Monday 27 June 2016

Kajian Morfologi dalam Kebahasaan


Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kalas kata dan arti kata. Untuk lebih jelasnya silahkan lanjutkan membaca pada makalah dibawah.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kalas kata dan arti kata.[1]
Proses morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem satu dengan morfem yang lain menjadi kata.[2]
Bila dinyatkan bahwa morfologi adalah lmu yang mempelajari moerfem, dn morfem adalah unsur bahasa yang mempunyai makna da ikut mendukung makna, maka pemahaman ita bidang morfologi akan melibatkan unsur yang memiliki makna (morfem bebas) dan unsur yang ikut mendukung makna (morfem terikat). Unsur-unsur yang dapat dijadikan objek penelitian dibidang morfologi, antara lain :
      1.      Morfem klaster
      2.      Morfem dan kata
      3.      Pembentukan kata:(1) derivasi dan infleksi (2) gabungan kata 
     4.      Kelas kata:(1) Nomina(l)
(2) Verba(l)
(3) Adjektiva(l)
(4) Adverbia(l)
     5.      Kata dan partikel /kata tugas
     6.      Pembentukan kata

1.2.Rumusan Masalah
       A.    Apa pengertian morfologi?
       B.     Apa saja bidang kajian morfologi?
       C.     Bagaimana proses morfologi?

1.3.Tujuan
     A.    Menjelaskan pengertian morfologi.
     B.     Menjelaskan bidang kajian morfologi.
     C.     Menjelaskan proses morfologi.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian morfologi
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kalas kata dan arti kata.[3]

B.Bidang kajian morfologi
1.Kata
 kata adalah  kesatuan unsur bahasa yang dapat berdiri sendiri dan bersifat terbuka (dapat mengalami afiksasi dalam proses morfemis ) perhatikan hasil proses morfemis sebagai contoh : tahu - - beri tahu
memberitahu
pemberitahuan [4]
2. partikel/kata tugas
Partikel adalah kesatuan unsur yang berfungsi cenderung tertutup (tidak mengalami proses morfemis), a.l. afiksasi (mis. Partikel-lah, -kah, -tah, dan �pun)[5]
Kata tugas adalah kesatuan unsur yang memiliki makna gramatikal dalam hal hubungannya dengan unsur lainnya, yang membentuk satu kesatuan makna , unsur ini cenderung tertutup sama halnya dengan partikel , oleh karna itu ada yang memasukkannya ke dalam partikel.misalnya: sudah (partikel) � sudah makan
Sesudah (kata atau partikel?) � sesudah mkan?
3) pembentukan kata :
a)      Morfen, morf ,alomorf
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau yang mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, partikel, dan   katadasar.
Partikel adalah unsur-unsur kecil dalam bahasa. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonasia , partikel  -kah, -lah, -tah, diakui sebagai  klitika. Klitika  tidak   sama dengan imbuhan. Contoh partikel selain -kah, -lah, -tah, adalah �pun. Partikel-partikel itu kita akui sebagai morfem, karena merupakan
bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.[6]
            Kata   dasar  tergolong sebagai  morfem karena juga berfungsi sebagai pembeda arti  dan wujudnya hanya  terdiri atas satu morfem. Kata dasar bawa, rumah,  main, tidak   dapat dipecah  lagi  menjadi  bentuk  yang   lebih    kecil. Sebaliknya, kata turunan terbawa, dirumahkan, dipermainkan, adalah kata-kata kompleks  yang dapat diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.[7]
Menurut bentuk dan arti, morfem dapat dibedakan atas dua macam, yaitu morfem beb
asdan morfem terikat.
1.    Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat, seperti:1)    Ia makan nasi2)    Halaman itu bersih.
Sekilas tampaknya morfem  bebas ini  sama dengan kata. Memang begitu, morfem bebas sudah termasuk kata, tetapi konsep kata  tidak hanya morfem bebas, kata juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat dengan morfem bebas, morfem dasar  dengan morfem dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar. Adapun kata menurut bentuknya meliputi:
1)    Kata dasar
2)    Kata jadian, yang terbagi lagi menjadi  :
a.    Berimbuhan
b.    Kata ulang
c.    Kata majemuk
Seperti uraian di atas , sebuah kata dapat dibentuk dengan penggabungan bermacam-macam morfem. Penggabungan itu selalu mengikuti tata tingkat yang teratur. Oleh karena itu, untuk menentukan proses pembentukan suatu kata, perlu dianalisis unsur-unsur yang tergabung dalam kata tersebut.
 Mari kita amati contoh berikut ini !   
Kata petani dibentuk dari unsur pe dan tani, dan kata perbuatan kata ini terdiri atas 3 unsur yaitu per, buat, dan an. Kata perbuatan mengandung ide yang berbeda dari kata perbuat dan buatan. Berarti morfem pe- dan �an pada kedua kata yang terakhir ini tidak sama fungsinya dengan morfem per-an pada kata perbuatan. Oleh sebab itu, berarti kata perbuatan terbentuk dari  unsur buat dan per-an. Analisis ini disebut analisis unsur bawaan terdekat, dan disebut bentuk dasar.
Perhatikan contoh berikut.
Analisis unsur bawaan terdekat
    terang    kan
Me    terangkan
Menerangkan
Contoh analisis unsur menerangkan,
tahap pertama: terang + -kan, menjadi terangkan.
Tahap kedua: terangkan ditambah morfem  me- menjadi menerangkan
2.    Morfem Terikat
Morfem terikat merupakan morfrm yang belum mengandung arti maka morfem ini  belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk kata, morfem ini harus digabung dengan morfem bebas. Morfem terikat dalam bahasa Indonesia  ada 2 macam, yakni morfem terikat morfologi dan morfem terikat sintaksis.[8]
a.     Morfem Terikat Morfologi
Morfem terikat morfologi yakni morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar. Morfem itu sebagai berikut:
1)    Prefiks = awalan:  me-, ber, pe-, per-, se-, ke-
2)    Infiks = sisipan : -er-, -el-, -em-
3)    Sufiks = akhiran : -i, -kan, -an
4)    Konfiks = imbuhan gabungan senyawa : per-an, ke-an, dan lain-lain.
Morfem terikat morfologi  mempunyai fungsi yang bermacam-macam.
a.    Imbuhan yang berfungsi  membentuk kata kerja, yaitu: me-, ber-, di-, -kan, -i dsb.
b.    Imbuhan yang berfungsi membentuk kata benda yaitu: pe-, ke-, -an, per-an, -man, wati, -wan, dsb.
c.    Imbuhan yang berfungsi membentuk kata sifat, yaitu: ter-, -i, wiah, iah.
d.    Imbuhan yang berfungsi membentuk kata bilangan, yaitu: ke-, se-.
e.    Imbuhan yang berfungsi membentuk kata tugas, misalnya: se- dan se-nya.
Berdasarkan contoh di atas menunjukkan bahwa setiap kata berimbuhan akan tergolong dalam satu jenis tertentu, tetapi hanya imbuhan yang merupakan unsur langsung yang dapat diidentifikasi fungsinya sebagai pembentuk jenis kata. Untuk itu, perhatikan unsur langsung pembentuk kata dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Pakaian          �����..    kata benda
Berpakaian   �����..     kata  kerja
Berkemauan     �����..   kata kerja
Kemauan      �����..    kata benda
Ber-    ke-an     mau    �����..    keterangan Imbuhan Pembentuk Jenis Kata
Jadi,  dengan imbuhan yang berbeda, morfem dasar yang sama, akan berbeda maknanya. Tetapi perhatikan jika imbuhannya sama. Morfem  dasarnya berbeda, apa yang dapat terjadi? Kita ambil contoh akhiran �an pada morfem dasar tepi, darat, lapang; membentuk kata tepian, daratan, lapangan, ternyata menunjukkan persamaan makna imbuhan, yaitu tempat. Berarti dengan imbuhan yang sama, morfem dasarnya berbeda, dapat menghasilkan persamaan makna imbuhan  yaitu jenis kata benda.[9]
Selain itu yang perlu pula dicermati ialah, Imbuhan sama, melekat pada morfem dasar yang sama, tetapi mengandung makna yang berbeda perhatikan contoh berikut!
a)    Berkaca:       Jendela kamarnya berkaca. (mempunyai kaca)
                           Ia berkaca sambil berdandan. (menggunakan kaca)
b)    Pencetak:    Si Gonzales pencetak gol terbanyak. (pelaku perbuatan cetak)
                         Mesin pencetak genteng itu  rusak. (alat untuk mencetak)
Ketidaksamaan makna dari kata-kata di atas disebut makna struktural, hal ini disebabkan karena pengaruh kata yang menjadi unsur dalam kalimat tersebut. Untuk menentukan makna struktural dalam kata berimbuhan dapat dilakukan dengancara-cara berikut.
a)    Menentukan morfem dasar dan satuan dasarnya
b)    Menentukan apakah makna kata berimbuhan itu diturunkan langsung dari morfem dasarnya
c)    Menentukan hubungan makna morfem dasar dengan makna berimbuhan
d)    Menguji hasilnya melalui pemakaian kata itu dalam kalimat
Selanjutnya dalam konteksnya, kita jumpai ada morfem  terikat morfologis yang mengalami perubahan bentuk atau variasi, misalnya:
ber-    be-    bel-
berlayar
beruang
bersatu    bekerja    belajar
mem-    men-    meng-    me-    meny-    menge-
membantu    menarik    mengganti    menerima    menyerang    Mengebom
Awalan yang mempunyai variasi bentuk seperti di atas adalah me-, ber-, ter-, dan pe-. Perubahan bentuk seperti di atas, terjadi sebagai akibat dari lingkungan kata yang dimasukinya, peristiwa seperti  ini disebut alomorf. Jadi , Alomorf adalah variasi bentuk dari suatu morfem yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya.
Selain menentukan jenis kata, morfem imbuhan juga menentukan makna kata. Maka sebuah imbuhan yang menjadi unsur langsung pembentuk sebuah kata, merupakan penentu makna bagi kata yang dilekatinya.
b. Morfem Terikat Sintaksis
Morfem terikat sintaksis adalah morfem dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat berikut.
Mereka yang membaca dan menjual buku itu.
Dari deretan morfem yang terjadi unsur kata dalam kalimat di atas, jika diklasifikasikan berdasarkan morfemnya adalah sebagai berikut.
Mereka, baca, jual, buku, adalah morfem bebas.
Me-, me- adalah morfem terikat morfologis.
yang, dan adalah morfem terikat sintaksis. Hal ini terjadi karena kata yang, dan tidak mengandung makna  tersendiri.
b) infleksi
1. afiksasi
Afiksasi Ialah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata.[10]

Contoh:
ber-  pada lari menjadi berlari
me(N)- pada runcing menjadi meruncing
-an pada pakai menjadi pakaian[11]
  ?  Macam-macam Afiksasi (prefiks, sufiks, infiks,konfiks, dan gabungan afiks)
1.    Prefiks (Awalan)
     Ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (mungkin kata dasar atau kata kompleks/jadian).
Contoh:
ber-, pada kata berjalan, bermain
di-, pada kata ditulis, dibeli, dipukul
meN-, pada kata menulis, membaca, mempertahankan
ter-, pada kata terpilih, terbawa
2.  Sufiks (Akhiran)
     Ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.
Contoh:
-an, pada kata makanan, mainan
-kan, pada kata ambilkan
-man, -wati,  pada kata seniman, seniwati
3.  Infiks (Sisipan)
     Ialah afiks yang diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar.
Contoh:
-el, pada kata geletar,
-em, pada kata gemetar,
-er, pada kata gerigi
-in, pada kata kinerja
4.  Konfiks
     Ialah gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
ber � an, pada kata berdatangan, berhamburan
ke�an, pada kata keuangan, keahlian
per�an, pada kata perjuagan, pertemuan
se�nya, pada kata sebaik-baiknya, sebesar-besarnya
5.  Gabungan Afiks
     Ialah gabungan prefiks dan sufiks yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus.
Contoh:
ber-an,  pada kata berpakaian       
pakai          pakaian           berpakaian
member-kan,  pada kata memberlakukan
laku            berlaku           berlakukan           memberlakukan
Afiksasi merupakan proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas kata. Melalui afiksasi bahasa-bahasa di dunia ini  bertambah kosakatanya, baik melalui kosakata asli maupun peminjaman dari bahasa asing.[12]
Afiksasi ada beberapa macam, antara lain: pertama prefiks yaitu afiks yang ditambahkan pada bagian depan kata misalnya ber pada bersepeda, kedua Infiks yaitu afiks yang diselipkan ke dasar kata, ketiga sufiks yaitu ditambahkan pada bagian belakang kata, misalnya an pada ajaran.
Berikut data kosakata yang menunjukkan profesi, antara lain:
Wartawan (kata dasar warta)                Tengkulak (kata dasar kulak)
Wartawati                        Direktur
Fisikawan                         Redaktur
Fisikawati                         Presiden
Reporter                        Sinden
Supporter                        Menteri
Jurnalis                        Guru
Linguis                        Ustadz
Linguis                         Ustadzah
Pemimpin (kata dasar pimpin)             Ulama
Pastur                            Pendeta
Pejuang (kata dasar juang)                Penari  (kata dasar tari)
Penyanyi  (kata dasar nyanyi)                 Pemandu
Pemain   (kata dasar main)                 Kritikus
Olahragawan                        Hartawan (kata dasar harta)
Cendikiawan                        Sopir
Antropolog                        Pilot
Politikus                        Masinis
Seniman (kata dasar seni)                Mekanis
Budayawan (kata dasar budaya)            Penulis (kata dasar tulis)
Agamawan (kata dasar agama)            Sejarawan (kata dasar sejarah)
Dokter                            Psikolog
Pemahat                         dan lain-lain��

Beberapa kosakata yang diungkapkan diatas ada prefiks pe, dan sufiks og, wan, us, ir, is, en, dan kosakata mandiri yang tak dapat dirunut tanda prefiks maupun sufiksnya sebagaimana pada kosakata yang tidak dapat penulis ungkapkan. Kesemuanya ini merujuk pada profesi manusia.
Ada beberapa profesi yang diadopsi dari bahasa asing antara lain, ulama, pendeta, pastur, presiden. Hal ini memang tidak dapat dielakkan lagi, karena bangsa Indonesia bukanlah bangsa tanah asal lahirnya agama, serta yang pertama mengadopsi agama. Maka bahasa Ibrani, Arab dan Yahudi mendominasi peristilahan keagamaan, karena bangsa mereka adalah tanah asal lahirnya agama.
Berangkat dari hal tersebut, bahasa Indonesia hanya mempunyai keaslian pada prefiks pe- dan sufiks -wan. Keduanya mendominasi dalam pembentukan kosakata profesi. Penggunaan prefiks pe- mendapat perkembangan yang cukup pesat dan banyak terdapat dalam bahasa Indonesia, antara lain:
�    pe- pada contoh pewangi, penyanyi, pelajar, pemakai, penasehat, pemusnah, Apabila beremu kata yang bermula dengan huruf m, n, l, ny, w, dan p
�    pem- pada contoh pemfitnah, pembohong, pembawa,  Apabila bertemu dengan kata yang bermula dengan huruf b dan f.
�    pen- pada contoh penjahit, pendengar, pendusta, penyair, Apabila bertemu kata yang bermula dengan huruf c, d, j, s, p, dan z
�    peng- pada contoh pengkhayal, pengedar, pengubah, pengikut, Apabila bertemu kata yang bermula dengan huruf a, I, e, o, u, g, h, dan kh
�    penge- pada contoh pengecat, pengebom, Apabila bertemu dengan kata yang cuma terdiri daripada satu suku kata.
Makna Kata pe- antara lain:
�    alat / perkakas pembakarpengasahpenukulpenapis -alat untuk membakar
�    orang yang membuat ��.penulis, pencipta, orang yang menulis
�    sesuatu yang menyebabkan jadi �.. pengasih, pemanis, pendingin sesuatu yang menyebabkan jadi dingin
�    Orang yang selalu atau suka �.. penidur, pemalas, perokok, orang yang suka tidur
�    Orang yang mempunyai sifat � . pemalu, pemurah, pembengis orang yang mempunyai sifat malu
�    milik sifat seseorang ��pemuda, pemarah, pemaaf, pengasih, penyayang
�    Ukuran bagi waktu atau tempat ���pemeluk, penanak.
�    Hasil atau kesan daripada sesuatu ��penyakit, pendapat,  kesan.
Imbuhan akhiran �wan mempunyai makna, antara lain:
�    Menyatakan orang yang ahli dalam hal yang tersebut pada bentuk dasar, dan tugasnya berhubungan dengan hal yang tersebut pada dasar. Pada contoh negarawan �orang yang ahli dalam kenegaraan dan tugasnya berhubungan dengan masalah kenegaraan�, tatabahasawan �orang yang ahli dalam tatabahasa dan berkecimpung di bidang ketatabahasaan�, sejarawan �orang yang ahli dalam ilmu sejarah dan berkecimpung di bidang kesejarahan�.
�    Menyatakan orang yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Pada contoh cendikiawan �orang yang cendikia�, sosiawan �orang yang bersifat sosial�. Hartawan �orang mempunyai harta�.
b.    Kata Ulang (Reduplikasi)
Reduplikasi disebut juga bentuk ulang atau kata ulang. Keraf (1991:149) mendefinisikan bentuk ulang sebagai sebuah bentuk gramatikal yang berwujud penggandaan sebagian atau seluruh bentuk dasar sebuah kata. Dalam Bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam bentuk ulang. Pengulangan dapat dilakukan terhadap kata dasar, kata berimbuhan, maupun kata gabung. [13]
Kata yang terbentuk dari hasil proses pengulangan dikenal dengan nama kata ulang. Chaer (2006:286) membagi kata ulang berdasarkan hasil pengulangannya, yaitu
(1)     Kata ulang utuh atau murni
Kata ulang utuh atau murni merupakan kata ulang yang bagian perulangannya sama dengan kata dasar yang diulangnya. Dengan kata lain, kata ulang utuh atau murni terjadi apabila sebuah bentuk dasar mengalami pengulangan seutuhnya. Misalnya pada kata rumah-rumah, pohon-pohon, pencuri-pencuri dan anak-anak.
(2)     Kata ulang berubah bunyi
Kata ulang berubah bunyi merupakan kata ulang yang bagian perulangannya mengalami perubahan bunyi, baik itu perubahan bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Kata ulang jenis ini terjadi apabila ada pengulangan pada seluruh bentuk dasar, namun terjadi perubahan bunyi. Kata ulang berubah bunyi yang mengalami perubahan bunyi vokal misalnya pada kata bolak-balik, gerak-gerik, dan kelap-kelip. Sedangkan kata ulang berubah bunyi yang mengalami perubahan bunyi konsonan misalnya pada kata sayur-mayur, lauk-pauk, gerak gerik, kelap kelip dan ramah tamah.
(3)     Kata ulang sebagian
Kata ulang sebagian merupakan pengulangan yang dilakukan atas suku kata pertama dari sebuah kata. Dalam pengulangan jenis ini, vokal suku kata pertama diganti dengan vokal e pepet. Kata-kata yang mengalami pengulangan sebagian antara lain lelaki, leluhur, pepohonan dan tetangga.[14]
(4)     Kata ulang berimbuhan
Kata ulang berimbuhan merupakan bentuk pengulangan yang disertai dengan pemberian imbuhan. Chaer (2006:287) membagi kata ulang berimbuhan berdasarkan proses pembentukannya menjadi tiga, yaitu (1) sebuah kata dasar mula-mula diberi imbuhan kemudian baru diulang, umpamanya kata aturan-aturan; (2) Sebuah kata dasar mula-mula diulang kemudian baru diberi imbuhan, misalnya kata lari yang mula-mula diulang sehingga menjadi lari-lari kemudian diberi awalan ber- sehingga menjadi berlari-lari; (3) sebuah kata diulang sekaligus diberi imbuhan, umpamanya kata meter yang sekaligus diulang dan diberi awalan ber- sehingga menjadi bentuk bermeter-meter
.[15]
c.    Kata Majemuk (Kompositum)
Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan arti (Keraf, 1991:154). Masing-masing kata yang membentuk kata majemuk sebenarnya mempunyai makna sendiri-sendiri. Tetapi setelah kata tersebut bersatu, maka akan terbentuk kata baru yang maknanya berbeda dengan kata sebelumnya. Misalnya pada kata orang tua, saputangan, dan matahari. [16]
d.    Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Kata dasar biasanya terdiri atas morfem dasar, misalnya pada kata kebun, anak, bawa, merah, pada, dari, dan sebagainya. Bentuk kata ini dapat diturunkan menjadi kata jadian atau kata turunan yang berupa kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk.
Kata dasar berbeda dengan bentuk dasar. Bentuk dasar adalah bentuk yang dijadikan landasan untuk tahap pembentukan kata berikutnya (Keraf, 1991:121). Misalnya kata mempelajari. Pada awalnya kata dasar pelajar yang sekaligus menjadi bentuk dasar, diberi sufiks -i sehingga menurunkan bentuk pelajari. Selanjutnya, bentuk dasar pelajari (bukan kata dasar lagi) diimbuhkan prefiks mem- sehingga terbentuk kata mempelajari. [17]
1.      Kata benda (Nomina)
Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep,  ataupun    pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi persyaratan berikut.[18]
(1)    Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat.
Contoh:
Mobil            (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)
Pemandangan         (pemandangan  yang indah/pemandangan yang sangat indah)
Pemuda        (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah)
(2)   Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.
Contoh:
Permainan            kesehatan
pertunjukan
 (3)   Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh :
Saya (bukan saya)
Roti (bukan roti)
Gubuk (bukan gubuk)
2.       Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.[19]
Contoh:
Aku sudah mencoba membujuknya.
Kami sangat berharap kepada kalian.
Dia telah meninggalkan kita.
Itu memang miliknya.
3.       Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat berfungsi sebagai predikat.
Suatu kata dapatdigolongkan ke dalam kelas     kata sifat apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1)   Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata sekali.
Contoh:
indah   (sangat    indah/indah sekali)
baik    (sangat    baik/baik sekali)
tinggi   (sangat    tinggi/tinggi sekali)
(2)   Dapat diberi awalan se- dan ter-.
Contoh:
luas    (seluas/terluas)            buruk    (seburuk/terburuk)
bodoh    (sebodoh/terbodoh)            baik    (sebaik/terbaik)
mudah    (semudah/termudah)
 (3)   Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
murah    (tidak    murah)
sulit    (tidak    sulit)
pahit      (tidak    pahit)[20]
4.       Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada    verba, adjektiva, nomina predikatif,    atau kalimat.
Berikut adalah macam-macam adverbia.
1)    Adverbia dasar bebas,    misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
2)    Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.
a.    Adverbia reduplikasi, misalnya; lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.
b.    Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
c.    Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.[21]
5.      Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.[22]
Contoh:
Ibu membeli gelas selusin.
Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor kambing.
Sepertiga dari harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan.
6.      Kata Tugas
Kata    tugas    dapat    dirinci    menjadi empat    jenis kata, yaitu (1) kata depan, (2) kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.
(1)   Kata Depan (Preposisi)
Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Contoh:
di (sebelah) utara    = menunjuk arah
ke timur        = menunjuk arah
dari pasar        = menunjuk tempat
pada hari senin    = menunjuk waktu
7.        Kata Sambung (Konjungsi)
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan klausa.
Contoh :
adik dan kakak
makan atau minum
tidak makan, tetapi minum
ia tidak naik kelas karena bodoh
Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
8.       Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Contoh:
sang guru        (sang bermakna tunggal)
para pemimpin    (para bermakna jamak)
si cantik        (si bermakna netral)
9.        Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan hati.
Contoh:
Aduh, kakiku sakit sekali.
Astaga, mengapa kamu berani mencuri ?
Ayo, jangan putus asa.
�Wah, mahal sekali!� kata adik.
 Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah hai, nah, oh, celaka, gila, Masya Allah, dan Alhamdulillah.
(5)   Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan (berita).
Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek, dan �pun
.
C. Proses morfologi
Proses morfologis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem  yang lain yang merupakan bentuk dasar. Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu: pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan.[23]
1. Pengafiksan
Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan. Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata
 Contoh:
  1. Berbaju
  2. Menemukan
  3. Ditemukan
  4. Jawaban.
Bila dilihat pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).[24]
2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak .
Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.[25]
3. Penggabungan atau Pemajemukan
Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal.
Contoh:
  1. Sapu tangan
  2. Rumah sakit
4. Perubahan Intern
Perubahan intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu  sendiri.
Contoh: dalam bahasa Inggris
Singular
Plural
Foot
Mouse
Feet
mice
5. Suplisi
Suplisi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru.
Contoh: dalam bahasa Inggris
Go              went
sing����             sang
6. Modifikasi kosong
Modifikasi kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya tetapi konsepnya saja yang berubah.
Contoh: read- read-read


[1]Ida Bagus Putrayasa,Kajian Morfologi(Bandung:Refika Aditama,2008), hlm.3.
[2]Masnur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia(Jakarta:Bumi Aksara,2010), hlm.33.
[3]Ida Bagus Putrayasa,Kajian Morfologi(Bandung:Refika Aditama,2008), hlm.3.
[4]Fatimah Djajasudarma,Ancangan Metode Penelitian dan Kajian(Bandung:Refika Aditama,2010), hlm.36.
[5]Ibid.
[6]Masnur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia(Jakarta:Bumi Aksara,2010), hlm.33.
[7]Ibid.
[8]Fatimah Djajasudarma,Ancangan Metode Penelitian dan Kajian(Bandung:Refika Aditama:2010), hlm.37.
[10]Ibid.
[13]Fatimah Djajasudarma, Ancangan Metode Penelitian da Kajian (Bandung:Refika Aditama,2010), hlm.37
[14]Ibid.
[15]Ibid.38.
[16]Ibid.53.
[17]Ibid.39.
[18]Ibid.
[19]Ibid.40.
[20]Ibid.42.
[21]Ibid.43.
[22]Ibid.49.
[23]Masnur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia(Jakarta:Bumi Aksara,2010), hlm.32
[24]Ibid.35.
[25]Ibid.