Saturday 11 June 2016

contoh makalah perspektif pendidikan menurut muhammad abdu




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
  Muhammad Abduh merupakan salah satu tokoh ulama’ intelek yang memiliki kualitas dan kompetensi keilmuan yang tidak diragukan lagi. Bahkan kapasitas keilmuannya dapat dijadikan standar keulamaan di tengah-tengah masyarakat. Posisinya sebagai seorang teolog, pemikir, pembaharuan merupakan modal awal yang dijadikan pedoman bahwa dia dikategorikan ulama’ teolog, ulama’ pemikir bahkan ulama’ pembaharu diberbagai bidang.
  Muhammad Abduh muncul untuk mempembaharui pendidikan dimasanya yang berdasarkan pemikiran-pemikiran yang berdasarkan ajaran islam.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana riwayat hidup Muhammad Abduh?
2.      Apa yang melatarbelakangi pemikiran pendidikan Muhammad Abduh?
3.      Bagaimana konsep pemikiran pendidikan menurut Muhammad Abduh?
4.      Bagaimana korelasi pemikiran pendidikan pada masa kini?
C.     Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui riwayat hidup Muhammad Abduh.
2.      Untuk mengetahui latar belakang pemikiran pendidikan Muhammad Abduh.
3.      Untuk memahami konsep pemikiran pendidikan Muhammad Abduh.
4.      Untuk memahami pendidikan dimasa kini.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Riwayat Hidup Muhammad Abduh
  Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1849 M/226 H.[1]Di sebuah desa di profensi gharbiyyah. Ayahnya bernama Akhsan Kair Allah yang menikahi seorang wanita di Mahillah Nasr dengan keluarga yang sederhana yang selalu taat beragama dan cinta terhadap  ilmu pengetahuan.[2] Abduh mengawali pendidikannya dengan berguru kepada ayahnya dirumahnya dengan pelajaran membaca,menulis,dan menghafal al-qur’an. Saat berumur 12 tahun, ia telah menghafalkan al-qur’an secara praktis. Kemudian di Thanta, dia berguru kepada Syaikh Ahmad pada 1862 M. Dari ulama’ ini, Muhammad Abduh mempelajari agama walaupun pada mulanya agak kurang bersemangat, namun karena dorongan dari pamannya yaitu Syaikh Darwis Khadar, Abduh akhirnya dapat menyelesaikan pelajarannya di Thanta.Setelah itu, dia melanjutkan studinya di Al-Azhar dan selesai pada tahun 1877. Selama belajar di Universitas Al-Azhar ia mempelajari manthiq dan balaghah dari Syaikh Hasan Al-Thawil dan Syaikh Muhammad Al-Basyuni kemudian kepada  Jamaluddin Al-Afghani dalam bidang filsafat. Dengan berbekal berbagai ilmu agama yang dimilikinya, Muhammad Abduh kemudian terdorong untuk memilih bidang pendidikan sebagai media pengabdiannya dan sebagai media untuk menyampaikan gagasan dan pemikirannya.[3]
   Sehingga, ia mendapatkan gelar al-alim, kemudian ia memulai karirnya sebagai pengajar. Sikap profesionalitasnya menjadi guru ditekuni melalui tiga jalur lembaga formal, yaitu al-Azhar, Darul Al-Um dan Perguruan Bahasa Khadawi dan dia juga mengajar ilmu teologi, sejarah, ilmu politik dan kesusasteraan arab.
   Pada tahun 1880 M, diangkat menjadi redaksi surat kabar al-Waqaiq al-Mishriyah. melanjutkan perjalanannya ke Paris bersama Al-Alfghani, Abduh sempat mendirikan majalah al-urwat al-wutsqa. Hasil keterlibatannya pada jurnalistik dia mampu menuangkan berbagai pikiran yang bernuansa ilmu pengetahuan, budaya, politik, yang tidak hanya terbatas pada wilayah mesir, akan tetapi menjangkau masyarakat dunia. Abduh berusaha dengan segala keilmuan dan pengalamannya untuk membantu umat islam untuk meraih kembali cita dan harapan di bidang pendidikan islam yang didalamnya membentuk kepribadian yang berpendidikan dan menanamkan nilai-nilai keagamaan, sehingga dapat menjadi orang yang baik dan layak. [4]
   Pada tahun 1899, diangkat sebagai mufti mesir hingga akhir hayatnya pada tahun 1905 dalam usia kurang lebih 56 tahun.
B.     Latar Belakang Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh
  Berawal dari pendidikan, pengalaman serta motivasi yang mendorongnya untuk memajukan pendidikan dunia islam, Muhammad Abduh mengemukakan pemikirannya berdasarkan sosial, budaya, dan politik maka muncullah pemikiran Muhammad Abduh di berbagai bidang seperti teologi, filsafat, sejarah, pendidikan, dan sosial politik  sesuai dengan perkembangan pada saat itu. [5]
C.     Konsep Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh
   Abduh menjadi seorang reformer ganda yang mampu mengantarkan masyarakatnya pada permasalahan dalamkegiatan masyarakat pada masanya, seperti persoalan wakaf, hukum dan pendidikan.
Disisi lain, Abduh juga memprioritasikan kebersamaan dan memperlemahkan jiwa individualisme dan sparatisme dengan mengambil metode pendidikan yang berdasarkan ajaran islam. Menurut Abduh,yang menonjol masa kini adalah kemajuan intelektual dan pemikiran. Seperti bangsa yang luas pemikirannya dan menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan maka akan kuat dan mengusai bangsa-bangsa lainnya. Demikian pula, dia mengatakan bahwa manusia tanpa pendidikan tak akan utuh kecuali dengan pendidikan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul.[6]
   Muhammad Abduh tidak hanya difokuskan pada Pemikirannya dalam bidang pendidikan tetapi juga pada dualisme pendidikan antara dua ilmu yaitu ilmu umum dan ilmu agama(al-ulum al-diniyah wa al-ulum al-ummah).Menurutnya, pertentangan ini sangat berpengaruh pada kemunduran pendidikan dunia islam sehingga Muhammad Abduh mengusulkan agar menciptakan korelasi antar kurikulum madrasah dengan sekolah agar tidak ada pemisah antar keduanya. Seperti keadaan yang terjadi di Indonesia sebelum tahun 70-an yakni pada waktu madrasah yang bernaung di bawah Departemen (sekarang Kementerian) Agama hanya mengajarkan ilmu agama, sedangkan sekolah yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasioanal kurang mementingkan agama atau bisa dikatakan hanya mengajarkan pendidikaan umum. Dan juga Seperti yang diterapkan Muhammad Abduh di Universitas Al-Azhar dan dengan usahanya itu Muhammad Abduh berharap agar lembaga pendidikan bisa menerapkannya juga.
    Dalam pengembangan kelembagaan pendidikan, Muhammad Abduh mendirikan sekolah menengah pemerintah agar dapat menghasilkan tenaga ahli dalam berbagai bidang, seperti bidang administrasi, kesehatan, perindusrian dan sebagainya dengan tetap memasukkan pelajaran agama, sejarah dan kebudayaan islam.[7] Menurut Abduh tujuan pendidikan adalah mendidik akal dan jiwa yang akan mengantarkan seorang pada kebahagiaan dunia dan akhirat dengan mencakup aspek akal dan aspek spiritual. Ia menginginkan terbentuknya pribadi yang mempunyai struktur jiwa yang seimbang, yang tidak hanya menekankan pengembangan akal tetapi juga pengembangan spiritual. Dengan keyakinan Abduh itu, apabila aspek akal dan spiritual dididik dengan strategi kecerdasan agama maka umat islam akan dapat bersaing dengan ilmu pengetahuan baru dan dapat menyimbangi  mereka dalam kebudayaan.[8] 
   Dalam pendidikan formal, Muhammad Abduh menerapkan konsep pengembangan kurikulum yaitu :
a.       Pengembangan sekolah dasar melalui membaca, menulis, berhitung dan pelajaran agama seperti akidah, fiqh, akhlak dan sejarah islam. Dan pembelajaran ini sebaiknya dilakukan pada masa dini karena dalam pembentukan jiwa agama dan pribadi muslim sangatlah penting pada perkembangan otak dimasa dini sehingga pelajaran agama diwajibkan untuk semua mata pelajaran.
b.      Pengembangan kurikulum sekolah menengah dan sekolah kejuruan meliputi mantiq atau logika, dasar logika, fiqh , akidah dan sejarah islam agar umat islam bisa mengetahui bagaimana kemajuan perkembangan pendidikan dan sebagai motivasi untuk memajukan dunia islam.
c.       Pengembangan kurikulum Universitas Al-Azhar dengan menciptakan lulusan dalam  masyarakat yang mampu berfikir kritis, pengetahuan yang luas dan terarah pada kemajuan dengan menjadikan ulama’ yang cerdas dalam berpendidikan dengan memasukkan mata kuliyah logika, filsafat, pengetahuan modern, tafsir, bahasa arab dengan cabangnya, akhlak dengan pembahasan yang rinci, dasa-dasar berdiskusi dan ilmu kalam.
   Dalam Pengembangan Metode Pengajaran, menurut Muhammad Abduh bahwa metode pengajaran tidak hanya memetingkan hafalan tetapi juga dengan metode yang rasional dan pemahaman karena pengajaran dengan hafalan sangatlah berpengaruh dengan daya nalar. Muhammad Abduh juga menerapkan konsep munadzarah(diskusi) dalam memahami pelajaran agar memberikan pengertian yang mendalam terhadap murid. Selain itu, Muhammad Abduh ingin mengubah bahasa arab yang awalnya tidak berkembang menjadi berkembang agar dapat bisa menerjemahkan teks-teks pengetahuan modern kedalam bahasa arab dan bisa menerapkannya dalam kehidupan masyarakat dalam konsep al-qur’an dan hadist..[9]
   Bagitupun dengan pendidikan bagi kaum wanita, Muhammad Abduh berpendapat bahwa pendidikan wanita sangat penting dalam memajukan dunia islam seperti terdapat pada surat al-baqarah ayat 228 yang berbunyi:

و المطلّقت يتربّصن باءنفسهنّ ثلثة قروءً, و لا يحلّ لهنّ أن يكتمن ما خلق الله في ارحامهنّ ان كنّ يؤمن با الله واليوم الأخر, وبعولتهنّ احقّ بردهنّ فى ذلك ان ارادوا اصلاحاً, ولهنّ مثل الذين عليهنّ بالمعروف وللدّجال عليهنّ درجة والله عزيز حكيم 228
Artinya: dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahim mereka, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka lebih berhak kembali kepada mereka pada (masa) itu, jika mereka menghendaki perbaikan. Dan (para perempuan) mereka mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut para yang patut tetapi para suami mempunyai kelebihan diatas mereka. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
   Ayat diatas dijelaskan bahwasanya kaum wanita mempunyai hak seimbang dalam kewajibannya tetapi juga pendidikan bagi laki-laki mempunyai kelebihan diatas kaum wanita.jadi, kaum wanita berhak mendapatkan pendidikan yang layak seperti kaum laki-laki. [10]
D.    Korelasi Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh pada Masa Kini.
Bila dikaitkan dengan perkembangan pendidikan pada masa kini yaitu masih ada keterkaitannya seperti halnya :
1.      Pendidikan pada pondok pesantren saat ini bukan hanya mengajarkan keagamaan tetapi juga pendidikan lainnya (umum) dan proses pengajarannya masih menerapkan konsep diskusi dan bukan hanya dengan pengajaran menghafal tetapi juga memahami apa yang dimaksud tersebut.
2.      Perkuliyah saat ini khususnya pada bidang pendidikan bahasa arab masih kurang berkembang maka dari itu kita sebagai mahasiswa bisa memajukan bahasa arab dengan berlandaskan al-qur’an dan hadist bukan hanya berdiam, meratapi nasib tanpa mempraktekannya dalam kehidupan masyarakat. Buktikanlah bahwa bahasa arab merupakan bahasa internasional.
3.      Begitupun pendidikan wanita saat ini masih kurang karena banyak wanita kawin usia muda (pernikahan dini) hanya mengikuti tradisi, hal itu sangat berpengaruh dalam pendidikan, masih kurang berpengalaman,pendidikannya pun masih kurang dan juga dapat mengurangi kenakalan remaja saat ini. Untuk itu, sebaiknya kaum wanita lebih mengedepankan pendidikan karena pernikahan dini itu bisa berpengaruh dengan kepribadian seorang wanita, seperti tanggal 21 april 2016 merupakan hari kartini kemarin bahwa kita sebagai kaum wanita sebaiknya memperjuangkan pendidikan, membela kaum wanita untuk bisa mendapatkan pendidikan selayaknya seorang laki-laki. Dan buktikan kalau kita mampu mencetuskan generasi yang berpendidikan.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Muhammad Abduh adalah seorang pembaharu pendidikan yang intelek dan ingin memiliki perhatian terhadap masalah sosial dan politik dan juga memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan islam.
2.      Yang melatar belakangi pemikiran pendidikan yaitu faktor sosial, faktor kebudayaan dan faktor politik dalam berbagai bidang seperti teologi, filsafat, pendidikan, sejarah dan sosial politik. 
3.      Dengan pembaharuan pendidikan tersebut Muhammad Abduh akan menjadikan umat islam dalam kedamaian.
4.      Gagasan dan pemikiran Muhammad Abduh dalam bidang pendidikan antara lain berkenaan dengan korelasi ilmu agama dan ilmu umum, pengembangan kurikulum, pengembangan pengajaran  dalam pendidikan formal.
B.     Saran
  Muhammad Abduh sebagai tokoh pembaharuan dalam islam yang patut untuk dikenang dan diteladani karena ia telah mengubah kebiasaan masyarakat yang sebelumnya bersikap statis menjadi dinamis. Maka contohlah Muhammad Abduh yang tetap bersemangat dalam mencari ilmu karena baginya manusia tanpa ilmu, tidak akan sempurna atau sia-sia.



DAFTAR ISI
Nata.Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2012
Zainuddin.M dkk. Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang press. 2009
Nizar.Samsul. Sejarah pendidikan islam. Jakarta: Kencana. 2007
Kurniawan. Syamsul & Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011


[1] Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat (Jakarta: PT rajagrafindo persada, 2012), halm.307.
[2]M. Zainuddin dkk, Pendidikan Islam (Malang: UIN Malang press, 2009), halm.349.
[3]Ibid., halm.307.
[4]Ibid.,M. Zainuddin dkk , halm.356-357.
[5]Ibid.,Abuddin Nata, halm. 308.
[6]Ibid.,M Zainuddin dkk , halm. 357-359.
[7] Ibid., Abuddin Nata, halm. 310.
[8] Syamsul Kurniawan & Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan  Islam (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2011), halm. 123.
[9]Ibid, Abuddin Nata, halm.312.
[10] Samsul Nazar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: kencana, 2007), halm. 251