Tuesday 28 June 2016

Makalah Pengaruh Kebudayaan terhadap Jiwa


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekertayaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.[1]Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culturejuga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan social. Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola piker masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka, kepercayaan, dan ideology yang mereka anut.

BAB I
PENDAHULUAN
    
       A.    Latar Belakang Masalah
Kebudayaan yang hidup pada suatu masyarakat, pada dasarnya merupakan gambaran dari pola pikir, tingkah laku, dan nilai yang dianut oleh masyarakat. Dari sudut pandang ini, agama disatu sisi memberikan kontribusi terhadap nilai-nilai budaya yang ada, sehingga agama pun bisa berjalan atau bahkan akomodatif dengan nilai-nilai budaya yang sedang dianutnya.
Pada sisi lain, karena agama sebagai wahyu dan memiliki kebenaran yang mutlak, maka agama tidak bisa disejajarkan dengan nilai-nilai budaya setempat, bahkan agama harus menjadi sumber nilai bagi kelangsungan nilai-nilai budaya itu. Disinilah terjadi hubungan timbal balik antara agama dengan budaya.
Persoalanya adalah apakah agama lebih dominan mempengaruhi terhadap budaya, atau sebaliknya apakah budaya lebih dominan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat. Dalam kajian sosiologi, baik agama maupun budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga hal semacam ini perlu adanya kajian yang memungkinkan adanya gambaran terhadap pengaruh budaya terhadap jiwa setiap mnusia.

       B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Pengertian budaya dan kebudayaan
2.      Tradisi keagamaan dan Kebudayaan
3.      Tradisi keagamaan dan Sikap Keagamaan
4.      Kebudayaan dalam Era Globalisasi dan Pengaruhnya terhadap Jiwa Keagamaan
  
       C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui relasi antara kebudayaan dan tradisi keagamaan
2.    Untuk mengetahui hubungan antara tradisi keagamaan dan sikap keagamaan
3.    Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan dalam era global terhadap jiwa keagamaan



BAB II
PEMBAHASAN
    
          A.    Pengertian budaya dan kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekertayaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.[2]Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culturejuga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan social. Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola piker masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka, kepercayaan, dan ideology yang mereka anut.
Demikianlah �budaya� adalah daya dan budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan dari kebudayaan adalah hasil dari cipta, karas dan rasa itu.[3]
Sementara itu Corel R.E dan Melvin E. Seorang (ahli Antropologi-Buadaya) memberikan konsep kebudayaan pada umumnya mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang telah merupakan ciri khas suatu bangsa dan masyarakat tertentu (yang meliputi) hal-hal seperti bahasa, ilmu pengetahuan, hukum-hukum, kepercayaan, agama, kegemaran makanan tertentu, musik, kebiasaan, pekerjaaan, larangan-larangan dan sebagainya.[4]
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

          B.     Tradisi keagamaan dan Kebudayaan
Tradisi menurut Parsudi Suparlan PhD dalam buku karangan Jalaluddin  Merupakan unsur sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah. Meredith Mc Guiremelihat bahwa dalam masyarakat pedesaan umumnya tradisi erat kaitannya dengan mitos dan agama.[5]
Bagi setiap daerah misalnya memiliki tradisi tertentu, sehingga masing-masing daerah memiliki adat kebiasaan yang berbeda-beda. Yang dimaksud adat disini adalah amal perbuatan yang dilakukan oleh sekelompok manusia disuatu daerah dengan dilakukan secara berulang kali, sehingga perbuatan yang dilakukan oleh kelompok itu dalam melahirkan hukum adat yang harus ditaati oleh segenap masyarakat itu.
Secara garis besarnya tradisi sebagai kerangka acuan norma dalam masyarakat disebut pranata. Pranata terdapat dua macam yaitu :

         1.      Pranata Primer
Pranata ini merupakan kerangka acuan norma yang mendasar dan hakiki dalam kehidupan manusia itu sendiri. Pranata ini berhubungan dengan kehormatan dan harga diri, jati diri serta kelestarian masyarakat. Sehingga pranata ini tidak mudah dapat berubah.[6]
         2.      Pranata Sekunder
Pranata ini bercorak rasional, terbuka dan umum, kompetitif dan konflik yang menekankan legalitas, seperti pranata politik, pranata pemerintahan, ekonomi dan pasar, berbagai pranata hukum dan keterkaitan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Pranata ini dapat dengan mudah diubah struktur dan peranan hubungan antar peranannya maupun norma-norma ang berkaitan dengan hal itu. Pranata ini bersifat fleksibel, mudah berubah sesuai dengan situasi yang diinginkan oleh pendukungnya.
Melihat dari peranan dan struktur serta fungsinya, peranan primer lebih mengakar pada kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pranata primer bercorak menekankan pada pentingnya keyakinan dan kebersamaanserta bersifat tertutup atau pribadi, seperti pranata- pranata keluarga, kekerabatan, keagamaan, pertemanan atau persahabatan.
Dari pernyataan tersebut sangatlah jelas bahwa tradisi keagamaan termasuk pada pranata primer. Sehingga tradisi tersebut sangat sulit untuk berubah. Hal tersebut menjadi nyata karena selian didukung oleh masyarakat juga memuat sejumlah unsur-unsur yang memiliki nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan keyakinan masyarakat. Diantara nilai � nilai yang sangan berkaitan dengan masyarakat dalah nilai keagamaan. Menurut Thomas, Agama merupakan aspek sentral dan fundamental dalam kebudayaan.
Agama yang terlihat sebagai pusat kebudayaan dan penyaji aspek kebudayaan yang tertinggi dan suci, menunjukkan mode kesadaran manusia yang menyangkut bentuk simbolik sendiri. Dengan demikian, hubungan antara tradisi keagamaan dengan kebudayaan terjalin sebagai hubungan timbal balik.

        C.    Tradisi keagamaan dan Sikap Keagamaan
Tardisi keagamaan pada dasarnyamerupakan pranata keagamaan yang sudah dianggap baku oleh masyarakat pendukungnya. Dengan demikian, tradisi merupakan kerangka acuan norma dalam kehidupan dan perilakuk masyarakat.
Para ahli antropologi membagi kebudayaan dalam bentuk dan isi.[7] Menurut bentuknya kenudayaan terdiri atas tiga, yaitu:
        1)      Sistem kebudayaan
        2)      Sistem sosial
        3)      Benda � benda budaya
Selanjutnya isi kebudayaan menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Jalaluddin terdiri atas tujuh unsur, yaitu :
1)        Bahasa
2)        Sistem teknologi
3)        Sistem ekonommi
4)        Organisasi sosial
5)        Sistem pengetahuan
6)        Religi
7)        Kesenian
Dengan demikian, dilihat dari bentuk dan isinya, kebudayaan merupakan suatu tatanan yang mengatur kehidupan masyarakat. Dalam kaitannya dengan pembentukan tradisi keagamaan, secra konkrit, pernyataan Koentjaraningrat tersebut dapat digambarkan melalui proses penyiaran agama, hingga terbentuk suatu komunitas keagamaan.
Menurut Robert C. Monk, memang pengalaman agam umumnya bersifat indifidual. Akantetapi, karena pengalaman agama yang dimiliki umumnya selalu menekankan pada pendekatan keagamaan bersfat pribadi, hal ini senantiasa mendorong seseorang untuk mengembangkan dan menegaskan keyakinan itu dalam sikap, tingkah laku, dan praktek- praktek keagamaan yang dianutnya. Inilah sisi sosial yang menjadi unsur pemelihara dan pelestarian sikap para individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut.siakap keagamaan perorangan dalam masyarakat yang menganut suatu keyakinan agama merupakan unsur penopong bagi terbentuknya tradisi keagamaan.
Dengan demikian maka akan terjadilah penolakan dan peneriamaan tingkah laku, sikap dan kepercayaan terhadap nilai-nilai penting sehingga melahirkan bentuk tradisi keagamaan.
Tradisi keagamaan dan sikap keagaman saling mempengaruhi. Sikap keagamaan mendukung terbentuknya tradisi keagamaan, sedangkan tradisi keagamaan sebagai lingkungan kehidupan turut memberi nilai- nilai, norma-norma pola tingkah laku keagamaan kepada seseorang. Sikap keagamaan yang terbentuk oleh tradisi keagamaan merupakan bagian dari pernyataan jati diri seseorang dalam kaitan dengan agama yang dianutnya.
Menurut Robert C. Monk yang dikuti dalam buku Psikologi Agama karangan Jalaluddin bahwa tradisi keagamaan memilki dua fungsi utama yang mempunyai peran ganda, yaitu bagi masyarakat ataupun individu.
1.        Sebagai kekuatan yang mampu membuat kestabilan dan keterpaduan masyarakat maupun individu
2.        Sebagai agen perubahan dalam masyarakat atau diri individu, bahkan dalam situasi terjadinya konflik sekalipun.
Dalam konteks pendidikan, tradisi keagamaan merupakan isi pendidikan yang akan diwariskan generasi tua kepada generasi muda. Sebab pendidikan menurut Hasan Langgulung, dapay dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang individu dan masyarakat.[8]Dalam kaitan ini akan lebih jelas bagaimana hubungan dan pengaruh tradisi keagamaan terhadap sikap keagamaan seseorang.

         D.    Kebudayaan dalam Era Globalisasi dan Pengaruhnya terhadap Jiwa Keagamaan
Era globalisasi umumnya digambarkan sebagai kehidupan masyarakat dunia yang menyatu. Era globalisasi ditopang oleh kemajuan dan kecanggihan teknologi menjadikan manusia seakan hidup dalam satu kota, kota dunia. Kehidupan manusia di era globalisasi saling pengaruh- mempengaruhi.[9]
Tetapi menurut Dafid C. Korten yang dikutip oleh Jalaluddin dalam buku Psikologi Agama ada tiga krisis yang bakal dihadapi manusia secara global, yaitu : kemiskinan, penanganan lingkungan yang salah, serta kekerasan sosial. Gejala yang serupa juga akan dihadapai oleh masyarakat sekitar. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa kekhawatiran, meskipun juga menampilkan nilai-nilai positif.
Dalam kaitannya dengan jiwa keagamaan, dampak global itu dapat dilihat melalui hubungannya dengan perubahan sikap. Perubahan sikap ini menurut pendekatan psikologi adalah berupa kecenderungan yang besar untuk menyenangi sesuatu. Pada dasarnya, proses perubahan sikap tersebut dapat digambarkan melalui dua jalur, yaitu proses rasional dan proses emosional.
Proses rasional diawali dengan adanya perhatian, pemahaman, penerimaan, dan berakhir pada keyakinan. sedangkan proses emosional berawal dari perhatian, simpati, menerima, dan berakhir pada minat. Mengacu pada kepada kedua proses bagaimana seseorang atau masyarakat mengubah sikap dari tidak menerima menjadi menerima sesuatu berawal dari tingkat perhatian, simpati, menerima dan berakhir pada minat.
Dalam hal tersebutlah terlihat terdapat hubungan antara pengaruh kebudayaan era globalisasi terhadap penbentukan jiwa keagamaan. Gejala- gejala tersebut lebih mudah terjadi di kalangan generasi muda. Karena mereka lebih mudah menerima perubahan dibandingkan dengan generasi tua. Contohnya saja nilai � nilai kebudayaan yang bersumber kepada suatu ajaran agama beralih menjadi nlai- nilai sosial, yaitu tahun baru pada tanggal 1 januari. Selain daari pada itu nilai � nilai tradisional mengalami penggerusan.
Dari hal tersebut sudah jelas bahwasannya pengaruh kebudayaan terhadap jiwa keagamaan ini sedikit demi sedikit akan berkurang.



BAB III
PENUTUP 
A.      KESIMPULAN
Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia yang di dalamnya terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat sebagai aspek dari kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat karena kebudayaan merupakan sistem nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat.
Tradisi keagamaan memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan kesadaran agama sehingga terbentuk dalam sikap keagamaan pada diri seseorang yang hidup dalam lingkungan tradisi keagamaan tertentu.
Secara fenomina, kebudayaan dalam era global mengarah kepada nilai-nilai sekuler yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa keagamaan. Dalam kaitannya dengan jiwa keagamaan dampak globalisasi dapat dilihat melalui hubungan dengan perubahan sikap, seperti hilangnya pegangan hidup yang bersumber dari tradisi masyarakat dan bersumber dari ajaran agama.

B.       KRITIK DAN SARAN
Dalam makalah ini tentunya akan ada kekurangan-kekurangan argumentasi atau mugkin terdapat kekeliruan dalam penulisan atau susunan kata-kata, oleh karena itu kritik dan saran kami butuhkan guna perbaikan berikutnya. Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam, kami sarankan juga untuk membaca referensi-referensi lain yang terkait dengan pengaruh kebudayaan terhadap jiwa keagamaan.


DAFTAR PUSTAKA 
Atiqullah, Psikologi Agama, Surabaya: Pena Salsabila, 2001.
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Djojodigoeno M.M. Azas-Azas Sosiologi. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, 1958.
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, 2004.
Koentjaraningrat. Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.

[1] Koentjaraningrat. Ilmu Antropologi. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009). Hlm. 144.
[2] Koentjaraningrat. Ilmu Antropologi. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009). Hlm. 144.
[3] M.M Djojodigoeno. Azas-Azas Sosiologi. (Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, 1958). Hlm. 24.
[4] Atiqullah, Psikologi Agama, (Surabaya: Pena Salsabila, 2001). Hlm. 47.
[5]Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, 2004), hlm. 188.
[6] Jalaludin, Psikologi Agama, hlm. 188
[7] Koentjaraningrat. Ilmu Antropologi. Hlm. 80-90.
[8] Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Hlm.195.
[9] Ibid,... hlm. 196.