BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum.Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan peserta didik untuk kehidupan di kemudian hari.Pemahaman tentang kurikulum sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi padagogik yang harus di miliki seorang guru.Kompetensi padagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada peserta didik yang salah satunya kemampuan pengembangan kurikulum.
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam l;ingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional. Semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai warga masyarakat, sebagai pemimpin formal ataupun informal selalu mengharapkan tumbuh dan berkembangnya anak, pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas, lebih berkemampuan.Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalam melahirkan harapan tersebut.[1]
Banyak model dalam pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan, untuk lebih jelasnya maka makalah ini akan membahas mengenai Model-model Pengembangan Kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum?
2. Model pengembangan kurikulum dari Ralph Tyler?
3. Model Pengembangan Kurikulum dari Hilda Taba?
4. Model Pengembangan Kurikulum dari Oliva?
5. Model Pengembangan Kurikulum dari Beuchamp?
6. Model Pengembangan Kurikulum dari Wheeler?
7. Model Pengembangan Kurikulum dari Nichools?
8. Model Pengembangan Kurikulum dari Skilbeck?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Model Pengembangan Kurikulum.
2. Untuk Mengetahui Model pengembangan kurikulum dari Ralph Tyler.
3. Untuk mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Hilda Taba.
4. Untuk Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Oliva.
5. Untuk Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Beuchamp.
6. Untuk Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Wheeler.
7. Untuk Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Nichools.
8. Untuk Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum dari Skilbeck.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya.[2]Model bukanlah realitas akan tetapi merupakan representasi realitas yang di kembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat di gunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis.Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah komunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengolahan.
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternative prosedur dalam rangka medesain (designing), menerapkan (impletation), dan mengevaluasi (evalution) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses system perencanaan pembelajaran yang dapt memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
2. Model Pengembangan Kurikulum dari Ralph Tyler
Rapl Tyler adalah seorang ahli pendidikan amerika serikat.Ia banyak mengkaji tentang evaluasi dan penilaian pendidikan.[3]
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler (1949) di ajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah :
1) Tujuan pendidikan apa yang harus di capai oleh sekolah?
2) Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan?
3) Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya di organisasikan?
4) Bagaimanakan menentukan bahwa tujuan telah tercapai?
Oleh karena itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus di lakukan dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi:
1) Menentukan tujuan pendidikan.
2) Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan.
3) Menentukan organisasi pengalaman belajar.
4) Menentukan evaluasi pembelajaran.
Berikut ini penjelasan setiap tahapan model pengembangan kurikulum menurut Tyler.
1. Menentukan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus di capai dalam program pendidikan dan pembelajaran.Tujuan pendidikan harus menggambarkan prilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus di rumuskan secara jelas sampai pada rumus tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tersebut.
Ada tiga aspek yang harus di pertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu :
a) Hakikat peserta didik
b) Kehidupan masyarakat masa kini
c) Pandangan para ahli bidang studi
Ketiga aspek tersebut harus di pertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan umum.Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut, selanjutnya difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologis belajar.[4]
2. Menentukan Proses Pembelajaran
Setelah penetapan tujuan, selanjutnya adalah menentukan proses pembelajaran apa yang paling cocok di lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus di perhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh karena itu ketepatan dalam memilih proses pembelajaran sangat menentukan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar
Setelah proses pembelajaran di tentukan, selanjutnya menentunkan organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi materi atau materi belajar. Bahan yang harus di pelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan, di organisasi sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan. Kejelasan tujuan, materi belajar dan proses pembelajaran serta urutan-urutan, akan mempermudah untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan.
Pengorganisasian pengalaman belajar bisa dilakukan baik secara vertical maupun horizontal,serta memerhatikan aspek kesinambungan.
4. Menentukan Evaluasi Pembelajaran
Menentukan jenis evaluasiapa yang cocok di gunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum di samping harus memerhatikan komponen-komponen kurikulum lainnya, jika harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.
3. Model Pengembangan Kurikulum dari Hilda Taba
Model taba lebih menitik beratkan pada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan kurikulum menurut model Taba.[5]
a. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah berikut:
1) Mendiagnosis kebutuhan
Pada langkah ini pengembangan kurikulum memulai dengan mentukan kebutuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang gaps, berbagai kekurangan (deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa.
2) Memformulasikan tujuan
Setelah kebutuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.
3) Memilih isi
Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tuijuan merupakan langkah berikutnya, pemilihan isi bukan saja didasarkan kepada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi viliditas dan kebermaknaannya untuk siswa.
4) Mengorganisasikan isi
Berdasarkan hasil seleksi isi, selanjutnya isi kurikulum yang telah di tentukan itu disusun urutannya sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu di berikan.
5) Memilih pengalaman belajar
Pada tahap ini di tentukan pengalaman-pengalaman belajaryang harus di miliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
6) Mengorganisasikan pengalaman belajar
Pengembang kurikulum selanjutnya menentukan bagaimana mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah di tentukan itu ke dalam paket-paket kegiatan.Sebaiknya dalam menentukan paket-paket kegiatan itu, siswa di ajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.
7) Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa
Pada penentuan alat evaluasi ini guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah dapat mencapai tujuan atau belum.
8) Menguji keseimbangan isi kurikulum
Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuian antara isi, pengalaman belajar dan tipe-tipe belajar siswa.
b. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya.
c. Merevisi dan mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba.
d. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum.
e. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji.
Pada tahap terakhir ini perlu di persiapkan guru-guru yang akan melaksanakan di lapangan, baik melalui penataran-penataran, loka karya dan kegiatan lain. Di samping itu, perlu di persiapkan juga fasilitas dan alat-alat sesuai dengan tuntutan kurikulum.
4. Model Pengembangan Kurikulum dari Oliva
Menurut oliva suatu model kurikulum harus bersifat sederhana, komprehensif dan sistematik. Langkah yang di kembangkan dalam kurikulum model ini terdiri atas 12 komponen yang satu sama lain saling bekaitan.
a. Menetapkan dasar filsafat yang digunakan dan pandangan tentang hakikat belajar dengan mempertimbangkan hasil analisi kebutuhan umum siswa dan kebutuhan masyarakat.
b. Menganalisis kebutuhan masyarakat tempat sekolah itu berada, kebutuhan khusus siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus di ajarkan.
c. Merumuskan tujuan umum kurikulum yang didasarkan kepada kebutuhan seperti yang tercantum pada langkah sebelumnya.
d. Merumuskan tujuan khusus kurikulum yang merupakan penjabaran dari tujuan umum kurikulum.
e. Mengorganisasikan rancangan implementasi kurikulum.
f. Menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum pembelajaran.
g. Merumuskan tujuan khusus pembelajaran
h. Menetapkan dan menyeleksi strategi pembelajaran yang di mungkinkan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
i. Menyeleksi dan menyempurnakan teknik penilaian yang akan di gunakan.
j. Mengimplementasikan strategi pembelajaran.
k. Mengevaluasi pembelajaran.
l. Mengevaluasi kurikulum.
Menurut Oliva, model yang dikembangkannya ini dapat digunakan dalam tiga dimensi, yaitu :pertama, bisa digunakan untuk penyempurnaan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusu seperti bidang studi tertentu di sekolah, baik dalam tataran perencanaan kurikukulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua, bisa digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program kurikulum.Ketiga, bisa digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secara lebih khusus.[6]
5. Model Pengembangan Kurikulum dari Beauchamp
Model pengembangan kurikulum ini, di kembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima hal di dalam pengembangan suatu kurikulum.
Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, ataupun seluruh Negara. Pentahapan arena ini di temukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan kurikulum. Walaupun daerah yang menjadi wewenang kepala kanwil pendidikan dan kebudayaan mencakup suatu wilayah propinsi, tetapi arena pengembangan kurikulum hanya mencakup satu daerah kabupaten saja sebagai pilot proyek.
Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Para ahli pendidikan / kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar.
2. Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih.
3. Para profisional dalam sisitem pendidikan.
4. Profisional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas mungkin, yang biasanya pengaruh mereka kurang langsung terhadap pengembangan kurikulum, di banding dengan tokoh-tokoh lain seperti, para penulis dan penerbit buku, para pejabat pemerintah, politikus, dan pengusaha serta industriawan. Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan dengan tingkat dan luas wilayah arena. Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan guru-guru semakin besar.
1. Membentuk tim pengembang kurikulum.
2. Mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan.
3. Studi penjajagan tentang kemungkinan penyususnan kurikulum baru.
4. Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
Keempat, implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat.
Langkah yang kelima dan merupakan terakhir adalah evaluasi kurikulum. Langkah ini minimal mencakup empat hal, yaitu :
1. Eavaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru.
2. Evaluasi desain kurikulum.
3. Evaluasi hasil belajar siswa.
4. Evaluasi dari keseluruhan system kurikulum.
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini di gunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip melaksanakannya.
6. Model Pengembangan Kurikulum dari Wheeler
Menurut wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus menerus. Wheeler berpendapat proses pengembangan kurikulum terdiri dari lima fase (tahap). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau berturut.Artinya, kita tidak dapat menyelesaikan tahapan kedua, manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai di kerjakan, kita akan kembali ke tahap awal. Demikian proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung. Bagaimana proses pengembangan kurikulum dan komponen-komponen apa saja dalam setiap tahap pengembangan dapat dilihat pada gambar ini.
Wheeler berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas 5 tahap yakni :
a. Menentukan tujuan umu dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat normative yang mengandung tujuan filosofis (aim) atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yakni tujuan yang mudah di ukur ketercapaiannya.
b. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat di lakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang di rumuskan dalam langkah pertama.
c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar.
d. Mengorganisasi atau menyatakan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar.
e. Melakukan evaluasi setiapa fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Dari langkah-langkah pengembangan kurikulum yang di kemukakan Wheeler, maka tampak bahwa pengembangan kurikulum membentuk sebuah siklus (lingkaran). Pada hakikatnya setiap tahapan pada siklus membentuk sebuah system yang terdiri dari komponen-komponen pengembangan yang saling bergantung satu sama lain.[7]
7. Model Pengembangan Kurikulum dari Nicholls
Dalam bukunya Developing a Curriculum : A Pratical Guide (1978), Howard Nicholls menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus.
Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.
Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut nichools, yaitu:
a. Analisis situasi
b. Menentukan tujuan khusus
c. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran
d. Menentukan dan mengorganisasi metode
e. Evaluasi
Setiap langkah pengembangan kurikulum,Nichools menggambarkan seperti berikut ini.
8. Model Pengembangan Kurikulum dari Skilbeck
Menurut skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic, adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased Curriculum Development).
Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembangan termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai dari menganalisis situasi sampai padamelakukan penilaia. Skillbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan alternative dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah. Menurut skillbeck langkah-langkah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis situasi
b. Memformulasikan tujuan
c. Menyusun program
d. Interpretasi dan implementasi
e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi
Menganalisis situasi |
Memformulasikan tujuan |
Menyusun program |
Interpretasi dan implementasi |
Monitoring,feedback, penilaian dan rekonstruksi |
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternative prosedur dalam rangka men-desain (designing), menerapkan (impletation), dan mengevaluasi (evalution) suatu kurikulum.
Ø Model pengembangan dari Ralph Tyler yaitu
1. Menentukan tujuan pendidikan
2. Menentukan proses pembelajaran
3. Menentukan organisasi pengalaman belajar
4. Menentukan evaluasi pembelajaran
Ø Model pengembangandari Hilda Taba yaitu
1. Mendiagnosis kebutuhan
2. Memformulasikan tujuan
3. Memilih isi
4. Mengorganisasikan isi
5. Memilih pengalaman belajar
6. Mengorganisasikan pengalaman belajar
7. Menentukan alat evaluasi
8. Menguji keseimbangan kurikulum
Ø Model pengembangan kurikulum dari Oliva yaitu
1. Menetapkan dasar filsafat
2. Menganalisis kebutuhan masyarakat
3. Merumuskan tujuan umum kurikulum
4. Merumuskan tujuan khusus kurikulum
5. Mengorganisasikan rancangan implementasi kurikulum
6. Menjabarkan kurikulum
7. Merumuskan tujuan khusus pembelajaran
8. Menetapkan dan menyeleksi strategi pembelajaran
9. Menyeleksi dan menyempurnakan tehnik penilaian
10. Mengimplementasikan strategi pembelajaran
11. Mengevaluasi pembelajaran
12. Mengevaluasi kurikulum
Ø Model pengembangan kurikulum dari Beauchamp yaitu
Proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap
1. Menentukan arena atau wilayah yang akan di cakup oleh kurikulum
2. Menetapkan personalia
3. Oganisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
4. Implementasi kurikulum
5. Evaluasi kurikulum
Prosedur Pengembangan Kurikulum
1. Merumuskan tujuan umum dan khusus,
2. Memilih isi dan pengalaman belajar,
3. Menetapkan evaluasi.
Lima LangkahPengembangan Kurikulum
1. Membentuk tim,
2. Evaluasi kurikulum yang sedang berjalan,
3. Melakukan studi penjajagan kurikulum baru,
4. Merumuskan alternative pengembangan kurikulum,
5. Menyusun dan menulis kurikulum yang dikehendaki
Ø Model pengembangan kurikulum dari Wheeler yaitu
1. Menentukan tujuan umum dan khusus
2. Menentukan pengalaman belajar
3. Menentukan isi
4. Mengorganisasikan pengalaman dan bahan belajar
5. Evaluasi
Ø Model pengembangan kurikulum dari Nicholls yaitu
1. Analisis situasi
2. Menentukan tujuan khusus
3. Pemilhan isi
4. Pemilihan metode
5. Evaluasi
Ø Model pengembangan kurikulum dari Skillbeck yaitu
1. Menganalisis situasi
2. Memformulasikan tujuan
3. Menyususun program
4. Interpretasi dan implementasi
5. Monitoring, feedbeck, penilaian dan rekonstruksi
DAFTAR RUJUKAN
· Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
· Sanjaya,Wina. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
· Hidayat, Rakhmat. 2003. Pengantar Sosiologi Kurikulum.Jakarta: Rajawali Press.
· Tim Pengembang MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
· Hermawan, Asep Herry dkk. 2010. Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
[1] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 5
[2] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 82
[3]Rakhmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum, (Jakarta: Rajawali pers, 2003 ), hlm. 31
[4] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: rajawali press, 2012), hlm. 79
[5] Asep Herry Hermawan, Dkk, Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran,
(Jakarta: universitas terbuka, 2010 ), hlm. 229
[6] Ibid hlm. 231
[7] Ibid hlm. 94