat Sastra ?
3.      Apa saja fungsi sastra secara umum dan fungsi sastra untuk anak ?
4.      Apa saja manfaat sastra dalam pendidikan dan pengajaran ?




C.. Tujuan Pembahasan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, kami susun tujuan dari rumusan masalah tersebut, yaitu:
1.      Mengetahui pengertian Sastra.
2.      Mengetahui sifat-sifat yang terdapat pada Sastra.
3.      Mengetahui fungsi Sastra secara umum maupun fungsi sastra untuk anak.
4.      Mengetahui manfaat sastra dalam pendidikan dan pengajaran.


















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Sastra.
Dalam kamus kamus bahasa (KKBI) (1988:1786-787), kata sastra dituliskan sebagai (1. bahasa, kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai didalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari). (2. kesustraan, karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lainnya memiliki ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan di dalam isi dan ungkapannya; ragam sastra yang dikenal umum ialah roman atau novel, ceruta pendek, drama, epic dan lirik. (3. kitab suci ( hindu); kitab (ilmu pengetahuan). (4. pustaka; kitab primbon (berisi ramalan). (5. tulisan atau huruf.
Dalam pengantar ilmu sastra, gramedia, jakarta, 1984: 1 Jan Fan Luxenburg, Mieke, William G. Weststeinjn (terjemahan Dic Hartoko), menuliskan ciri tentang sastra. ciri-ciri itu :
1.      Sastra merupakan sebuah ciptaan, sbuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi. sastra terutama merupakan suatu luapan emosi yang spontan.
2.      Sastra bersifat otonom tidak mengacu kepada suatu yang lain. sastra tidak bersifat komunikatif. sang penyair hanya mencari keselarasan didalam karyanya sendiri.
3.      Karya sastra yang otonom, itu bercirikan koherensi.
4.      Sastra menghidangkan sebuah anti tesis antara hal-hal yang bertentangan.
5.      Sastra  mengungkapkan yang tak terungkapkan. oleh puisi dan bentuk-bentuk sastra lainnya ditimbulkan aneka macam asosiasi dan konotasi.[1]






B.       Sifat-Sifat Sastra.
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu
Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun,  dan Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama
Salah satu batasan “sastra” adalah segala sesuatu yang tertulis stsu tercetak. Ilmuan sastra “tidak terbatas pada belles letters atau manuskrip cetakan atau tulisan dalam mempelajari sebuah periode atau kebudayaan”, dan kerja ilmuan sastra harus dilihat “dari sumbangnnya pada sejarah kebudayaan”.
Menurut teori Greenlaw dan praktek banyak ilmuan lain, studi sastra bukan hanya berkaitan erat, tapi identik dengan sejarah kebudayaan. Studi yang berkaitan dengan sejarah kebudayaan cendenrung menggeser studi sastra yang murni. Menyamakan sastra dengan sejarah kebudayaan berarti menolak studi sastra sebagai bidang ilmu dengan metode-metodenya sendiri.
Cara lain untuk memberi definisi pada sastra adalah membatasinya pada “mahakarya” (great books), yaitu buku-buku yang dianggap “menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya”. Dalam hal ini, kriteria yang dipakai adalah segi estetis, atau nilai estetis dikombinasikan dengan nilai ilmiah.
Untuk tujuan-tujuan pendidikan, studi mahakarya memang sangat dianjurkan. Dalam ilmu sejarah, filsafat, dan ilmu-ilmu lain, pendekatan mahakarya ini memberi penekanan berlebihan pada segi “estetis”. Nampaknya istilah “sastra” paling tepat diterapkan pada seni sastra, yaitu sebagai karya imajinatif. Sedangkan istilah “sastra imajinatif” (imaginative literature) dan belles letters (“tulisan yang indah dan sopan”, berasal dari bahasa Prancis. Istilah Inggris literature (yang berasal dari kata Latin litera) mengacu pada karya tulis atau cetak. Dalam hal ini, istilah Jerman Wortkunst atau istilah Rusia slovesnost lebih luas jangkauannya dan lebih cocok.[2]

C.      Fungsi Sastra.
Hingga saat ini, belum bisa dibedakan fungsi sastra dan sifat sastra. Seperti kejadian di masa lampau dimana sastra,  filsafat, dan agama tidak bisa dibedakan secara gamblang.  Penyair dan cerpenis, Edgar Allan Poe mengatakan bahwa sastra berfungsi untuk menghibur, sekaligus memberikan, dan mengajarkan sesuatu.
Fungsi sastra harus sesuai dengan sifatnya yakni menyenangkan dan bermanfaat. Kesenengan yang tentunya berbeda dengan kesenangan yang disuguhkan oleh karya seni lainnya. Kesenangan yang lebih tinggi, yang tidak mencari keuntungan dan juga memberikan manfaat keseriusan. Keseriusan yang menyenangkan, maksudnya karya sastra tidak hanya memberikan hiburan kepada pembaca tetapi juga tidak melupakan keseriusan penulisnya.
         Selain menampilkan unsur keindahan, hiburan, dan keseriusan, karya sastra juga cenderung memiliki unsur pengetahuan, contohnya puisi; keseriusan puisi terletak pada segi pengetahuan yang disampaikannya. Jadi, puisi dianggap sebagai pengetahuan, seperti yang dikatakan oleh filosof terkenal. Aristoteles, bahwa puisi lebih filosofis dari sejarah karena sejarah berkaitan dengan hal-hal yang terjadi, sedangkan puisi berkaitan dengan hal-hal yang bisa terjadi, yaitu hal-hal yang umum dan mungkin. Lain lagi dengan novel, para novelis dapat mengajarkan lebih banyak tentang sifat-sifat manusia daripada psikolog. Sehingga ada yang berpendapat bahwa novel bisa dijadikan inspirasi, pencarian solusi, penyegaran otak, atau menjadi kasus sejarah yang dapat memberikan ilustrasi dan contoh Fungsi sastra, menurut sejumlah teoretikus, adalah untuk membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekanan emosi. Mengekspesikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu. Contohnya ketika penonton drama dan pembaca novel yang bisa mengalami perasaan lega dalam artian bisa melepaskan emosinya. Namun hal ini masih dipertanyakan karena banyak novel yang ditulis atas dasar curahan emosi penulisnya sehingga pembaca pun bisa merasakan emosi yang menekan penulisnya.
Jadi, pertanyaan mengenai apa fungsi sastra sebenarnya belum dapat dijelaskan dengan tepat karena yang bisa merasakan fungsi sastra adalah si pembaca itu sendiri. Apakah ia mendapatkan pengetahuan, hiburan, nilai kebenaran, nilai psikologis dan lain sebagainya.
Namun demikian, sastra sebagai unsur kebahasaan tentunya memiliki fungsi dan karakter khusus. Dalam kaitannya dengan kehidupan sosial-kemasyarakatan, sastra memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1.       Fungsi rekreatif Sastra berfungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat karena mengandung unsur keindahan.
2.       Fungsi didaktis Sastra memiliki fungsi pengajaran karena bersifat mendidik dan mengandung unsur kebaikan dan kebenaran.
3.       Fungsi estetis Sastra memiliki unsur dan nilai-nilai keindahan bagi para pembacanya.
4.       Fungsi moralitas Sastra mengandung nilai-nilai moral yang menjelaskan tentang yang baik dan yang buruk serta yang benar dan yang salah.
5.       Fungsi religius Sastra mampu memberikan pesan-pesan religius untuk para pembacanya.[3]
Dan ada dua fungsi yang harus dipelajari bagi anak yaitu Fungsi Pendidikan dan Fungsi Hiburan, dimana maksud dan pengertiannya akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu hal, yakni memebri banyak pengetahuan, memberi kreatifitas atau keterampilan anak, dan juga memberi pendidikan moral pada anak.
2. Fungsi Hiburan.
Fungsi hiburan sastra anak jelas memberi kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan pada diri anak ketika membaca dan menghayati sastra anak. Anak memeperoleh hibuan yang menyenangkan dari bacaan itu. Hati si anak akan terhiburdengan perilaku tokoh cerita. Hiburan itu akan terasa pula jia karya sastra itu akan dibacakan secara nyaring oleh seorang siswa di depan kelas.
Selanjutnya, Suwardi Endraswara (2002) mengungkapkan bahwa sastra anak juga berfungsi untuk (1) membentuk kepribadian, dan (2) menuntun kecerdasan emosi anak. Perkembangan emosi anak akan di bentuk melalui karya sastra yang dibacanya.[4]
D. Manfaat Sastra dalam Pendidikan dan Pengajaran.
1. Sastra Menunjukkan Kebenaran Hidup
Didalam karya sastra, jika menuturkan pengalaman yang dapat menyesatkan kehidupan menusia (misalnya menuturkan kecabulan/ kekejaman) maka arya ini tidak dapat digolongkan sebagai karya sastra. Sastra dihargai, karena ia berguna bagi hidup manusia satra mengungkapkan pengalaman manusia, agar manusia laindapat mengambil pelajaran itu dan hidupp manusia akan lebih baik. Dari kaya sastra, orang akan belajar banyak, tentang pengalaman hudup, persoalan dengan aneka ragamnya dan bagaiman menghadapinya. Misalnya, bila mmbaca buku “Siti Nurbaya”, pembaca akan tahu bagaimana percintaan pada zamannya(1920-1930), kaum muda yang lemah tak berdaya. Orang tua akan tertekan menerima nasib, bagaimana sikap orang kaya yang dengan gampang memperdaya orang yang lemah, kaum pribumi dengan penjajah dan masih banyak lagi hal lain yang memberi pelajaran, yang tidak ditemui dalam buku ilmiyah atau sejarah sekalipun. Semua jalinan cerita itu, sebenarnya menggambarkan persoalan hidup yang terjadi dalam masyarakat itu.
2. Sastra untuk Memperkaya Rohani.
Melalui sastra seorang pembaca dapat memperoleh hiburan dan kesenangan. jika seorang pembaca hanya untuk mencari hiburan saja, bukanlah pembaca yang baik. Dalam membaca sastra, disamping hiburan dapat menikmati jalan cerita, pelukisan watak yang mengesankan, juga membaca harus mempertimbangkan, pembaca sastra juga seharusnya ikut aktif mencari makna yang terkandung dalam cerita. Dengan demikian pembaca memperoleh kekayaan rohani yang dapat memperkuat jiwanya. Jiwa akan kuat jika diisi dengan kekayaan rohani, antara lain dapat diperoleh melalui karya sastra.
3. Sastra Melampui Batas Bangsa dan Zaman.
Karya sastra Mahabarata dan Ramayana menceritakan kejadian kejadian beberapa ratus tahun yang lalu. Cerita tersebut masih tetap hidup dalam abad ke duapuluh dan sampai saat ini, berarti melampaui batas Zaman. Cerita ini di gemari manusia karena berisi pengalaman hidupyang mendasar yang masih terjadi sampai saat ini; seperti esetiann dan penghianatan, perang antar saudar, orang tua kehilangan anak, anak tidak diakui bapak, dan lainnya.
4. Degan Sastra, dapat Memiliki Santun Berbahasa.
Dalam karya sastra, begitu kaya dengan kata-kata yang tersusun secara tepat dan mempesona. Seseorang dapat belajar tata krama/ santun berbahasa dari pengungkapan kata-kata para sastrawan. Banyak petinggi negara yang mencari kata-kata ungkapan dari sastrawab ternama. Ini tak lain untuk menarik perhatian para pendengar dan lebih memberi bobot dalam makna pembicaraannya, baik dalam pidato maupun percakapan sehari-hari. Sebagai seseorang yang terpelajar lebih-lebih pendidik sudah semestinya mampu untuk berbicara, menulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan berterima, syukur bisa menarik(Burton:1977). Jadi bahasa sastra dapat digunakan sebagai alat untuk menarik hati para pendengar sesuai keperluan.
5. Sastra dapat Menjadikan Manusia Berbudaya.
Manusia yang berbudaya adalah mansia yang cepat tanggap terhadap segala hal yang luhur dan indah dalam hidup ini. Seseorang akan dapat menggemari musik dengan baik, menggunakan bahasa yang teratur dan sopan dalam percakapan. Dikatakan demikian, karna dalam karya seni dan budaya, terkandung gagasan tentang kebenaran, kebaikan, dan keindahan.[5]
















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun,  dan Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.
Fungsi sastra harus sesuai dengan sifatnya yakni menyenangkan dan bermanfaat. Kesenengan yang tentunya berbeda dengan kesenangan yang disuguhkan oleh karya seni lainnya. Kesenangan yang lebih tinggi, yang tidak mencari keuntungan dan juga memberikan manfaat keseriusan.
Manfaat sastra yaitu:
1.      Sastra menunjukan kebenaran hidup
2.      Sastra menunjukan kekayaan rohani
3.      Sastra melampaui batas bangsa dan zaman
4.      Dengan sastra dapat memiliki santun berbahasa
5.      Sastra dapan menjadikan manusia santun berbahasa

B. Saran dan kritik
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan berbagai kekurangan yang ada ini tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat dari mempelajari Teori Sastra.



DAFTAR PUSTAKA

Purba, Antilan. Sastra Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.


Winarni, Retno, Kajian sastra anak, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.

Zulela, Pembelajaran Bahasa Indonesia, Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2012.
















           









[1] Antilan Purba,Sastra Indonesia Kontemporer (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 2-3.
[2] Rudiyanto, “Sifat, Fungsi, dan Manfaat Sastra”, Artikel Lengkap, diakses dari http://rudijunti20.blogspot.com/2016/12/sifat-fungsi-dan-manfaat-sastra.html, pada tanggal 16 September 2018 pukul 20.30.
[3] Ibid.
[4] Retno Winarni, Kajian sastra anak (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014) , hlm.  4-5.
[5] Zulela, Pembelajaran Bahasa Indonesia (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2012), hlm . 20-23.